- Oleh Ismadi Amrin
- Senin, 7 Juli 2025 | 13:43 WIB
: Foto: ANTARA
Oleh Ismadi Amrin, Sabtu, 14 Juni 2025 | 07:09 WIB - Redaktur: Untung S - 356
Jakarta, InfoPublik - Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu pilar utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Infrastruktur yang baik tidak hanya memperlancar mobilitas barang dan manusia, tetapi juga membuka akses terhadap pelayanan publik, memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan daya saing nasional di tingkat global.
Infrastruktur mencakup berbagai sektor seperti transportasi, energi, telekomunikasi, air bersih, dan sanitasi. Ketika semua sektor ini berfungsi secara optimal, maka aktivitas ekonomi dapat berjalan lebih efisien. Misalnya, jalan dan jembatan yang baik mengurangi biaya logistik, jaringan listrik yang andal mendukung industri, dan infrastruktur digital mempercepat transformasi ekonomi berbasis teknologi.
Investasi pada infrastruktur memiliki efek ganda (multiplier effect) yang kuat. Pembangunan proyek-proyek besar sering kali menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, infrastruktur membuka peluang pertumbuhan di daerah terpencil, sehingga kesenjangan antara kota dan desa dapat ditekan.
Secara sosial, pembangunan infrastruktur juga berdampak pada kualitas hidup. Masyarakat yang memiliki akses ke air bersih, listrik, dan transportasi publik yang layak cenderung memiliki tingkat kesehatan dan pendidikan yang lebih baik.
Di era digital saat ini, pendekatan pembangunan infrastruktur juga mulai bergeser. Penggunaan teknologi seperti Building Information Modeling (BIM), Internet of Things (IoT), hingga kecerdasan buatan atau Artificial Intelegent/AI mulai diterapkan dalam perencanaan dan pengawasan proyek. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi risiko keterlambatan, dan menjaga kualitas konstruksi.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang menghadapi tantangan geografis besar dalam pembangunan infrastruktur. Namun, dalam satu dekade terakhir, berbagai proyek strategis nasional telah dicanangkan untuk mengatasi ketimpangan wilayah dan mempercepat konektivitas.
Beberapa contoh nyata pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan pemerintah antara lain tol Trans Jawa dan Trans Sumatra. Tol itu telah menghubungkan berbagai kota besar dan kawasan industri, sehingga mengurangi waktu tempuh dan biaya distribusi logistik.
Kemudian, Pelabuhan Kuala Tanjung dan Makassar New Port yang meningkatkan kapasitas pelabuhan dan mendukung visi Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Lalu, Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung yang menjadi simbol modernisasi transportasi dan peningkatan efisiensi antarkota.
Ada juga, pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW untuk peningkatan kapasitas energi nasional guna menjamin pasokan listrik bagi industri dan masyarakat.
Keberhasilan pembangunan infrastruktur itu sangat tergantung pada koordinasi lintas sektor dan konsistensi kebijakan antarpemerintahan pusat dan daerah.
Pembangunan infrastruktur ke depan harus mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan dan sosial. Infrastruktur hijau dan ramah lingkungan mulai menjadi tren global. Konsep seperti smart city, green building, dan renewable energy infrastructure mulai diadopsi sebagai standar baru.
Tantangan dalam Pembangunan Infrastruktur
Meski memiliki banyak manfaat, pembangunan infrastruktur bukan tanpa tantangan. Beberapa kendala umum antara lain keterbatasan anggaran, pembebasan lahan, masalah lingkungan, dan transparansi dalam pelaksanaan proyek. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan yang matang, regulasi yang mendukung, serta kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan keterbukaan pemerintah dalam keterlibatan sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur nasional.
Hal tersebut disampaikan Presiden dalam pidato kuncinya pada Konferensi Internasional Infrastruktur Tahun 2025 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, pada Kamis (12/6/2025).
“Untuk itu, infrastruktur sekarang saya mengundang sektor swasta dari dalam negeri dan luar negeri untuk ikut terlibat dalam pembangunan infrastruktur kita sebesar-besarnya, sebesar-besarnya,” ujar Presiden.
