Isu Tsunami, Warga Kabila Bone Mengungsi ke Bukit

:


Oleh MC KAB BONE BOLANGO, Sabtu, 6 Oktober 2018 | 17:34 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 595


Bonebol, InfoPublik - Trauma atas peristiwa gempa dan tsunami yang menghantam Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah juga berimbas kepada warga di Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango.

Apalagi dalam beberapa hari terakhir muncul sejumlah postingan di media sosial yang mengabarkan akan terjadi gempa besar dan tsunami pada, Jumat (5/10).

Hal ini membuat sebanyak 79 orang warga dari dua desa di Kecamatan Kabila Bone, yakni Desa Modelomo sebanyak 59 orang dan warga Desa Huangobotu sebanyak 20 orang, ramai-ramai meninggalkan rumah mereka dan memilih mengungsi ke wilayah perbukitan.

Menurut Kepala Desa Modelomo Iwan Pakaya, dirinya mendapat laporan bahwa sejak, Selasa (2/10) warganya yang tinggal di pesisir pantai Modelomo berjumlah 59 jiwa tiba-tiba mengungsi ke perbukitan yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari rumah mereka.

Setelah dicek, ternyata perpindahan warga ke bukit karena mendapat kabar bahwa akan datang tsunami yang akan menerpa wilayah Kabila Bone."Saya langsung melaporkan hal ini ke Pemda Bonebol melalui Badan Kesbangpol. Oleh pihak Kesbang informasi saya itu langsung diteruskan kepada BMKG,"jelas Iwan Pakaya.

Sejalan dengan itu, pihaknya juga kata Iwan Pakaya melakukan pendekatan persuasif serta membujuk warganya untuk tidak percaya dengan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan meminta warga kembali ke rumah masing-masing.
Hanya saja para warga tersebut enggan untuk turun kembali ke rumah mereka."Alhamdulillah setelah saya terima pemberitahuan dari BMKG yang dibagikan oleh bapak Kepala Kesbangpol Bonebol, bahwa isu yang berkembang tentang gempa dan tsunami ini tidak betul, saya langsung umumkan melalui pengeras suara di masjid,"ungkapnya.

Dengan upaya tersebut Iwan Pakaya bersyukur sudah ada beberapa warga yang telah kembali ke rumahnya sehingga sekarang tinggal tersisa 37 orang yang masih tetap bertahan tinggal di pengungsian di atas gunung.

"Mereka sampaikan kepada saya bahwa mereka akan bertahan sampai tanggal 5 Oktober batas waktunya mereka di pengungsian dan setelah itu mereka akan turun semua,"jelas Iwan Pakaya, Kamis (4/10).

Sementara itu, Camat Kabila Bone Darwin Maksum mengungkapkan, pihaknya telah mengambil langkah-langkah strategis untuk menepis isu hoax terkait tsunami yang akan menerpa wilayah Kabila Bone. Salah satu upaya dilakukan yakni mengirimkan surat imbauan resmi ke semua kepala desa yang ada di Kabila Bone untuk menganulir informasi tsunami yang tidak bisa di pertanggungjawabkan di masyarakat.

"Alhamdulillah kami selalu berkoodinasi dengan dinas Kesbang Bonebol, Polsek, dan turun langsung melakukan sosialisasi agar tidak mudah percaya dengan isu-isu yang tidak benar. Saat ini sudah ada beberapa warga yang telah kembali ke rumah dan ada beberapa diantarannya masih bertahan,"ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Bupati Bonebol Haim Pou segera memerintahkan Badan Kesbangpol, Satpoldamkar dan BPBD untuk segera berkordinasi dengan pihak BMKG guna menggelar Sosialisasi dan simulasi penanganan bencana gempa dan tsunami di seluruh kecamatan di wilayah pesisir Bonebol.

Hal itu dilakukan untuk menjamin kenyamanan dan keselamatan masyarakat pesisir manakala terjadi bencana Gempa dan tsunami. Belajar dari pengalaman Palu, Sigi dan Donggala, negara harus hadir dalam keresahan masyarakat tentang kesimpangsiuran pemberitaan terkait gempa dan tsunami di Bonebol.

“Untuk itu, saya perintahkan Badan Kesbangpol, Satpoldamkar dan BPBD utk memantapkan koordinasi dengan BMKG guna melakukan sosialisasi sekaligus simulasi penyelamatan masyarakat bila terjadi bencana gempa dan tsunami di pesisir,"tegasnya.

Sementara itu, Kamis (4/10), beredar surat iimbauan dari BMKG Gorontalo nomor KP.015/149/GTO/X/2018 yang meminta masyarakat agar tidak menanggapi isu-isu yang tidak bertanggungjawab terkait prediksi kejadian gempa bumi dan memperhatikan informasi resmi dari BMKG.
BMKG juga menegaskan jika gempa bumi dan dapat terjadi setiap saat. Namun hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan gempa bumi akan terjadi, bahkan sampai menentukan waktu kejadian gempa bumi. (MC Bone Bolango/Roy/Kadir/Eyv)