Indonesia Siap Menjadi Pusat Keunggulan dalam Studi Kebencanaan

: Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB, Udrekh (kiri)/ dok. BNPB.


Oleh Jhon Rico, Senin, 22 Juli 2024 | 13:19 WIB - Redaktur: Untung S - 340


Jakarta, InfoPublik - Indonesia, sebagai laboratorium kebencanaan, memiliki peran penting untuk menjadi pusat keunggulan (center of excellence) dalam bidang kebencanaan. Berbagai jenis bencana alam yang terjadi di Indonesia memberikan banyak peluang untuk studi, inovasi, dan pengembangan teknologi pengurangan risiko bencana.

Mengutip dari World Risk Index (WRI) 2023, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan indeks risiko bencana alam tertinggi setelah Filipina dengan skor 43,5 WRI. Berdasarkan data ini, banyak hal yang bisa dipelajari untuk dijadikan modalitas bahan studi hingga menjadi inovasi dan teknologi dalam pengurangan risiko bencana.

Seperti mendiagnosa suatu penyakit, pendekatan deteksi sumber bahaya dapat dilakukan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam keterangan yang diterima InfoPublik, Senin (22/7/2024), Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB, Udrekh, menjelaskan bahwa pengetahuan tentang risiko, teknologi, diseminasi, dan respon masyarakat membentuk sebuah siklus yang dapat membuat sistem peringatan dini semakin akurat dalam mendeteksi bencana di masa depan.

"Semakin berkembang ilmu pengetahuan dan teknologi, deteksi bencana akan semakin akurat dan dampak kerugian akan semakin berkurang," ujarnya. Hal ini sejalan dengan prinsip pengurangan risiko dan resiliensi berkelanjutan, yang salah satu komponennya adalah mendorong Sains, Engineering, Teknologi, dan Inovasi dalam perencanaan pembangunan.

Perkembangan teknologi peringatan dini tidak lepas dari keterlibatan berbagai unsur, termasuk akademisi, perekayasa, dan industri swasta.

Sementara itu, Agustan dari Komite Remote Sensing Center for Technology and Innovation Studies (CTIS) mengatakan bahwa berbagai produk peringatan dini sudah dikembangkan oleh perekayasa dan peneliti. Produk tersebut bertujuan untuk mendeteksi gejala alam hidrometeorologi dan seismotektonik, seperti sensor tinggi muka air, Alat Deteksi Longsor (ADeL), SIJAMPANG, Rapid Timer, dan Rumah Tahan Gempa.

"Berbagai inovasi ini dinilai sudah siap diindustrialisasikan secara massal dan dimanfaatkan oleh BNPB sebagai end user," jelasnya.

Salah satu contohnya adalah Deniji dari PSBA UGM yang menjadi inovasi teknologi kebencanaan anak bangsa. Deniji memiliki kemampuan mendeteksi naiknya muka air pada jalur aliran sungai sebagai alat peringatan dini yang akan diteruskan ke masyarakat melalui BPBD setempat. Data yang terekam oleh sensornya bisa dipantau secara real time melalui website dan Telegram sehingga masyarakat umum bisa mendapatkan informasi secara bebas. Selain itu, data harian tersebut tersimpan secara otomatis ke dalam database yang dapat digunakan untuk penelitian.

Deniji merupakan salah satu dari banyak teknologi inovasi anak bangsa yang perlu didukung untuk menjadikan Indonesia sebagai kiblat pusat studi kebencanaan.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Jhon Rico
  • Selasa, 24 Desember 2024 | 18:43 WIB
BNPB Siagakan Personel di Sejumlah Titik selama Libur Nataru
  • Oleh Jhon Rico
  • Selasa, 24 Desember 2024 | 09:27 WIB
Banjir Surut, BPBD Maros Tetap Siaga Lakukan Penanganan
  • Oleh Untung Sutomo
  • Jumat, 20 Desember 2024 | 21:55 WIB
Tiga Tren Ekonomi Kreatif 2025: Inovasi, Keberlanjutan, dan Budaya Lokal
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Sabtu, 21 Desember 2024 | 14:57 WIB
Menkomdigi Ajak UMKM Siap Hadapi Tantangan Teknologi AI
  • Oleh Jhon Rico
  • Sabtu, 21 Desember 2024 | 13:13 WIB
Mitigasi Bencana Jelang Nataru, BNPB Perluas Cakupan OMC hingga Jatim
  • Oleh Jhon Rico
  • Sabtu, 21 Desember 2024 | 11:25 WIB
BNPB Gelar Gladi Ruang Penanganan Bencana Hidrometeorologi Jelang Nataru
  • Oleh Jhon Rico
  • Jumat, 20 Desember 2024 | 21:54 WIB
Kepala BNPB Tinjau Kondisi Tanggul Sungai Wulan di Demak