Tradisi Makan Jagung

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Jumat, 29 April 2022 | 03:39 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 1K


Jakarta, InfoPublik - Sudah dua kali ini Presiden Joko Widodo terlihat gemas dan gusar. Terakhir terjadi saat Jokowi membuka Musrenbang Tahun 2022 di Istana Negara, Kamis (28/4/2022).

"Ini sudah 2 kali saya sampaikan bekerja fokus untuk meningkatkan komponen dalam negeri atau TKDN. Artinya belanja barang dan jasa harus diarahkan kepada pembelian produk-produk dalam negeri," kata Presiden Jokowi.

Ia meminta jajarannya untuk mengurangi pembelian barang impor. Di forum itu Jokowi menyatakan keheranannya, sampai saat ini Indonesia masih saja mengimpor komoditas pangan seperti kedelai dan jagung. Padahal menurutnya, dua tanaman ini bisa ditanam di banyak wilayah yang tersebar di Tanah Air.

Kegusaran Jokowi beralasan. Sebab, Indonesia sampai saat ini memang masih mengimpor jagung. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, periode Januari-Oktober 2018, Indonesia mengimpor 503 ribu ton jagung dengan US$ 109,9 juta. Dari jumlah tersebut, sebanyak 238 ribu ton atau hampir separuh jagung impor tersebut didatangkan dari Argentina. Sementara impor jagung terbesar kedua berasal dari Amerika Serikat mencapai 183 juta ton atau sebesar 36,4% dari total impor.

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mencatat, kedelai dan jagung merupakan beberapa komoditas pangan yang paling banyak diimpor Indonesia pada 2020 lalu. Angka impor kedelai dua tahun lalu mencapai 2,5 juta ton, adapun impor jagung sebesar 865 ribu ton.

Melihat tingginya angka impor jagung dan kedelai itu tak heran jika Jokowi gusar. "Padahal tanam jagung di manapun juga tumbuh, kenapa masih impor?" kata Jokowi.

Jokowi benar. Jagung, misalnya memang sangat mudah di lahan-lahan yang tersebar di tanah air.

Menurut Suwarto, dosen di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, jagung merupakan tanaman pangan yang bisa tumbuh di banyak daerah di Indonesia. Laman Kementerian Pertanian menyebut, ada 10 provinsi penghasil jagung terbesar di Indonesia.

1. Jawa Timur
Menurut Suwarto, Jawa Timur memiliki luas lahan dan produktivitas jagung tertinggi. Luas lahan ini dikarenakan produduk jagung Jawa Timur berasal dari sawah dan lahan tadah hujan. Jawa Timur memiliki luas lahan sebesar 1,19 juta hektar dan menghasilkan 5,37 juta ton jagung per tahun.

2. Jawa Tengah
Penghasil jagung terbesar kedua ditempati Jawa Tengah. Jawa Tengah memiliki 614,3 ribu hektar lahan tanam dan mampu menghasilkan 3,18 juta ton jagung per tahun.

3. Lampung
Lampung memiliki luas lahan panen sebesar 474,9 ribu hektar dan mampu menghasilkan 2,83 juta ton jagung per tahun.

4. Sumatera Utara
Sumatera Utara memiliki lahan luas panen sebesar 350,6 ribu hektar dan bisa menghasilkan jagung sebesar 1,83 juta ton per tahun.

5. Sulawesi Selatan
Provinsi asal Menteri Pertanian, Yasin Limpo ini memiliki luas panen 377,7 ribu hektar dan bisa menghasilkan 1,82 juta ton jagung per tahun.

6. Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat mampu menghasilkan 1,66 juta ton jagung per tahun. Jagung Nusa Tenggara Barat diproduksi di lahan luas panen sebesar 283 ribu hektar.

7. Jawa Barat
Selanjutnya, ada Jawa Barat yang menempati posisi ketujuh sebagai provinsi penghasil jagung terbesar di Indonesia. Jawa Barat memiliki luas panen sebesar 206,7 ribu hektar dan mampu menghasilkan 1,34 juta ton jagung per tahun.

