- Oleh MC KOTA SINGKAWANG
- Sabtu, 2 November 2024 | 20:48 WIB
: Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia Pahala Nugraha Mansury saat hadiri gelaran HLF MSP 2024 di Nusa Dua Bali/ Amiriyandi InfoPublik.
Badung, InfoPublik - Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Indonesia, Pahala Nugraha Mansury, mengajak pelaku bisnis untuk berperan lebih aktif dalam membuka potensi ekonomi negara berkembang di Global South, serta mendorong ekonomi global yang lebih terintegrasi dan tangguh.
Menurut Pahala, negara berkembang tidak hanya harus berfungsi sebagai produsen dan pengekspor bahan mentah, tetapi juga harus menjadi pemain penting dalam rantai pasokan dunia.
“Negara berkembang harus bergerak naik dalam rantai nilai global. Untuk mencapai potensi penuh ini, diperlukan integrasi ekonomi yang lebih baik dan akses pasar yang lebih luas,” ujar Pahala saat sesi paralel tematik “Redoubling Business Actors Participation in the Global Supply Chain” pada High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) 2024, Selasa (3/9/2024).
Pahala menekankan lima area utama untuk meningkatkan partisipasi sektor bisnis negara berkembang:
Integrasi Ekonomi dan Akses Pasar: Memastikan rantai pasokan yang lebih tangguh dan memfasilitasi berbagi keahlian serta peluang perdagangan dan investasi antar negara berkembang.
Kolaborasi Lintas Sektor: Melibatkan sektor swasta, pemerintah, lembaga keuangan internasional, dan filantropi untuk memperkuat peran negara berkembang dalam ekonomi global.
Akses Teknologi dan Pengetahuan: Mengembangkan akses yang lebih luas ke teknologi dan mempromosikan pertukaran pengetahuan.
Mengatasi Kesenjangan Pembiayaan: Melalui adopsi skema pembiayaan yang inovatif.
Mendorong Diversifikasi Portofolio Perdagangan: Untuk mengurangi ketergantungan pada komoditas tertentu.
“Dengan fokus pada lima area ini, kita bisa meningkatkan peran negara berkembang dalam rantai pasokan global, mengurangi fragmentasi ekonomi, dan mencapai pembangunan yang lebih berkelanjutan,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang Indonesia, Arsjad Rasjid, juga menekankan pentingnya diversifikasi portofolio perdagangan Indonesia.
Arsjad menyatakan bahwa Indonesia perlu meningkatkan keterlibatan sektor swasta, memahami keunggulan kompetitif, dan mengidentifikasi kelemahan komoditas serta pasar tertentu yang sesuai dengan tren masa depan.
“Indonesia perlu melihat industri UMKM dengan perspektif yang lebih luas dan belajar dari negara berkembang lain, di mana UMKM lebih efektif berkontribusi pada rantai nilai global,” ungkap Arsjad.
Ia juga menegaskan pentingnya mengatasi hambatan tarif dan non-tarif, serta mengejar perjanjian perdagangan baru dengan pasar non-tradisional.
“Ini bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga tentang meningkatkan pemahaman dan koordinasi di antara para pemangku kepentingan,” jelasnya.
Diskusi ini menghadirkan panelis seperti Menteri Perdagangan dan Industri Republik Rwanda, Prudence Sebahizi, Penasihat Utama di Economic Institute of ASEAN and East Asia (ERIA) Li Yan Ing, dan Wakil Direktur Global Alliance for Trade Facilitation, Jose Raul Perales. Mereka menekankan perlunya kerja sama yang lebih erat antara negara berkembang untuk memperkuat posisi dalam rantai pasokan global dan mencapai pertumbuhan yang inklusif.