- Oleh Wahyu Sudoyo
- Jumat, 22 November 2024 | 21:05 WIB
: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (tengah) menyampaikan keterangan pers di ruang media center Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island States (AIS) Forum 2023 di Nusa Dua, Bali, Selasa (10/10/2023). Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Jodi Mahardi (kiri) berdiri mendampingi Menteri Luar Negeri. Media Center KTT AIS Forum 2023/Jessica Wuysang/nym.
Oleh Tri Antoro, Rabu, 11 Oktober 2023 | 09:22 WIB - Redaktur: Untung S - 100
Badung, InfoPublik - Inisiasi penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island State (AIS) Forum 2023 menunjukkan kontribusi Indonesia kepada dunia, untuk mengajak bersama-sama mengatasi permasalahan laut atau perubahan iklim diberbagai negara.
Dari pertemuan KTT AIS Forum 2023 muncul semangat menjalin kerja sama antarnegara. Dan juga kolaborasi antarnegara dalam mengatasi perubahan iklim yang terjadi.
Dilihat dari sejarah Indonesia dalam mengatasi masalah laut ditunjukkan dengan merumuskan dokumen Deklarasi Juanda 1957, UNCLOS 1982, Deklarasi Manado 2018, dan pertemuan KTT AIS Forum 2023.
“Kita sudah mengambil jalur yang tepat. Di tengah situasi dunia seperti ini, Indonesia memilih untuk mengedepankan, untuk memperkuat kerja sama dan kolaborasi dan ini merupakan wujud komitmen dan kontribusi Indonesia bagi dunia,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno L Marsudi saat memberikan keterangan pers di Media Center Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island State (AIS) Forum 2023 di BNDCC, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali pada Selasa (10/10/2023).
Dalam mendukung Indonesia mengatasi permasalahan laut, lanjut Menlu, Indonesia menginisiasi pertemuan AIS Forum 2023 dengan desain inklusif. Artinya, seluruh negara kepulauan maupun pulau dapat berpartisipasi dalam AIS Forum. Tujuannya, adalah antarnegara dapat menjalin kerja sama komprehensif dalam mengatasi permasalahan kelautan, termasuk perubahan iklim.
Terjalinnya kerja sama antarnegara itu, dipercaya akan membuat berbagai inovasi dalam mengatasi permasalahan laut. Sehingga, solusi yang dihasilkan berasal dari ide-ide dari akar di masing-masing negara, termasuk dengan implementasi kearifan lokal.
“Terutama sekali lagi, fokus kita adalah kerja sama yang praktis, solusi-solusi inovatif yang memiliki akar di masing-masing negara termasuk local wisdom,” kata Menlu.
Ada tujuh bentuk kerja sama konkret yang terjalin, dari rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island State (AIS) Forum 2023 antara lain:
1. Strategic Document: Decarbonization Roadmap for the Tourism Sector;
2. Strategic Document: Blue Carbon Emission Profile;
3. Letter of Intent: Cooperation for Nature Marine Peace Park between Timor Leste and Indonesia;
4. Statement of Intent and Joint Research Agreement dengan University of Malta;
5. Pembangunan AIS Research and Development Centre di Imperial College London;
6. Memorandum of Understanding antara UNPAD, IPB, dan University of Toliara Madagaskar;
7. Statement of Intent: Joint Strategic Program between AIS Forum and MSG (Melanesian Sparehead Group);
“Di akhir pertemuan tadi telah ditandatangani tujuh perjanjian kerja sama kolaboratif antarkementerian/lembaga (KL),” kata Menlu.