Untuk menarik lebih banyak investasi, pemerintah berkomitmen menyederhanakan perizinan, memfasilitasi proyek, dan menjaga stabilitas agar pembangunan tidak terganggu. Presiden pun menyambut baik pusat layanan yang mempercepat realisasi proyek infrastruktur.
“Saya menyambut baik pusat-pusat atau kantor-kantor memfasilitasi semua proyek, dibantu, diamankan, dijaga supaya tidak terganggu rencana besar pembangunan tersebut,” ucap Presiden.
Kepala Negara juga menyampaikan bahwa efisiensi yang dilakukan telah menghasilkan cadangan anggaran negara yang kini dapat digunakan sebagai modal investasi bersama swasta. Menurut Presiden, hal ini akan memberikan kenyamanan kepada para investor.
“Kita sekarang berani kalau kita undang kerja sama dengan swasta atau dengan asing, kita berani, pemerintah akan ikut berapa persen. Dan bukan minta saham kosong, tapi kita ikut serta dengan uang yang nyata, uang yang riil,” pungkas Presiden.
Hal senada disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. Ia mengatakan keterbatasan fiskal pemerintah menjadi alasan bahwa pendanaan sektor swasta sebagai strategi yang dibutuhkan dalam pembangunan infrastruktur.
"Indonesia adalah negara kepulauan dengan keberagaman kondisi geografi dan ekonomi. Kita memiliki kebutuhan mendesak untuk memperluas konektivitas dan juga memastikan akses adil terhadap layanan infrastruktur dasar," kata Menkeu dalam ajang International Conference of Infrastructure (ICI) 2025 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Kamis (12/6/2025).
Menkeu menambahkan, pembiayaan tentunya menjadi permasalahan penting karena investasi infrastruktur dari periode 2025-2029 membutuhkan 625,37 miliar dolar AS.
"Negara hanya bisa membiayai 40 persen diantaranya. Karena itu kita menghadapi gap pembiayaan," ujar Menkeu.
Menkeu menyatakan, kita membutuhkan keikutsertaan sektor swasta dan dukungan dari banyak mitra serta tuntutan untuk penciptaan mekanisme pendanaan kreatif dalam memenubi pendanaan infrastruktur.
Kolaborasi multipihak sangat dibutuhkan dalam mempercepat pembangunan infrastruktur nasional. Pemerintah pun mendorong kolaborasi kuat antara dunia usaha, dan calon investor dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur.
Salah satu instrumen penting dalam percepatan pembangunan nasional adalah kehadiran Danantara, entitas baru yang disiapkan untuk mendukung pembiayaan dan investasi infrastruktur strategis.
Danantara dibentuk untuk menjadi lengan investasi pemerintah tentunya akan memainkan peran penting dalam memobilisasi sumber daya nasional dan memperkuat kerja sama antara pemerintah pusat, daerah, serta sektor swasta.
CEO Danantara sekaligus Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM Rosan Roeslani mengatakan Danantara bukan badan pengelola investasi biasa. Pihaknya ingin mereformasi cara BUMN bekerja, menciptakan nilai tambah, dan membuka ruang kolaborasi lintas sektor, baik domestik maupun internasional. Saat ini terdapat 50 BUMN dengan 889 anak usaha yang akan berada di bawah kendali strategis Danantara. Tentunya, Danantara akan mendapat kewenangan mengelola dividen BUMN secara fleksibel.
"Ini merupakan bentuk kepercayaan pemerintah agar BUMN lebih lincah dalam mendorong pembangunan nasional. Terima kasih kepada Ibu Sri Mulyani, sekarang kami bisa mengelola dividen kami sendiri. Ini penting untuk membuka ruang investasi ke berbagai sektor prioritas,” kata Rosan.
Rosan menegaskan bahwa tujuan akhir dari transformasi ini adalah penciptaan lapangan kerja berkualitas. Ia menekankan bahwa pertumbuhan penduduk yang mencapai 2 juta kelahiran per tahun menuntut Indonesia memiliki mesin ekonomi yang tidak hanya menarik investasi, tapi juga membuka lapangan kerja secara luas dan berkelanjutan.
