Diplomasi Maaf dan Keris

:


Oleh Norvantry Bayu Akbar, Kamis, 12 Maret 2020 | 14:57 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 1K


Jakarta, InfoPublik - Hubungan bangsa Indonesia - Belanda, belakangan bertambah mesra. Terlebih, setelah Pemerintah Belanda menegaskan sikapnya yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Terakhir, sikap politik tersebut disampaikan pada 2005 oleh Menteri Luar Negeri Belanda saat itu, Bernard Bot.

"Pemerintah Belanda secara tegas telah mengakui hal ini (kemerdekaan RI), baik secara politik maupun secara moral, sejak 15 tahun yang lalu. Hari ini kami dengan penuh kehangatan mengucapkan selamat pada rakyat Indonesia pada saat perayaan 75 tahun kemerdekaan," tutur Raja Belanda Willem-Alexander dalam Pernyataan Pers Bersama Presiden RI dan Raja Belanda di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/03/2020).

Lebih lanjut Raja Willem-Alexander juga menyampaikan bahwa pada tahun-tahun setelah kemerdekaan RI terjadi sebuah perpisahan yang menyakitkan dan mengakibatkan banyak korban jiwa, yakni agresi militer Belada pada 1947 dan 1948. Atas seluruh sejarah kelam itu, dirinya mewakili Pemerintah Belanda pun menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf.

"Selaras dengan pernyataan pemerintahan saya sebelumnya, saya ingin menyampaikan penyesalan saya dan permohonan maaf untuk kekerasan yang berlebihan dari pihak Belanda di tahun-tahun tersebut,” ujarnya. "Sesuatu yang baik bila tetap menghadapi sejarah karena masa lalu tidak bisa dihapus dan perlu diakui setiap generasi pada waktunya," sambung Raja Willem-Alexander.

Menurut Raja Willem-Alexander, ia melakukan menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf ini dengan kesadaran penuh bahwa rasa sakit dan kesedihan keluarga-keluarga yang terdampak masih dirasakan sampai saat ini.

"Merupakan tanda yang sangat menjanjikan bahwa dua negara yang pernah berada di pihak yang berlawanan dapat menjalin hubungan yang semakin erat dan mengembangkan sebuah hubungan baru berdasarkan rasa hormat, saling percaya, dan persahabatan. Ikatan di antara kita semakin erat dan beragam. Ini sungguh menggembirakan saya,” ujarnya.

Ia pun mengetahui bahwa di Belanda banyak yang merasakan hal yang sama karena banyak orang di Negeri Kincir Angin itu merasakan ikatan yang kuat dengan Indonesia.

Di samping itu, lanjut Raja Willem-Alexander, Belanda juga membutuhkan Indonesia karena Indonesia adalah anggota G20 dan ASEAN. Belum lagi saat ini Indonesia juga menjabat sebagai anggota Dewan Keamanan dan Dewan Hak Asasi Manusia PBB.

Ditambah lagi, sebagai negara demokrasi keempat terbesar di dunia dan salah satu ekonomi terbesar di Asia, Indonesia memegang peran kepemimpinan yang diperhitungkan. Misalnya, Raja Willem-Alexander mencontohkan, upaya bersama untuk mempromosikan dan melindungi tatanan internasional berbasis aturan.

"Indonesia memiliki tradisi yang lama dalam bidang toleransi agama dan dalam hal ini bisa memainkan peran yang konstruktif. Sangat penting untuk melanjutkan kerja sama dalam pemeliharaan perdamaian, keadilan, dan perlindungan bagi kaum minoritas, dengan tetap menjunjung tinggi kedaulatan dan integritas teritorial,” jelasnya.

Di akhir pernyataanya, Raja Willem-Alexander menyebut Indonesia sebagai sebuah negara dengan jiwa tua namun berhati muda dan memiliki kekayaan warisan budaya yang sangat dijaga, serta pada saat yang bersamaan juga giat menaklukkan masa depan.

"Kombinasi kuno dan baru ini yang membuat negara Indonesia begitu mempesona. Istri saya dan saya mempunyai keinginan besar untuk mengenal Indonesia semakin dalam. Empat hari adalah waktu yang terlalu singkat, namun kami akan melakukan yang terbaik untuk bertemu dan berbicara dengan orang sebanyak mungkin,” pungkasnya seraya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam kunjungan kali ini.

Mitra Penting

Menanggapi permintaan maaf Raja Willem-Alexander, Presiden RI Joko Widodo menyampaikan bahwa sejarah tidak bisa dihapus, tetapi kita bisa belajar dari itu untuk menata langkah menuju masa depan hubungan diplomatik kedua negara yang lebih baik lagi.

