- Oleh Isma
- Jumat, 1 November 2024 | 19:43 WIB
: Direktur Promosi Asia Timur, Asia Tengah, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika Kementerian Investasi/Badan Kordinasi Penamanan Modal (BKPM), Cahyo Purnomo (tengah) saat sesi diskusi pada High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF-MSP) 2024 bertajuk “Unlocking Growth: Overcoming Barriers and Optimizing Investment Returns through Smart Outbound-Inbound Strategies” yang digelar Selasa (3/9/2024) di Nusa Dua, Bali. (dok Bappenas)
Oleh Wahyu Sudoyo, Rabu, 4 September 2024 | 06:10 WIB - Redaktur: Untung S - 183
Jakarta, InfoPublik — Pemerintah Republik Indonesia mendorong negara-negara di kawasan Selatan (Global South), khususnya negara-negara Afrika, untuk mengembangkan strategi pengembalian investasi asing dengan menciptakan lingkungan domestik yang lebih kondusif dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang tidak menentu.
“Penting bagi kita untuk terus mendorong strategi yang dapat mengoptimalkan pengembalian investasi di tengah ketidakpastian ekonomi global. Melalui kebijakan yang tepat dan dukungan infrastruktur yang memadai, negara-negara di Global South dapat meningkatkan daya saing mereka dalam menarik investasi asing yang lebih besar,” ujar Cahyo Purnomo, Direktur Promosi Asia Timur, Asia Tengah, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika Kementerian Investasi/Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), dalam diskusi High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) 2024 di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (3/9/2024).
Sesi yang mengusung tema “Unlocking Growth: Overcoming Barriers and Optimizing Investment Returns through Smart Outbound-Inbound Strategies” itu diikuti oleh para pakar, yang menyoroti pentingnya strategi investasi cerdas untuk memastikan pengembalian yang optimal di tengah krisis global yang berlanjut.
Cahyo menyatakan bahwa saat ini semakin banyak negara dari Global South yang berperan aktif dalam aliran modal global, dengan menerapkan strategi investasi yang cerdas dan menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam penanaman modal asing. Meskipun terjadi penurunan investasi asing langsung (FDI) global sebesar dua persen menjadi US$1,3 triliun pada tahun lalu, beberapa kawasan seperti Asia Tenggara justru menunjukkan peningkatan investasi asing.
“Di Asia Tenggara, FDI meningkat 1,3 persen mencapai US$226 miliar. Ini adalah indikasi positif bahwa, meskipun ada tantangan politik dan ekonomi, ASEAN tetap menjadi destinasi investasi yang menarik dan berpotensi tumbuh lebih tinggi,” jelas Cahyo.
Diskusi itu juga menekankan perlunya perubahan pola investasi agar lebih inklusif dan mudah diakses oleh semua negara, sambil tetap menjaga hasil optimal dan ketahanan terhadap fluktuasi ekonomi global.
Para peserta diskusi sepakat bahwa negara-negara berkembang perlu beradaptasi dengan tren investasi global yang dinamis dan memastikan bahwa strategi outbound-inbound mereka dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Forum itu menjadi platform penting bagi negara-negara berkembang untuk berbagi pengalaman dan belajar dari praktik terbaik dalam menarik dan mengelola investasi asing.