- Oleh Jhon Rico
- Senin, 28 Oktober 2024 | 21:17 WIB
: Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi, saat memberikan arahan dalam rangka haring session di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh/ dok. BNPB.
Oleh Jhon Rico, Selasa, 8 Oktober 2024 | 20:59 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 259
Jakarta, InfoPublik - Keberhasilan penanggulangan bencana tidak akan terjadi jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja, namun perlu adanya kolaborasi pentaheliks untuk membuat penanganan berjalan lebih baik lagi. Adapun kolaborasi yang dapat dilakukan, salah satunya dengan menggandeng akademisi dari perguruan tinggi.
Sejalan dengan itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan Forum Perguruan Tinggi Pengurangan Risiko Bencana (FPT PRB) menyelenggarakan sharing session dengan tema Peran Perguruan Tinggi dalam Pengurangan Risiko Bencana di Indonesia bertempat di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prasinta mengatakan, kolaborasi lintas sektor dapat mengurangi risiko dampak bencana.
“Peran perguruan tinggi dalam pengurangan risiko bencana tidak hanya sebatas pada penelitian dan edukasi, namun lebih dari itu, perguruan tinggi harus menjadi agen-agen perubahan. Dengan berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kolaborasi lintas sektor, kita dapat mengurangi risiko dan dampak dari bencana yang mungkin terjadi di masa depan,” kata Prasinta dalam keterangannya, Selasa (8/10/2024).
Prasinta memberikan apresiasi kepada FPT PRB karena telah memberikan kontribusi dalam upaya pengurangan risiko bencana.
“Saya mewakili BNPB sangat mengapresiasi keberadaan forum tematik seperti Forum Perguruan Tinggi Pengurangan Risiko Bencana atau FPT PRB ini yang beranggotakan Pusat Studi Kebencanaan dari berbagai kampus atau perguruan tinggi se-Indonesia berkumpul untuk memberikan kontribusi dalam upaya pengurangan risiko bencana yang lebih komprehensif berdasarkan pengetahuan ilmiah untuk meningkatkan kapasitas masyarakat,” tuturnya.
Keterlibatan perguruan tinggi dalam penanganan bencana merupakan bentuk penjabaran semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana tahun 2024 sebagai wujud komitmen meningkatkan pemahaman dan kontribusi perguruan tinggi dalam mitigasi bencana. Utamanya adalah menghadapi tantangan bencana yang semakin kompleks.
Peran akademisi pun menjadi sangat penting untuk menghasilkan penelitian, inovasi, dan kebijakan yang dapat memperkuat ketahanan masyarakat.
Meninjau Fasilitas Penelitian Kebencanaan
Dalam kegiatan ini pula, Prasinta berkesempatan mengunjungi fasilitas praktik mahasiswa yang tersedia di kampus Syiah Kuala yakni Laboratorium Earthquake Observatory Real-time dan Laboratorium Tsunami Flume Multifungsi.
Laboratorium Earthquake Observatory Real-time merupakan ruangan khusus riset terkait untuk deteksi lokasi terjadinya gempa dan perkiraan potensi dampak gempa. Laboratorium ini dilengkapi dengan alat peraga gempa bumi. Sementara itu, Laboratorium Tsunami Flume Multifungsi merupakan tempat pemodelan tsunami yang berada di kampus Syiah Kuala ini.
Prasinta berharap agar seluruh fasilitas tersebut dapat disosialisasikan serta dimanfaatkan sebagai sarana edukasi dan peningkatan kapasitas masyarakat.
“Untuk penelitian bagi mahasiswa kemudian hasilnya dapat disosialisasikan sebagai edukasi kepada para masyarakat,” pungkasnya.