Terkait Impor Daging Kerbau, DPR Desak Pengembangan Budidaya Kerbau

:


Oleh Baheramsyah, Jumat, 9 September 2016 | 09:31 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 1K


Jakarta, InfoPublik - Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Herman Khaeron mendesak pemerintah agar segera memikirkan pengembangan budidaya kerbau dalam negeri. Herman menilai ini sangat mampu jika budidaya kerbau dibesarkan.

Hal tersebut diungkapkan karena daging kerbau asal India mulai masuk ke Indonesia. Impor dilakukan oleh Perum Bulog sebanyak 500 ton. Namun begitu ke depan pemerintah harus mengembangkan peternak kerbau lokal.

“Kalau daging kerbau dijadikan alat untuk menekan pasar tentunya peternakan kerbau dalam negeri juga bisa dikembangkan. Karena kan harga jualnya bisa jauh lebih murah dari pada daging sapi,” ungkap Herman Khaeron di Jakarta, Kamis (8/9).

Menurut Herman, impor daging kerbau dimaksudkan untuk menurunkan harga daging sapi yang hingga kini masih cenderung naik. “Pemerintah ingin menekan dan sekaligus mengintervensi pasar,” tegasnya

Namun begitu, kata Herman, pemerintah tetap harus memperhatikan kesehatan masyarakat soal komoditas daging kerbau tersebut. Alasannya konsumen berhak mendapat prioritas dari pemerintah sebagai regulator. “Daging kerbau ini kan dikirim dari zona yang bebas penyaki kuku mulut. Tetapi daging kerbau itu diimpor dari dari negara yang belum bebas dari penyakit kuku mulut,” ungkapnya

Herman mendesak agar pemerintah tidak sembarang memberikan izin impor kepada pelaku-pelaku usaha. “Ini betul-betul harus terproteksi dan kalau ini untuk menstabilkan harga daging di pasaran, pemerintah harus membatasi agar impor ini hanya bisa dilakukan oleh Bulog saja,” sambung Herman.

Tidak hanya itu, Herman juga mendesak agar pemerintah segera memikikan pengembangan budidaya kerbau dalam negeri. Sebab, republik ini sangat mampu jika budidaya kerbau dibesarkan.

“Pemerintah juga harus memikirkan nasib para peternak dalam negeri. Kalau daging kerbau dijadikan alat untuk menekan pasar tentunya peternakan kerbau dalam negeri juga bisa dikembangkan. Karena kan harga jualnya bisa jauh lebih murah dari pada daging sapi,” pungkasnya.