“Kami percaya bahwa investasi harus sejalan dengan penciptaan kerja berkualitas. Itu adalah prioritas utama di Indonesia,” pungkas Rosan.
Dukung Pertumbuhan Ekonomi Kreatif
Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf) Teuku Riefky Harsya menilai infrastruktur merupakan hal penting sebagai fondasi yang mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif. Infrastruktur dinilai sangat erat dengan ekonomi kreatif seperti dalam hal aksesibilitas dan distribusi, konektivitas digital, hingga terciptanya ruang kreatif serta inovasi.
“Kami ingin memastikan infrastruktur yang memadai di Indonesia bisa menjadi fondasi dan akses bagi pengembangan subsektor ekonomi kreatif untuk menciptakan kolaborasi yang produktif dan berkelanjutan,” kata Menekraf.
Teuku Riefky menekankan bahwa dengan adanya pembangunan infrastruktur yang melibatkan semua pihak dapat mendorong pertumbuhan dan keberlangsungan ekosistem industri ekonomi kreatif.
Hal tersebut juga akan mendukung meningkatnya banyak inovasi dan kolaborasi lain dengan pihak-pihak terkait, sehingga dapat menciptakan sumber daya manusia unggul dan berkontribusi besar terhadap pendapatan negara serta meningkatkan angka ekspor produk ekonomi kreatif.
"Kami yakin masa depan perekonomian kreatif Indonesia akan bertumbuh dari landasan infrastruktur yang kuat untuk membina bakat-bakat, ekosistem yang ada dan dengan begitu kita dapat menyerap jutaan pekerja yang bermutu tinggi khususnya generasi muda dan menciptakan mesin pertumbuhan baru yang didapatkan dari berbagai kawasan di Indonesia atau mesin baru pertumbuhan nasional," kata Teuku Riefky.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menekankan bahwa pembangunan infrastruktur harus berpijak pada nilai kemanusiaan, ketahanan nasional, dan kerja sama lintas batas.
Menko IPK AHY menuturkan, Presiden Prabowo telah memberikan arahan bahwa pembangunan infrastruktur bukanlah sekadar mengejar proyek-proyek besar, tetapi menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai upaya memperkuat ketahanan nasional dan kedaulatan negara.
Ia juga menyampaikan sejumlah contoh nyata pembangunan yang kini tengah dilakukan pemerintah, seperti tanggul raksasa untuk melindungi pesisir ibu kota, pembangkit listrik mikro di daerah 3T, saluran irigasi bagi petani, hingga pelabuhan yang membuka akses ekonomi maritim nasional.
Lebih lanjut, Menko AHY menyampaikan tiga refleksi penting yakni pertama, Infrastruktur bukanlah sesuatu yang netral tapi bisa menyatukan atau memecah, memberdayakan atau mengecualikan. Oleh karena itu, pembangunan harus dilakukan dengan komitmen untuk membawa manfaat bagi semua pihak.
Kedua, ketahanan bukan hanya soal kekuatan, tetapi tentang kepercayaan. Masyarakat harus percaya pada kemajuan yang dibangun melalui relasi lintas batas, lintas sektor, dan interaksi yang tulus.
Ketiga, masa depan masih menanti untuk dipetakan dan akan dibentuk oleh para pemimpi dan pelaku—orang-orang yang percaya bahwa kita bisa membangun kota hijau, menggerakkan energi bersih, menjembatani kesenjangan digital, dan menghidupkan ketahanan iklim.
“Karena pada akhirnya, infrastruktur bukanlah biaya. Ia adalah investasi—dalam martabat, dalam keadilan, dalam perdamaian. Malam ini, saat kita berbagi cerita, mungkin tertawa bersama, dan semoga menikmati hidangan yang lezat—mari jadikan jamuan ini lebih dari sekadar formalitas. Jadikan ia sebuah janji sunyi bahwa kita ada di sini—dan kita akan melangkah bersama,” pungkas Menko AHY.