Sulawesi Utara
Provinsi ini punya luas panen 235,5 ribu hektar. Sulawesi Utara diketahui mampu menghasilkan jagung sebanyak 0,92 juta ton per tahun.

Gorontalo
Provinsi ini sempat dikenal sebagai "provinsi jagung". Luas panen sebesar 212,5 ribu hektar. Gorontalo bisa menghasilkan 0,91 juta ton jagung per tahun.

Sumatera Selatan
Provinsi ini memiliki luas panen 137 ribu hektar dan bisa menghasilkan jagung mencapai 0,80 juta ton per tahun.

Tradisi Makan Jagung
Di Indonesia, jagung punya nilai historis dan budaya. Di sejumlah daerah kita bisa melihat, mereka punya tradisi khusus terhadap tanaman ini. Masyarakat Kampung Jalawastu, Desa Ciseureuh, Kecamatan Ketanggungan, Brebes, Jawa Tengah punya upacara Ngasa.

Upacara ini yang digelar setahun sekali itu sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Konon, upacara itu digelar pertama kali pada masa pemerintahan Bupati Brebes ke-9, yaitu Raden Arya Candranegara (1880-1885). Sejak saat itu, upacara Ngasa digelarsecara turun temurun.

Jatengprov.go.id melansir, upacara Ngasa digelar pada mangsa kesanga (bulan kesembilan dalam Kalender Jawa) tiap tahunnya. Hari perayaannya dilaksanakan pada Jum'at Kliwon atau Selasa Kliwon di lereng Gunung Kumbang dan Gunung Sagara. Setelah dilakukan prosesi ritual, upacara itu ditutup dengan acara makan-makan bersama.

Masyarakat yang tinggal di Dukuh Jalawastu memiliki pantangan untuk makan nasi, daging dan ikan. Makanan pokok mereka adalah nasi jagung dengan lalapan dedaunan, umbi-umbian, pete, terong, sambal, dan daun reundeu. Semua bahan makanan itu telah tersedia di lingkungan sekitar mereka.

Tradisi dan ritual makan jagung itu juga bisa kita temui di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Mereka menyebut tradisi itu sawar. Tradisi itu berlangsung di setiap suku dengan jadwal yang disesuaikan dengan kondisi kematangan jagung di ladang.

Jika sawar sudah digelar, semua orang dalam suku itu bebas mengonsumsi jagung muda. Sebelum sawar digelar, tak seorang pun dibenarkan mengonsumsi. Jika ada anggota suku melanggar sawar dengan mengonsumsi jagung muda, ia diyakini mendapat kutukan berupa sakit, gagal panen, dan lainnya.

Pun di Sulawesi Tenggara. Di sini ada suku Muna. Suku ini hidup di pulau Muna. Muna merupakan pulau karang yang cukup keras yang dulu kala terkenal dengan kualitas kayu jatinya. Di pulau ini padi agak sulit untuk tumbuh subur. Karena sulit tumbuh, masyarakat Muna lebih memenuhi kebutuhan karbohidrat mereka dengan tanaman jagung dan ubi kayu.

Salah satu tradisi menarik dalam budaya Muna adalah pada masa panen jagung. Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat suku Muna, saat panen pemilik kebun akan membuat acara pesta panen, yang biasanya dilaksanakan saat usia tanaman jagung memasuki 60 hari.

Bagi masyarakat Muna jagung yang dipanen di usia 60 hari merupakan jagung terbaik, yang sangat cocok untuk mereka jadikan olahan makanan mereka, dimana usia jagung 60 hari itu jagung telah matang tapi masih memiliki banyak kandungan air.

Sebelum memulai pesta panen, pemilik kebun akan mengundang keluarga dan kerabatnya bukan hanya yang tinggal di kampung situ, tapi juga dari kampung lain termasuk juga yang tinggal di Kota.(*)

(Petani memanen jagung untuk bahan baku pakan ternak ayam di Dusun Cikatomas, Kecamatan Cijengjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (7/3/2022). Kementerian Pertanian menargetkan produksi jagung Nasional 2022 mencapai 23,1 juta ton dengan luas tanam sebesar 4,26 juta hektare. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/rwa.)