:
Oleh H. A. Azwar, Jumat, 8 Januari 2016 | 08:48 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 706
Jakarta, InfoPublik - Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menilai dari segi kualitas dan kuantitas tenaga kerja, sektor pariwisata paling siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Hanif mengatakan, dengan berbekal kompetensi kerja dan sertifikasi, mereka siap bersaing dengan tenaga kerja dari negara ASEAN lainnya. “Mereka (pekerja sektor pariwisata) paling siap menghadapi MEA. Standar kompetensinya sudah sama dengan negara-negara lain. Sebagai contoh standar cleaning service di hotel A pasti sama dengan hotel B di negara lain,” kata Hanif di kantor Kemnaker Jakarta, Kamis (7/1).
Sektor pariwisata merupakan salah satu dari delapan bidang profesi yang telah disepakati untuk MRA dalam penerapan MEA yang dimulai 31 Desember 2015. Bidang sektor lainnya adalah antara lain Engineering Services, Nursing Services, Architectural Services, Surveying Qualifications, Medical Practicioners, Dental practicioners, dan Accountancy Services.
Menurut Hanif, selama ini Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Pariwisata beserta seluruh stakeholder terkait terus bekerja sama untuk meningkatkan kompetensi kerja para tenaga kerja yang bergerak di bidang pariwisata, termasuk menyiapkan Standart Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
"Kita bisa lihat banyak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sektor pariwisata telah banyak tersebar di negara-negara ASEAN. Kompetensi mereka tidak kalah, apalagi ditunjang dengan sekolah-sekolah pariwisata yang menghasilkan lulusan yang siap bekerja," ujarnya.
Menyangkut strategi menghadapi persaingan dengan negara lain, Hanif menjelaskan, strategi untuk memenangkan persaingan di tingkat ASEAN adalah penyiapan SDM yang kompeten dan profesional sebagai modal utama. "Di sinilah peranan lembaga pendidikan dan pelatihan menjadi sangat vital untuk meningkatkan daya saing pekerja Indonesia," jelas Hanif.
Hanif menambahkan, adanya MEA bisa menjadi solusi mengurangi pengangguran. Selain sebagai lalu lintas tenaga kerja, MEA juga menjadi lalu lintas barang, jasa dan kapital menjadi lebih terbuka. Artinya, arus investasi akan lebih mudah dan pemerintah telah membuat sejumlah terobosan untuk memberikan kemudahan pada investasi melalui paket-paket kebijakan ekonomi.
Dengan semakin banyaknya investasi masuk, perluasan kesempatan kerja akan semakin besar. Tapi, ini harus diiringi dengan percepatan peningkatan kompetensi karena itu salah satu masalah pengangguran di Indonesia.
Lebih jauh Hanif juga berharap masyarakat Indonesia harus melihat MEA sebagai peluang untuk meningkatkan daya saing di berbagai bidang dan benar-benar bisa memenangkan kompetisi di ajang MEA. "Semoga dengan ikut serta dalam MEA, kita bisa menjadi salah satu tokoh utama di dalam percaturan pasar global mewakili ASEAN," pungkas Hanif.