:
Oleh Wawan Budiyanto, Rabu, 30 November 2016 | 23:49 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 370
Jakarta, InfoPublik - Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat mengatakan, dalam pengembangan industri otomotif nasional saat ini perlu adanya keterkaitan sistem pendidikan vokasi dalam negeri dengan kebutuhan tenaga kerja industri.
“Perlu menerapkan pendidikan vokasi yang link and match dengan industri. Oleh karena itu, keberadaan industri otomotif diharapkan mampu menyinergikan seluruh pihak, baik akademisi maupun industri,” kata Syarif Hidayat di Jakarta, Rabu (30/11).
Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Haris Munandar menyampaikan, pihaknya memiliki 300 peneliti serta 22 balai penelitian dan sertifikasi industri yang dapat dimaksimalkan mendukung daya saing industri nasional termasuk sektor otomotif.
“Dari jumlah tersebut, terdapat dua balai yang bergerak di sektor otomotif. Keberadaan industri otomotif juga diharapkan mampu menjembatani kendala akademisi otomotif yang selama ini berhenti pada tahap riset tanpa ditindaklanjuti dengan produksi massal,” ujarnya.
Sedangkan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Kadarsah Suryadi mengungkapkan, program pengembangan industri otomotif di Indonesia tidak dapat dilakukan oleh satu pihak, melainkan harus mengkolaborasikan peran pelaku industri, akademisi dan pemasok komponen.
"Perguruan tinggi tidak bisa mengembangkan industri otomotif sendirian, tetapi harus ada peran Kemenperin, industri otomotif Indonesia dan pelaku industri,” jelasnya.
Guru Besar Universitas Indonesia Teuku Yuri M Zagloel mengatakan untuk mengembangkan industri otomotif nasional, dibutuhkan tiga faktor utama yakni keberadaan pasar, kemampuan produksi serta kekuatan finansial dan sumber daya manusia.
“Pendidikan tinggi atau vokasi perlu memenuhi tiga faktor itu. Selain itu, kita harus punya grand design sehingga seluruh aspek yang dibutuhkan dapat terukur dan diintegrasikan,” ujarnya.