:
Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Jumat, 2 Oktober 2020 | 07:51 WIB - Redaktur: Yudi Rahmat - 1K
Surabaya, InfoPublik - Perempuan berkerudung coklat bermotif polkadot dipadu dengan baju hitam sederhana nampak sibuk menyiapkan kain stocking warna wani, dakron, kawat, dan benang di ruang tamu Pondok Pesantren (Ponpes) Asshiddiqiyah Jl Diponegoro RT 19, RW 07 Desa Uteran, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun.
Setelah itu, dengan cekatan dia mulai membuat bentuk kelopak bunga dari kawat dibalut kain stocking sesuai yang diinginkan. Sejurus kemudian, kelopak bunga yang sudah terbentuk indah dirangkai diikat menyerupai bunga asli lengkap dengan daun dan tangkainya.
Perempuan itu bernama Dian Afifi Latifah (41). Dian sapaan akrabnya merupakan perajin bunga hias di Ponpes Asshiddiqiyah. Saat ditemui, dia tengah membuat kerajinan bunga kain stocking pesanan pelanggan. "Tidak susah membuat kerajinan seperti ini, hanya butuh kemauan dan kreativitas saja, hasilnya akan mengikuti dengan sendirinya," katanya, Senin (28/9/2020).
Ternyata bukan hanya cakap membuat bunga hias berbahan kain stocking saja, ibu tiga anak ini juga mahir membuat kerajinan bunga dari sabun. Model bunganya juga beragam mulai dari tulip, mawar dan melati.
Untuk membuatnya, cukup siapkan sabun batangan (segala merek red), lem kayu, tepung jagung, tepung benzoat, dan baby oil untuk tingkat keawetan, Dian mengaku karyanya ini bisa bertahan tahunan, tergantung penyimpanan dan tidak kena matahari langsung.
”Dengan tambahan tepung jagung, tekstur lebih bagus, supaya tidak menjamur saya tambahkan pengawet makanan, untuk merangkai bisa dengan kawat dan tusuk sate,” paparnya.
Dian telah menggeluti usaha kerajinan bunga sejak 2017 dibantu santri-santri Ponpes Asshiddiqiyah lainnya. Awalnya dirinya hanya iseng membuat bunga dari sabun dan stocking setelah sebelumnya belajar dengan melihat youtube. “Saya tidak pernah kursus untuk membuat kerajinan ini, saya cari tutorial dari youtube dan internet, dasarnya saya memang senang membuat kerajinan sehingga cukup mudah bagi saya untuk mempelajarinya,” tuturnya.
Hasil karyannya ia pamerkan ke beberapa teman, sodara dan tetangga dan beberapa dari mereka kemudian berniat membeli untuk dijadikan hiasan di rumah.“Hasil dari coba-coba itu saya unggah di Facebook dan WhatsApp. Saya tak menyangka responnya baik. Teman-teman banyak yang memesan untuk dibuatkan,” imbuhnya.
Kini, peminat kerajinan bunga sabun dan stocking Dian telah tersebar di beberapa daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung dan Jambi. Dia menyebutkan, pelanggan paling banyak berasal dari Surabaya, Sidoarjo, dan dan Pekalongan.
"Kerajinan bunga yang menjadi produk Ponpes Asshiddiqiyah ini dipasarkan melalui media sosial Facebook. Meski pemesannya belum terlalu banyak, saat ini peminat kerajinan kami ada di beberapa daerah di Jatim, Jateng, dan Lampung," paparnya.
Murah Meriah
Kerajinan bunga seperti yang Ponpes Asshiddiqiyah rintis memang bukan hal baru, banyak perajin dari daerah lain yang juga menjalankan bisnis serupa.
Karena itu, selaku Koordinator Penanggungjawab Produksi, Dian harus pandai melihat pasar, momen, serta harga, sehingga bisa bersaing. ”Harga untuk satu rangkakain bunga bervariasi mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp350 ribu tergantung model dan tingkat kesulitan saat membuatnya,” kata Dian.
Dia menyebutkan, jika kondisi normal (tidak pandemi Covid-19 red) setiap satu bulan setidaknya ada 75 paket pesanan baik bunga sabun atau stocking. Sebenarnya, dia bisa mendapatkan pesanan lebih dari itu, tetapi karena terkendala waktu dan tenaga dia tidak bisa menerima banyak pesanan. “Sementara ini, semua pesanan saya kerjakan sendiri karena detail pengerjaannya mengharuskan saya yang kerjakan,” ucapnya.
"Pelanggan dapat memesan dengan waktu minimal satu minggu karena tidak bisa dikerjakan buru-buru. Karena saya harus membagi waktu dengan pekerjaan dan mengurus anak. Saya juga kerjakan kerajinan ini sendiri," tambahnya.
Dia mengungkapkan, saat ini yang menjadi kendala adalah pengiriman."Kendalanya kerajinan ini muda pecah. Sehingga saat ada pesanan dari luar daerah, saya ekstra membungkusnya untuk menjaga kualitas bunga sabun," terangnya.
Selain itu, model pot keramik juga mempengaruhi harga kerajinannya. Untuk menekan harga, pelanggan juga bisa memilih pot plastik. Selain mawar dia bisa membuat bunga sabun tulip, sakura, dan lily.
Menantu pendiri Ponpes Asshiddiqiyah ini berujar, momen Hari Raya Idul Fitri menjadi berkah tersendiri karena dalam satu bulan mulai awal puasa omzet melonjak tajam, sehingga dalam memenuhi pesanan, dia libatkan santri, guru, dan wali santri.“Jika biasanya dalam sebulan pendapatan Rp8,5 juta, lebaran bisa tembus lebih dari Rp10 juta,” katanya.
Ponpes Asshiddiqiyah
Meski bukan termasuk pondok besar seperti Gontor, Tebuireng, dan Lirboyo. Di Kabupaten Madiun, Ponpes Asshiddiqiyah cukup dikenal. Sejak berdiri pada 1982, ribuan santri berhasil diluluskan.
“Kami sebenarnya ingin mendirikan SMK tapi karena tidak jauh dari pondok ada sekolah SMK sehingga kami tidak dapat izin,” ungkap pengajar dan juga Ketua Kopontren Asshiddiqiyah, Jauharul Abidin.
Saat ini, Ponpes Asshiddiqiyah memiliki 135 santri, terdiri 85 laki-laki dan 50 santri perempuan. Selain mengajarkan ilmu agama, pondok ini juga mengembangkan beberapa kegiatan bisnis seperti kerajinan bunga sabun dan stocking, juga dunia pertanian, di antaranya tanaman jeruk nipis, melon, pisang, dan cabe juga turut dikembangkan. “Kami juga mengembangkan ternak ayam joper atau jawa super, yang mana kualitas dagingnya di bawah ayam kampung di atas ayam potong,” imbuhnya.
Ia berharap, Program One Product One Pesantren (OPOP) yang dicanangkan Gubenur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, bisa semakin meningkatkan pengembangan bisnis Ponpes Asshiddiqiyah sehingga bisa berdampak pada perekonomian warga sekitar.
Dia pun mempersilahkan warga sekitar atau dari daerah lain yang ingin belajar kerajinan bunga ini ke Pondok. Atau bila ingin memesan silahkan melihat di katalognya di instagram : dian.handycraft, akun Fb : Dian N Arul atau menghubungi Ketua Kopontren Asshiddiqiyah, Jauharul Abidin melalui nomor telepon 85235369116.(MC Diskominfo prov Jatim/non-hjr)