:
Oleh Baheramsyah, Selasa, 26 Juli 2016 | 17:49 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 548
Jakarta, InfoPublik - Global Food Security Index (GFSI) yang dirilis The Economist Intelligence Unit menunjukkan peringkat ketahanan pangan Indonesia berada di peringkat ke-71 dari 113 negara yang diobservasi pada 2016. GSFI mencatat perbaikan mulai nampak pada tahun ini.
Data peringkat tersebut dirilis oleh GSFI pada 9 Juni 2016 lalu. Indonesia memang masih berada di kategori rendah, namun meningkat secara signifikan dibandingkan posisi pada 2014 dan 2015 yang sempat merosot di peringkat 76 dari 113 negara.
Dari siaran pers Kementerian Pertanian (Kementan), Selasa (26/7), disebutkan ketahanan pangan Indonesia secara umum diganjar nilai 50,6, naik dari tahun sebelumnya yang 47,9. Peningkatan nilai ini terjadi didukung tiga aspek, yakni keterjangkauan, ketersediaan, serta kualitas dan keamanan.
Pada poin keterjangkauan, Indonesia di 2016 mendapat nilai 50,3 atau naik dari sebelumnya 46,8. Ketersediaan juga meningkat menjadi 54,1 dari sebelumnya 51,2. Sementara kualitas dan keamanan naik tipis ke 42 dari sebelumnya 41,9.
Poin keterjangkauan mengalami kenaikan paling signifikan dibanding dua poin lainnya. Hal ini didorong beberapa program pemerintah, salah satunya adalah Toko Tani indonesia (TTI) yang mulai diluncurkan pada Agustus 2015 lalu.
TTI adalah program pembentukan semacam 1.000 koperasi yang menampung langsung panen petani, sehingga diharapkan dapat memperpendek rantai perdagangan pangan. Tujuan program ini adalah agar petani sebagai produsen pangan dapat memperoleh marjin keuntungan yang lebih besar dan konsumen dapat membeli kebutuhan pangan dengan harga terjangkau.
Berdasarkan data Kementan, hingga saat ini telah beroperasi sebanyak 733 TTI Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) yang tersebar di 33 provinsi. Selain itu, ada juga kurang lebih 80 TTI khusus yang dibangun oleh pemerintah, antara lain seperti TTI Sentra Pasar Minggu yang diresmikan pada 15 Juni lalu.