”Saya ingin menyampaikan bahwa kita tentu tidak dapat menghapus sejarah, namun kita dapat belajar dari masa lalu. Kita jadikan pelajaran sejarah tersebut untuk meneguhkan komitmen kita membangun sebuah hubungan yang setara, yang saling menghormati, dan saling menguntungkan,” tutur Presiden Joko Widodo dalam pernyataan persnya.

Menurut Kepala Negara, Belanda adalah salah satu mitra penting Indonesia di Eropa, utamanya mitra strategis di bidang perdagangan, investasi, dan pariwisata. Disebutkan, Belanda merupakan mitra dagang Indonesia terbesar kedua, mitra investasi terbesar pertama, dan mitra pariwisata terbesar keempat.

Selain itu, Presiden Joko Widodo juga menyampaikan sering bertemu dan melakukan pembicaraan dengan Ratu Maxima dalam kapasitas sebagai Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Keuangan Inklusif.

Tahun ini, lanjut Presiden Joko Widodo, Indonesia merayakan 75 tahun kemerdekaan. Pada usia 75 tahun ini, Indonesia terus berusaha menjadi bagian penyelesaian masalah dunia, serta berusaha terus berkontribusi bagi perdamaian dan kesejahteraan dunia.

Pasalnya, dunia saat ini dipenuhi dengan ketidakpastian dan dinamika yang sangat tinggi. Tantangan tersebut, menurut Presiden Joko Widodo, dapat dikurangi jika negara-negara di dunia melakukan kerja sama yang saling menguntungkan dan yang saling menghormati. Termasuk antara Indonesia dan Belanda.

”Perdamaian dan stabilitas dunia dapat tercapai jika negara di dunia melakukan hubungan berdasarkan penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah negara lain. Dan saya ingin mengajak Sri Baginda untuk membangun sebuah hubungan yang kuat berdasarkan prinsip-prinsip tersebut,” katanya.

Kunjungan Raja Willem-Alexander beserta Ratu Maxima dan delegasi Belanda ke Indonesia ini adalah yang pertama dilakukan Kepala Negara Kerajaan Belanda sejak 25 tahun yang lalu. Saat itu, yakni 1995, Raja Willem-Alexander masih berstatus sebagai sebagai putra mahkota turut mendampingi Ratu Beatrix dalam kunjungannya ke Indonesia.

Sambutan Hangat

Sebelum menggelar Pernyataan Pers Bersama, Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana menyambut kunjungan kenegaraan Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima beserta rombongan delegasi Belanda yang tiba di Istana Bogor sekitar pukul 10.15 WIB dengan diiringi oleh pasukan Nusantara, korps musik, dan pasukan berkuda dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).

Tak hanya itu, sejumlah pelajar yang mengenakan pakaian adat berbagai daerah juga turut menyambut kedatangan Raja dan Ratu Belanda dengan mengibarkan bendera kedua negara.

Ada yang sedikit berbeda dari upacara penyambutan kenegaraan kali ini. Cucu kedua Presiden, Sedah Mirah Nasution, turut menyambut dan menyerahkan langsung bunga kepada Ratu Maxima.

Prosesi penyambutan kemudian dilanjutkan dengan upacara penyambutan kenegaraan bagi keduanya. Saat itu, lagu kebangsaan kedua negara diperdengarkan dengan diiringi oleh dentuman meriam sebanyak 21 kali. Setelah itu, kedua kepala negara melakukan inspeksi pasukan kehormatan.

Setelahnya, kedua pemimpin memperkenalkan delegasi dari masing-masing negara sebelum memasuki Ruang Teratai untuk menandatangani buku tamu kenegaraan. Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana beserta Raja dan Ratu Belanda juga berfoto bersama.

Rangkaian acara kemudian dilanjutkan dengan penanaman pohon bersama di halaman Istana Bogor. Pada kesempatan itu, kedua pemimpin menanam pohon cendana atau Santalum album.

Usai menanam pohon, Presiden Joko Widodo beserta Ibu Iriana dan Raja Willem-Alexander beserta Ratu Maxima melakukan pertemuan tete-a-tete (pertemuan empat mata) di veranda Istana. Setelahnya, Presiden Joko Widodo dan Raja Willem-Alexander menuju Ruang Sayap Kiri Istana untuk mengadakan pertemuan bilateral antara kedua negara.

