Jembatan Gantung Kelar, Konektivitas Pedesaan Lancar

:


Oleh DT Waluyo, Rabu, 23 Maret 2022 | 23:32 WIB - Redaktur: Untung S - 818


Jakarta, InfoPublik - Jembatan Gantung Banyusidi. Begitulah plang nama yang disematkan di atas jembatan sepanjang 42 meter dan lebar 1,8 meter di Desa Banyusidi, di Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu.

Melintang di atas Sungai Soti, jembatan berkerangka besi dan tiang pancang sebagai penahan rangka itu, terlihat kokoh. Dibangun dengan anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) TA 2020 sebesar Rp4,8 miliar (mulai dibangun Oktober 2020 dan Selesai Juni 2021), Jembatan Gantung Banyusidi akan menghubungkan warga di dua kecamatan, yakni Kecamatan Pakis dan Candimulyo.

Keberadaan jembatan tersebut sangat menguntungkan warga di sana. Yakni, warga Dusun Wiropati Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, dan Dusun Gemawang, Desa Surodadi, Kecamatan Candimulyo. Sebab jembatan gantung yang meintas di atas Sungai Soti tersebut, bisa memotong jarak warga hingga lima (5) kilo meter. Sebelum ada jembatan, mereka harus lewat memutar yang menghabiskan waktu 30 menit. Kini, cukup 5 menit.

Dalam istilah Camat Candimulyo, Mulyono, Jembatan Gantung (JG) Banyusidi, adalah jembatan multi fungsi. Selain memperlancar transportasi warga, juga mampu mendukung dari sisi pendidikan. “Diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan warga. Tapi juga membantu anak-anak yang akan bersekolah. Tidak perlu memutar lagi, saat berangkat maupun pulang sekolah,” katanya.

Bagi Kementerian PUPR, JG Banyusidi merupakan satu dari sedikitnya 300 buah JG yang tersebar di tanah air dan selesai dibangun sejak 2015. Pada 2021 Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR telah menyelesaikan 66 jembatan gantung.

Saat meresmikan JG Banyusidi, Sabtu (19/3/2020), Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian menyampaikan bahwa pembangunan dua jembatan gantung ini merupakan bentuk bantuan pemerintah pusat, khususnya Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, kepada pemerintah daerah.

“Kami hanya pelaksana instruksi Presiden Joko Widodo kepada Menteri PUPR Bapak Basuki Hadimuljono untuk meningkatkan pergerakan produk pertanian, barang, jasa dan orang di tingkat pedesaan,” kata Hedy seraya menambahkan, selain PG Banyusidi, juga diresmikan JG Pagergunung di Desa Pagergunung,Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung.

Menurut Hedy, pembangunan Jembatan Gantung Pagergunung bertipe Simetris ini dimulai sejak Juni 2021 hingga Desember 2021 dengan anggaran sebesar Rp2,5 miliar. "Jembatan Pagergunung ini memiliki bentang 60 meter dengan lebar 1,8 meter sehingga dari spesifikasi tersebut, jembatan ini khusus diperuntukan bagi pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Namun berdasarkan papan petunjuk safety yang dipasang di kedua sisi jembatan, dalam keadaan darurat kendaraan roda empat seperti Ambulans boleh melintas," kata Hedy yang didampingi Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq, serta Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Tengah - Daerah Istimewa Yogyakarta Wida Nurfaida.

Kedua JG (Banyusidi dan Pagergunung), jelas Hedy, memiliki karakteristik sama. Yakni, dibangun sebagai penghubung antar desa sebagai solusi atas jalan setapak terjal maupun turunan tajam menuju sungai. 

Anggota Komisi V DPR RI Sujadi mengatakan, jembatan gantung ini merupakan bentuk kasih sayang Pemerintah Pusat kepada masyrakat, khususnya di Kabupaten Temanggung. Sebelumnya pada 2017, Presiden Joko Widodo dan Menteri PUPR Basuki telah meresmikan Jembatan Gantung Galeh sepanjang 90 meter yang menghubungkan desa Gandurejo, Kecataman Bulu ke Desa kauman di Kecamatan Parakan.

Sukarman, Kepala Desa Pagergunung mengatakan sebelum jembatan gantung ini dibangun lalu lintas menuju desa Gandurejo harus melewati lereng Gunung Sumbing sedalam 60 meter. Sementara akses jalan utama selama ini harus memutar dengan memakan waktu 20-30 menit. Setelah jembatan ini tersambung, waktu tempuh kedua desa terpangkas menjadi 2-3 menit saja. (*)

Ilustrasi, Jembatan Gantung Banyusidi (Dok. Kementerian PUPR)