:
Oleh MC Kota Palembang, Kamis, 25 Januari 2018 | 10:56 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 1K
Palembang, InfoPublik - Bahasa Palembang sudah jarang digunakan oleh penuturnya. Mayoritas menggunakan bahasa Indonesia, bahkan tak jarang bahasa Inggris.
Karena itu, sejumlah tokoh masyarakat menyuarakan perlunya pelestarian bahasa Palembang, antara lain dengan membuat kamus.
“Kita sudah bentuk tim untuk membuat kamus Bahasa Palembang ini. Mudah-mudahan dalam waktu tiga bulan kedepan kamus Bahasa Palembang ini akan selesai dibuat,” kata Ketua Pembina Guguk Palembang, Kiagus Ali Mudin Halim, saat bersilaturahmi dengan Wakil Wali Kota Fitrianti Agustinda, Selasa (23/1/) di Pempek Pak Raden.
Ali Mudin mengatakan, Bahasa Palembang saat ini sudah mulai jarang digunakan. Bahkan, banyak penggunaan-penggunaan kata-kata dalam Bahasa Palembang yang sudah sangat jarang digunakan, dan dilupakan. Seperti penggunaan kata-kata kulo, langkat, pangkeng.
“Hanya sebagian masyarakat saja yang masih mengerti dari kata-kata itu. Seperti pangkeng itu kan istilah atau sebutan untuk tempat tidur,” ujar Ali.
Karena itu, agar Bahasa Palembang ini tidak hilang dan punah, harus dilestarikan dan dihidupkan kembali.
Menurut Ali, tidak hanya bahasa, kebudayaan Palembang lainnya seperti kuliner, pakaian adat juga mesti dilestarikan.
“Lebih bagus kalau dimasukkan juga ke dalam muatan lokal di sekolah sekolah agar kebudayaan tradisional Palembang kembali terangkat dan diingat oleh generasi ke depan.”
Wakil Wali Kota Palembang Fitrianti Agustinda mendukung pelestarian kebudayaan adat Palembang. Terutama dengan pengangkatan kembali budaya Palembang yang dimasukkan di muatan lokal di sekolah-sekolah. Dengan begitu, kebudayaan Palembang tidak akan lupa dan tetap lestari
“Kan bagus kalau ada ekstra kulikuler di sekolah-sekolah, seperti menari tarian khas Palembang, membuat pempek atau kerajinan membuat tenun jumputan. Kalau di Jawa ada seni membatik, kenapa kita di sini tidak ada seni menenun jumputan. Jangan sampai keahlian yang dulunya dimiliki oleh para orang tua tidak dimiliki oleh keturunannya,” ujar Fitrianti.
Wanita berjilbab juga kerap memakai kain khas Palembang, seperti jumputan di sejumlah acara untuk tetap melestarikan budaya Palembang.
Terkait pertemuan hari ini, Fitrianti mengatakan ini sebagai bentuk sinergi Pemerintah Kota Palembang kepada pelaku usaha kerajinan khas Palembang.
“Banyak sinergi yang kita lakukan. Seperti demo pempek, penggunaan pakaian adat Palembang di hari Jumat oleh ASN Pemkot.(MC.Kota Palembang/Ria Amelia/Hidayatullah/Eyv)