- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Kamis, 28 November 2024 | 11:11 WIB
: Indonesia memperkuat hubungan strategis dengan Kenya dan Afrika Selatan melalui perjanjian di sektor energi dan pertambangan rakyat, Bali, Selasa, (2/9/2024). Foto. Humas Kemenko Marves RI.
Oleh Fatkhurrohim, Rabu, 4 September 2024 | 05:46 WIB - Redaktur: Untung S - 190
Bali, InfoPublik — Indonesia semakin memperkokoh posisinya di kancah internasional dengan memperluas kerja sama strategis bersama Kenya dan Afrika Selatan, khususnya di sektor energi dan pertambangan rakyat. Pada perhelatan Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 yang berlangsung di Bali, dua perjanjian penting berhasil ditandatangani, menandai babak baru dalam hubungan ekonomi antara Indonesia dan negara-negara Afrika.
Deputi Kedaulatan Maritim dan Energi dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) RI, Jodi Mahardi, Selasa (3/9/2024) menegaskan bahwa kerja sama itu bertujuan untuk mendorong praktik pertambangan rakyat yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Deputi Jodi juga menyoroti potensi ekonomi besar dari sektor ini, mengingat lebih dari 4 juta penambang rakyat di Indonesia dan sekitar 1,5 juta di Kenya, dengan 40 persennya adalah perempuan. "Kerja sama ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tentang mempererat hubungan people-to-people antara Indonesia dan negara-negara Afrika. Ini adalah langkah strategis untuk mendorong pertambangan rakyat yang legal, aman, dan bertanggung jawab," ujar Deputi Jodi.
Pada kesempatan tersebut, Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia (APRI) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Artisanal and Small Scale Mining Association of Kenya (ASMAK). MoU itu mencakup pengembangan kapasitas, pengurangan penggunaan bahan kimia berbahaya, serta peningkatan nilai tambah produk pertambangan. Kerja sama ini diharapkan memberikan manfaat signifikan bagi para penambang rakyat di kedua negara.
Selain itu, PT Energi Mega Persada Tbk (EMP) melalui anak perusahaannya, Buzi Hydrocarbons Pte Ltd (BHPL), juga menandatangani MoU dengan Guma Africa Group Limited. Kesepakatan strategis senilai USD900 juta itu akan fokus pada pengembangan sektor gas di Afrika Selatan, termasuk rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga gas dengan kapasitas hingga 6 gigawatt.
Deputi Jodi Mahardi menegaskan bahwa perjanjian itu mencerminkan komitmen Indonesia untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan negara-negara Afrika. "Kerja sama ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui praktik pertambangan dan energi yang lebih bertanggung jawab, tetapi juga memperkuat kemitraan strategis Indonesia di kawasan Afrika," tambahnya.
Dengan adanya perjanjian itu, Indonesia semakin menegaskan peranannya dalam membangun hubungan internasional yang lebih erat, sekaligus memberikan dampak positif baik di sektor energi maupun pertambangan rakyat.