:
Oleh MC KAB TEMANGGUNG, Kamis, 16 Juli 2020 | 19:39 WIB - Redaktur: Yudi Rahmat - 2K
Temanggung, InfoPublik - Taburan bumbu kacang halus pada mie ayam “home made” memunculkan rasa gurih dan kental pada kuah mie ayam yang telah dimasak dengan dengan berbagai bumbu rempah.
Sensasi rasa kental-gurih ini yang membuat lidah ketagihan pada “Mie Ayam Pak Marjo Khas Purwokerto” yang berlokasi di daerah Kowangan, Temanggung, Jawa Tengah.
Rasa yang khas inilah yang membuat banyak pengunjung selalu balik lagi untuk mencicipi mie ayam tersebut. Karenanya, pada empat cabang lokasi usaha mie ayam ini tidak pernah sepi pembeli. Meski di masa pandemik Korona seperti sekarang, pengunjung selalu berjubel untuk antri membeli. Mereka datang dari berbagai daerah seperti Semarang, Yogyakarta, Magelang, dan Temanggung.
Bisnis kuliner mie ayam khas Purwokerto ini mulai dirintis almarhum Pak Marjo sekitar tahun 2011 dengan modal awal Rp 100 ribu. Ia berjualan dengan menggunakan tenda di area Terminal Maron, Temanggung. Namun sebelumnya Pak Marjo pernah menjual mie ayam di kampung asalnya daerah Cilongok, Ajibarang, Kabupaten Banyumas.
"Dari uang segitu (Rp 100 ribu) bisa nggak bisa harus muter buat semua, soalnya dulu kan masih bongkar pasang pakai terpal di depan Terminal Maron," kenang Sutoyo, penerus bisnis kuliner mie ayam Pak Marjo, , di Temanggung, Kamis (16/7/2020).
Marjo mengadu peruntungan berbisnis di Temanggung lantaran terinspirasi kesuksesan bisnis kuliner saudaranya yang juga merantau ke daerah penghasil tembakau ini. Tak dinyana, Pak Marjo meraih kesuksesan yang sama. Usahanya terus berkembang dan kini telah dibuka empat cabang mie ayam khas Purwokerto. Yakni di daerah Maron, Kowangan, Parakan (Kabupaten Temanggung), dan satu cabang di wilayah Kabupaten Wonosobo.
"Sebenarnya juga sih mungkin sudah jalannya rejeki dari Alloh sehingga kok jauh-jauh bisa datang dan menetap di sini," ujar Sutoyo.
Sepeninggal Pak Marjo sekitar setahun lalu, bisnis kuliner mie ayam khas Purwokerto ini diteruskan oleh dua puteranya. Yakni Sutoyo (28) dan Ratno (34). Di tangan kakak beradik ini, mie ayam yang semula hanya ada satu varian menu original telah berkembang menjadi 11 varian menu. Tiap varian menu dipasarkan dengan rentang harga antara Rp 11 ribu hingga Rp 18 ribu per porsi.
"Saat ini alhamdulilah hasilnya cukup buat kebutuhan sehari-hari dan sisanya bisa buat nabung. Omzetnya ya sekitar Rp 20 juta lebih per bulan," katanya.
Proses menciptakan menu baru, dijelaskan Sutoyo, biasanya butuh waktu sekitar satu bulanan untuk satu menu. Mulanya ia mencoba membuat untuk dikonsumsi sendiri dulu. Jika dirasa sudah layak untuk dipasarkan, kata Sutoyo, pihaknya akan melakukan promo khusus untuk menu baru tersebut.
"Saat promo, sambil kita tanya ke konsumen gimana cita rasanya. Misal konsumen suka berarti menu itu bisa di pasarkan dan jadi menu unggulan juga. Tapi sekiranya kurang diminati kita batalkan buat pemasaran ke konsumen,"ungkap Sutoyo.
Jika percobaan menu baru itu gagal, Sutoyo akan berinisiatif mencoba membuat menu lain lagi. Hal itu dilakukan berkali-kali. Dengan demikian, ia sekaligus mendapat ilmu dan pengalaman kuliner dari praktek langsung. Jika uji coba menu baru berhasil dan bertahan hingga tiga bulan, bahkan peminatnya terus bertambah, maka menu itu akan dipertahankan jadi menu permanen.
Mengenai cita rasa, Sutoyo mencoba mencarikan formula rasa yang cocok untuk lidah orang Temanggung yang cenderung menyukai rasa manis. Karenanya, mie ayam khas Purwokerto yang punya cita rasa khas gurih akan dipadukan dengan rasa khas Temanggung yang dominan manis. Formulasi rasa ini terbukti mampu menyedot perhatian dan minat orang Temanggung untuk terus datang berkunjung.
"Awalnya standar masakan kita dulu. Seiring berjalanannya waktu, sambil dengerin masukan dari para pelanggan mie ayam khas Purwokerto, kita sambil berbenah mematangkan resep hingga bisa diterima masyarakat Temanggung," kata Sutoyo.
Adi Prasetyo (23) Koordinator Bagian Penjualan Mie Ayam Khas Purwokerto Pak Marjo, mengatakan, dalam memasarkan produk mie yang penting adalah telaten dan bertahan. Promosi antara lain dilakukan melalu media sosial instagram.
Saat ini, untuk lokasi usaha yang di Maron bisa menjual rata-rata 23 Kilogram mie per hari, di cabang Kowangan menghabiskan 13 Kg mie per hari. Adapun di cabang Parakan dan Wonosobo masing-masing laku 10 Kg mie per hari.
"Jumlah pekerjanya sekarang ada empat orang di cabang Kowangan, tiga orang di cabang Parakan, tiga orang di Wonosobo, dan di Maron ada lima orang," imbuh Adi.
Aris (40) salah seorang konsumen Mie Ayam Khas Purwokerto Pak Marjo mengaku amat menyukai paduan rasa gurih dan manis dan kental pada kuah mie ayam. Ia kerap mengunjungi outlet mie ayam ini bersama anaknya tiap sepekan sekali. (MC TMG/Tosiani;Ekape/Eyv)