:
Jakarta, InfoPublik - Curah hujan dengan intensitas maksimum 300 mm pada 7 pos pengamatan yang berbeda melanda sebagian wilayah Sulawesi Utara (Sulut, khususnya Kota Manado) sejak Jumat (27/1/2023) dini hari sampai pukul 15.30 WITA. Curah hujan ekstrim tersebut telah mengakibatkan meluapnya enam sungi di sekeliling Kota Manado, khususnya Sungai Mahawu, Sungai Bailang dan Sungai Tikala.
Sebagai informasi, Kota Manado dilintasi 6 Sungai, yakni Sungai Tondano, Sungai Tikala, Sungai Mahawu, Sungai Bailang, Sungai Sario dan Sungai Malalayang.
Dalam catatan Pemda Sulawesi Utara, banjir bandang dan kadang disertai tanah longsor telah berulangkali terjadi. Pada Maret 2022 lalu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Manado, mencatat dua warga dilaporkan meninggal dunia dan 278 jiwa dari 155 KK terdampak banjir serta tanah longsor.
Hasil kaji BPBD memastikan peristiwa itu terjadi akibat meluapnya DAS Tondano, Sungai Sario, Sungai Malendeng dan Sungai Bailang, setelah sebelumnya hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Kota Manado pada Kamis (3/3/2022). Akibatnya, ada 13 kelurahan di 5 kecamatan yang terdampak peristiwa itu.
Sebelumnya, banjir bandang juga terjadi pada Rabu (15/1/2014). Peristiwa banjir di wilayah Manado dan sekitarnya kala itu dicatat sebagai terbesar dalam 14 tahun sebelumnya. Kala itu, ketinggian banjir di beberapa tempat melebihi atap rumah, mencapai sekitar 3 – 4 meter atau 3 kali lebih tinggi dibanding genangan yang pernah terjadi sejak banjir terakhir yang terjadi pada 2000.
Derasnya sapuan air yang datang dari lima sungai besar yang meluap secara bersamaan mengakibatkan tidak kurang dari 40 ribu warga terpaksa harus mengungsi. Dampak lainnya, adalah terganggunya aktivitas perekonomian dari mulai proses produksi, jalur distribusi, rehabilitasi ekonomi kerakyatan, masa panen, sampai aspek psikologi dalam bentuk trauma masyarakat yang terkena bencana.
Peran Bendungan Kuwil Mereduksi Banjir
Saat hujan deras, demikian catatan Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan sekaligus Juru Bicara Kementerian PUPR, Endra S. Atmawidjaja, debit enam sungai di seputar kota Manado pun bertambah. Namun, dengan beroperasi Bendungan Kuwil, debit sungai, khususnya Sungai Tondano, pada dasarnya dapat dikendalikan. Caranya adalah dengan mengoperasikan Bendungan Kuwil Kawangkoan, seperti dengan menutup pintu dan holocon.
Itu yang terjadi pada musim hujan 2023 ini. Luapan air dari Sungai Tondano telah menurun signifikan pascapengoperasian Bendungan Kuwil Kawangkoan di Kabupaten Minahasa yang baru saja diresmikan Presiden Jokowi pada 19 Januari 2023 lalu.
"Namun intensitas curah hujan yang tinggi tadi menyebabkan luapan air pada pertemuan Sungai Tondano dan Sungai Tikala. Keduanya berada di hilir Bendungan Kuwil Kawangkoan. Selain itu terjadi penyumbatan pada saluran drainase Kota Manado dan anak Sungai Tondano," kata Endra dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi www.infopublik.id, senin (30/1/2023).
Endra mengatakan, Tim Satuan Tugas (Satgas) Bencana Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi I Kementerian PUPR telah melakukan evakuasi warga terdampak banjir menggunakan perahu karet dan membawa bantuan makanan.
"Tim juga menyiapkan bahan banjiran dan alat berat untuk penanganan darurat, serta terus melakukan pengamatan tinggi muka air pada Bendungan Kuwil Kawangkoan," tambah Endra.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir di Kota Manado 2023 kali ini menggenangi 4 kecamatan, 19 kelurahan, yakni banjir akibat debit tob Sungai Bailang 1 kecamatan (3 kelurahan), banjir akibat debit Sungai Mahawu 1 kecamatan (5 kelurahan), dan Banjir Sungai Tikala 2 kecamatan (11 kelurahan).
Jumlah kecamatan terdampak tersebut lebih sedikit jika dibandingkan dengan banjir besar yang melanda kota Manado pada 2014 lalu sebelum Bendungan Kuwil Kawangkoan dibangun. Tercatat pada 2014 lalu, banjir Kota Manado terjadi dengan curah hujan maksimum 160 mm (jauh dibawah curah hujan ekstrim 2023 sebesar 300 mm) telah menggenangi area 2000 ha (jauh diatas area terdampak 2023 yakni 808 ha) yang tersebar di 8 Kecamatan dan 36 Kelurahan.
Bendungan Kuwil Kawangkoan dibangun utamanya bertujuan untuk mengurangi banjir Kota Manado dan sekitarnya sebesar 25 persen (146,6 m3/detik). Bendungan ini terkoneksi dan berada dalam satu sistem dengan Sungai dan Danau Tondano.
Efektivitas Bendungan Kuwil untuk mereduksi risiko banjir Kota Manado juga disampaikan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Manado Liny Tambajong. Ia menyebut bahwa dampak banjir yang terjadi di Manado telah direduksi dengan keberadaan Bendungan Kuwil.
"Fungsi Bendungan Kuwil adalah menahan air dari Airmadidi, Danau Tondano dan bagian hulu lainnya. Sedangkan yang terjadi di Kota Manado, dengan intensitas curah hujan maksimum 300 milimeter itu sangat besar. Jadi bukit-bukit yang masuk wilayah Manado juga turut berkontribusi meningkatkan nilai run off-nya tertampung di Sungai Tondano yang letaknya di hilir Bendungan Kuwil. Dan ini susah tidak bisa dikendalikan oleh Bendungan Kuwil,” ungkap Tambajong.(*)
Foto: Banjir di Kota Manado (3/3/2022) (Dok. BNPB https://bnpb.go.id/berita/dua-warga-meninggal-akibat-banjir-dan-longsor-di-kota-manado-)