:
Oleh MC Kota Singkawang, Selasa, 20 Desember 2016 | 16:46 WIB - Redaktur: Tobari - 1K
Singkawang, InfoPublik - Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Tentara Diraja Malaysia (TDM) menggelar Unit Commander Meeting (UCM) seri II dalam hal pembahasan mengenai daerah perbatasan, di Singkawang, Senin (19/12).
UCM merupakan agenda yang digelar dua kali setiap tahunnya antara Komando Pelaksana Operasi Korem (Kolakopsrem) 121/Abw dan MK 3 Briged.
"Kegiatan unit commander metting ini dua kali setahun digelar, awal tahun digelar di tempat kami sekarang di Indonesia. Ini merupakan kerjasama MK 3 Briged dengan Korem khususnya Serawak dan Kalbar dalam menjaga keamanan perbatasan," ujar Panglima MK 3 Briged Brigjen Moho Bustaman Bin Hj Mat Zin.
Diakui olehnya, kerja sama ini telah lama terjalin antara kedua negara yang berlangsung hingga saat ini. "Program ini sudah lama, saya disini meneruskan tradisi kerja sama sejak 1972 antara briged dan Korem. Dimana di perbatasan ada pos-pos kami masing-masing dan pos gabungan," tuturnya.
Untuk Tentara Diraja Malaysia, menurutnya, dalam menjaga perbatasan bekerjasama dengan pihak kepolisian. Dimana TDM ditempatkan pada daerah-daerah yang padat penduduk dan wilayah pintu masuk.
"Sejak dulu ada enam pintu masuk yang kami jaga, saat itu lebih pada menangani pengaruh komunis Serawak. Sekarang di wilayah yang sama kami membantu penguasa sipil," katanya.
Kerja sama TDM dan TNI, telah terjalin sejak lama, termasuk menangani teroris. Dimana menurutnya terorisme merupakan hal yang harus dihadapi bersama.
Bagi hubungan TNI dan TDM dulu bekerjasama memberantas komunis Serawak, itu diteruskan ke pengamanan, dimana saat itu komunis telah menyerah diri ke Indonesia selepas itu diserahkan kepada kami.
“Sekarang tidak ada ancaman komunis, dan untuk terorisme ini urusan bersama, dimana-mana mereka selalu cari perbatasan, karena ada ruang yang kosong. Itulah yang menjadi perhatian bersama," ungkapnya.
Kasrem 121/ABW Kolonel Inf Denny R.I. Masengi mengatakan UCM Seri II untuk lebih meningkatkan komunikasi TNI dan TDM dalam menjaga perbatasan. Dimana pos gabungan yang didirikan merupakan bentuk dalam menjalin hubungan yang harmonis.
"Pada Pos-Pos TNI misalnya ada 10 anggota TDM yang ikut berjaga demikian pula di Pos TDM, ada 10 TNI yang ikut disana. Intinya agar komunikasi terus terjalin dengan baik dalam mengamankan wilayah perbatasan kedua negara," tambahnya.
Ia juga menilai selain masalah teroris yang menjadi perhatian lebih pada peredaran narkotika. Dimana di perbatasan seringkali ditemukan barang-barang Narkotika tersebut. Selain teroris yang paling rawan itu masalah penyelundupan narkotika di perbatasan. Inilah yang menjadi fokus kami kedepannya agar tidak ada lagi hal serupa. (MC/HR/toeb)