Sementara itu, Ibu Iriana mengajak Ratu Maxima untuk mengikuti serangkaian acara pendamping yang telah disiapkan, antara lain meninjau pameran batik di Ruang Sayap Kanan Istana Bogor.

Dalam pertemuan bilateral, Presiden Joko Widodo merasa terhormat menerima kunjungan Raja Willem-Alexander dan delegasi sekaligus mengucapkan selamat datang. Menurutnya, memasuki usia 75 tahun, Indonesia memiliki komitmen kuat untuk memperkokoh hubungan bilateral dengan Belanda.

"Sebuah hubungan yang saling menghormati kedaulatan, integritas, wilayah, saling menghormati, dan saling menguntungkan," kata Presiden. "Kunjungan Sri Baginda akan dicatat oleh sejarah sebagai kunjungan yang bersahabat, produktif, menatap masa depan tanpa harus melupakan sejarah masa lalu," sambungnya.

Sementara itu, Raja Willem-Alexander merasa senang dengan sambutan hangat Indonesia dalam kunjungannya kali ini. Menurutnya, ini merupakan sebuah peluang untuk meningkatkan hubungan kerja sama antara Indonesia dan Belanda.

"Ini adalah peluang bagus untuk bekerja sama untuk hubungan masa depan antara Indonesia dan Belanda. Karena itu, saya sangat bersyukur bahwa sebagian besar kabinet Belanda juga diwakili bersama saya di sini hari ini," ujar Raja Willem-Alexander.

Keris Pangeran Diponegoro

Dalam kunjungan kenegaraan kali ini, Raja Willem-Alexander tidak hanya memperkuat hubungan bilateral dengan menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas kejadian di masa lalu. Raja Belanda itu juga memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembalikan keris Pangeran Diponegoro yang hilang ratusan tahun lalu.

Selama kunjungan, keris dengan nama Kiai Naga Siluman itu dipajang dalam sebuah kotak kaca di Ruang Teratai, Istana Bogor. Usai memberikan Pernyataan Pers Bersama, Presiden Joko Widodo beserta Ibu Iriana dan Raja Willem-Alexander beserta Ratu Maxima melihat dan berfoto dengan keris tersebut.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyampaikan bahwa pengembalian keris Pangeran Diponegoro ini prosesnya sudah cukup lama. Selama proses tersebut berlangsung, Pemerintah RI dan Kerajaan Belanda melakukan penelitian bersama untuk betul-betul memastikan bahwa keris tersebut adalah keris asli milik Pangeran Diponegoro.

"Jadi beberapa minggu sebelum kunjungan, kita juga mengirimkan tim di mana di dalamnya juga ada Pak Dirjen Kebudayaan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Karena saya berkonsultasi juga dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kemudian beliau mengutus Dirjen Kebudayaan bersama dengan ahli dari Indonesia untuk melakukan pengecekan,” terangnya saat memberikan penjelasan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020).

Menurut Menlu Retno Marsudi, Kerajaan Belanda juga sudah mendatangkan tim yang terdiri dari beberapa orang untuk melihat keris tersebut. Ia menambahkan bahwa dengan datangnya tim dari Indonesia, maka sudah dikonfirmasikan bahwa keris tersebut adalah keris asli milik Pangeran Diponegoro dan kemudian dikembalikan ke Indonesia.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung dalam akun media sosialnya menyebutkan keris Kiai Naga Siluman itu akan dibawa dan dipamerkan di Museum Nasional, Jakarta.

Keris Pangeran Diponegoro memang dikabarkan sempat hilang dan pada akhirnya ditemukan di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda, setelah melalui penelitian panjang dan mendalam yang juga diperkuat ahli dari Belanda dan Indonesia.

Sebelumnya, keris itu didapatkan Pemerintah Belanda saat penangkapan Pangeran Diponegoro setelah perang besar antara 1825-1830. Kolonel Jan-Baptist Cleerens kemudian memberikan keris Pangeran Diponegoro itu sebagai hadiah untuk Raja Willem I pada 1831.

Keberadaan keris tersebut sempat menjadi teka-teki setelah Koninklijk Kabinet van Zeldzaamheden (KKZ), tempat koleksi khusus kabinet Kerajaan Belanda, bubar.

Sebelum dipajang selama kunjungan Raja dan Ratu Belanda, keris Pangeran Diponegoro sudah diserahkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Ingrid van Engelshoven kepada Duta Besar RI untuk belanda I Gusti Agung Wesaka Puja pada Kamis (5/3/2020). (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)