- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Kamis, 14 November 2024 | 10:35 WIB
: Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali pada Selasa (3/9/2024)/ foto: Tim Komunikasi dan Media HLF-MSP dan IAF 2024
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Rabu, 4 September 2024 | 11:52 WIB - Redaktur: Untung S - 256
Jakarta, InfoPublik – Konferensi Tingkat Tinggi Indonesia Asia Forum (IAF) dan High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnership (HLF MSP) dan Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 2024 menjadi sarana promosi brand image yang efektif.
Hal itu karena pada 2024, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnership (HLF MSP) dan Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 2024. Selain menjalin kerja sama yang mendorong pertumbuhan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia, acara itu juga menjadi forum yang menciptakan citra positif Indonesia di Kawasan Asia Afrika.
Hal itu disamoaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali pada Selasa (3/9/2024).
Sandi menyampaikan, hubungan diplomatik antara Indonesia dengan negara-negara Afrika, telah terjalin lama dan kuat, namun dari sisi pariwisata dan ekonomi kreatif masih perlu banyak peningkatan.
“Afrika adalah benua for the future. Semua mata tertuju ke Afrika karena memiliki pasar yang besar dan sumber daya yang melimpah. Karena itu, pertemuan signifikan ini perlu didorong lagi dengan rangkaian kegiatan yang bisa memperkuat kerja sama antara Indonesia dan negara-negara di Afrika terutama di sektor parekraf,” ujar Sandiaga dikutip dari siaran pers Tim Komunikasi dan Media HLF-MSP dan IAF 2024, Rabu (4/3/2024).
Sandi juga menyampaikan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, untuk meningkatkan economic partnership dengan market non-tradisional, terutama Afrika, Kemenparekraf pun telah menjajaki kerja sama pariwisata dan ekonomi kreatif dengan beberapa negara di Afrika, seperti Mesir, Maroko, Afrika Selatan, Sudan, Kenya, Tanzania, Seychelles, dan Zanzibar.
“Area kerja sama sektor pariwisata yang kami ajukan adalah promosi pariwisata, pengembangan produk pariwisata, pengembangan kapasitas SDM, sustainable dan green tourism, MICE, pertukaran informasi, investasi, konektivitas, hingga potensi kerjasama sektor private. Sedangkan untuk sektor ekonomi kreatif, area kerja sama yang diajukan mencakup pengembangan dan promosi 17 sub-sektor terutama untuk film, kuliner dan kriya,” ujarnya.
Data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari negara-negara Afrika ke Indonesia meningkat, dengan total 33.185 kunjungan periode Januari hingga Juni 2024.
“Afrika Selatan adalah penyumbang terbesar wisman ke Indonesia, kedua Mesir, ketiga Maroko, dan disusul Tunisia dan Kenya,” imbuh Sandiaga.
Secara keseluruhan jika merujuk data tahunan 2021 hingga 2023 terjadi pertumbuhan signifikan dengan capaian 2.341 (2021), 29.682 (2022), dan 71.652 (2023) kunjungan. Meskipun angka kunjungan di 2023 dan 2024 masih dibawah perolehan 2019 yakni 98.919 kunjungan, bila dibandingkan year-over-year (YoY) pada periode yang sama pada Januari-Juni 2023 yang mencatat 27.632 kunjungan, angka kunjungan 2024 mengalami pertumbuhan sebesar 20,10 persen.
“Destinasi pariwisata yang disukai adalah alam, kebudayaan, dan wisata religi. Bali, sebagai pintu masuk utama wisman Afrika ke Indonesia, menjadi destinasi utama bagi wisman dari Afrika. Yang Kemenparekraf targetkan untuk ditawarkan adalah pariwisata yang berkualitas,” kata Sandiaga.
Dengan kerja sama yang sedang dijajaki baik sebelum maupun selama pelaksanaan HLF-MSP 2024 dan IAF ke-2 ini, Menparekraf berharap pariwisata akan mendapatkan manfaat yang besar terutama dari occupancy rate hotel yang semakin tinggi, dengan length of stay yang semakin panjang, dan tentunya spending yang semakin besar dari wisman Afrika sehingga semakin berkontribusi menggerakkan perekonomian negara.
Sementara Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Martini M. Paham, turut menyamapaikan bahwa lingkup kerja sama yang ditawarkan salah satunya adalah exchange of expertise, di mana Indonesia dan negara-negara Afrika bisa saling belajar.
“MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition, red) merupakan salah satu yang ingin dipelajari dari Indonesia. Ini disampaikan dalam pertemuan bilateral dengan Aljazair dan Zanzibar, karena Indonesia telah berhasil menyelenggarakan suatu MICE event internasional sejak KAA (Konferensi Asia-Afrika) 1955 di Bandung. Indonesia juga bisa belajar dari negara-negara Afrika bagaimana mengembangkan sustainable development dari sisi pariwisata yang berkelanjutan,” ujar Martini.
Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf, Muhammad Neil El Himam, turut menambahkan sektor jasa juga bisa menjadi peluang perdagangan antara Indonesia dengan negara-negara Afrika dalam sektor ekonomi kreatif.
“Untuk produk ekonomi kreatif yang sudah merajai Afrika adalah batik, namun tentunya akan lebih baik lagi bila semakin banyak lagi produk ekonomi kreatif Indonesia yang masuk ke Afrika sebagai jembatan antara Indonesia dan Afrika,” ujar Neil.