Literasi Digital Masyarakat Indonesia Mulai Membaik

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Selasa, 25 Januari 2022 | 10:41 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 851


Jakarta, InfoPublik - Hasil survei yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Katadata Insight Centre (KCI) cukup menggembirakan. Survei tentang literasi digital yang digelar 4-24 Oktober 2021 itu menemukan tingkat literasi digital masyarakat Indonesia pada 2021 meningkat dibanding 2020. Angkanya mencapai 3,49 poin atau meningkat 0,02 poin dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 3,47 poin.

Memang tak naik tajam. Tapi peningkatan itu patut kita sambut gembira. Dalam skala survei (skala 5), angka itu berada pada tahap sedang dan mendekati baik.

“Pemahaman orang terhadap informasi sensitif membaik," kata Panel Ahli KIC Mulya Amri dalam acara Peluncuran Survei Literasi Digital 2021, di Jakarta, Kamis (20/01/2022).

Survei itu menunjukkan, masyarakat wilayah Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara, memiliki tingkat literasi digital tertinggi.

Pengukuran Indeks Literasi Digital 2021 dilakukan melalui survei tatap muka kepada 10.000 responden dari 514 kabupaten dan kota di Indonesia. Survei menjangkau responden anggota rumah tangga berusia 13-70 tahun dan mengakses internet tiga bulan terakhir. Tingkat toleransi kesalahan (margin of error) 0,98%.

Ada empat pilar yang memengaruhi indeks literasi digital, yakni:
1. Kecakapan digital (digital skill)
Kecakapan ini terkait dengan kemampuan masyarakat dalam menghubungkan perangkat ke jaringan internet dan kemampuan mengunggah.
2. Etika bermedia digital (digital ethics)
Di sini menggambarkan tentang komentar masyarakat di media sosial.
3. Keamanan digital (digital safety)
Keamanan ini menggambarkan kemampuan masyarakat dalam menjaga data pribadinya.
4. Budaya bermedia digital (digital culture)Contohnya, mempertimbangkan perasaan dari suku lain, mempertimbangkan perasaan pembaca yang memiliki pandangan politik berbeda, keragaman budaya, agama dan usia di media sosial.

Dalam survei itu, Budaya Digital mendapat skor tertinggi dalam pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2021. Pilar Budaya Digital (digital culture) mendapat skor 3,90 dalam skala 5 atau baik. Selanjutnya pilar Etika Digital (digital ethics) mendapat skor 3,53 dan Kecakapan Digital (digital skill) dengan skor 3,44. Sementara pilar Keamanan Digital (digital safety) mendapat skor paling rendah (3,10) atau sedikit di atas sedang.

Dibandingkan dengan Indeks Literasi Digital 2020, ada peningkatan indeks (dari 3,46 ke 3,49). Perbaikan terjadi pada pilar Digital Culture dan Digital Skills, tapi ada penurunan pada Pilar Digital Ethics dan Digital Safety.

Menurut Mulya Amri, pilar Keamanan Digital (digital safety) yang mendapat skor paling rendah perlu mendapat perhatian. Responden masih banyak yang belum mampu melindungi dirinya di dunia maya.

“Kami menemukan misalnya, masih banyak yang tidak menyadari bahaya dari mengunggah data pribadi,” ujar Mulya.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, pengukuran indeks literasi digital ini selain untuk mengetahui status literasi digital di Indonesia juga untuk memastikan upaya peningkatan literasi digital masyarakat makin tepat sasaran.

“Kita ingin mempercepat dan mengawal terus tingkat literasi digital masyarakat, mengimbangi dengan perkembangan teknologi digital yang cepat dan makin strategis bagi kehidupan masyarakat Indonesia saat ini,“ ujar dia.

Tahun lalu, Kementerian Kominfo menargetkan 12,5 juta masyarakat mendapatkan literasi digital secara baik. Selain itu, sebanyak 100 ribu peserta bisa mendapatkan pelatihan kemampuan digital menengah melalui program Digital Talent Scholarship. Materinya berupa pengetahuan big data, kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), augmented reality, dan virtual reality.

Selain mengukur indeks literasi, survei ini juga menganalisis perilaku pengguna internet di Indonesia.

“Lewat survei ini, kami juga menemukan masyarakat saat ini mengalami peningkatan skill dalam mengklarifikasi berita bohong," kata Mulya.

Peningkatan skill itu ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat yang makin rajin mengecek kebenaran berita bohong itu melalui mesin pencari.

Menurut Samuel, survei itu juga menemukan perlunya upaya peningkatan literasi terhadap kelompok perempuan, kelompok berpendapatan rendah, yang berpendidikan rendah serta yang telah berumur.(*)

(Ilustrasi kabar bohong. Foto: Pixabay)