Harta Karun Itu Berwujud Sarang Burung Walet

:


Oleh DT Waluyo, Jumat, 7 Mei 2021 | 22:41 WIB - Redaktur: Ahmed Kurnia - 2K


Jakarta, InfoPublik - Sarang burung walet. Nama komoditas ekspor non migas ini, selain porang, menjadi bagian pembicaraan dalam rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, pada Selasa, 4 Mei 2021. "Sarang burung walet ini mempunyai nilai yang luar biasa. Indonesia menjadi produsen utama dari sarang burung walet untuk dunia. Bahkan, kalau tidak salah, hampir 80 persen dari kapasitas dunia disuplai dari Indonesia," jelas Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang memberikan keterangan bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Sejumlah data memperkuat pernyataan Mendag. Data Kementerian Perdagangan menyebutkan, Indonesia memasok 38,57% kebutuhan sarang burung walet dunia. Disusul oleh Singapura (28%), China (9,15%), Hong Kong (4,69%), dan Malaysia (4,64%).

Pada Oktober 2020, Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat nila ekspor sarang burung yang bisa dimakan (HS 04100010) selama Januari-Oktober 2020 adalah US$392,62 juta (Rp5,53 triliun). Dibandingkan dengan total ekspor Indonesia yang pada periode tersebut mencapai US$131,51 miliar (Rp1.851,64 triliun).

BPS juga mencatat adanya indikasi peningkatan ekspor sarang burung walet dari waktu ke waktu. Pada Oktober 2020 tersebut,misalnya, ekspor sarang burung walet tumbuh 66,57% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Lebih tinggi ketimbang pertumbuhan bulan sebelumnya yaitu 57,35% YoY.

Data yang lain yang dikumpulkan IQFAST Badan Karantina Pertanian (Barantan), mencatat jumlah ekspor sarang burung walet selama masa pandemi Covid-19, mencapai 1.155 ton dengan nilai Rp28,9 triliun. Jumlah tersebut naik 2,13% dari pencapaian di tahun 2019 yang hanya 1.131,2 ton dan bernilai Rp28,3 triliun.

Barantan juga menyampaikan, negara tujuan ekspor sarang burung walet, ada 23 negara, antara lain Australia, Amerika Serikat, Kanada, Hong Kong, Singapura, Afrika Selatan dan lainnya.

Kaviar Dari Timur

Sarang burung walet, merupakan sumber nutrisi yang mengandung gizi tinggi dan sangat berguna bagi kesehatan. Makanan ini, sejatinya sudah lama dikenal. Menu yang disebut juga sebagai Caviar of the East (Kaviar dari Timur), telah dikenal sejak abad ke-15. Awalnya ditemukan petani kecil di kawasan yang kini dikenal sebagai Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Sejak saat itu, khususnya pada abad ke-17, perdagangan sarang burung walet mulai berkembang dan semakin banyak pedagang Tiongkok dari dinasti Ming mulai mencari dan memperdagangkan sarang burung walet atau ‘yan wo’ dengan produk-produk lainnya seperti porselen, sutra, dan obat-obatan tradisional.

Sarang buruh walet yang bentuknya mirip mangkuk ini, layaknya ginseng dari Korea Selatan atau jamur shitake dari Jepang, adalah kekayaan alam yang bernilai ekonomi tinggi. Sarang tersebut terbuat dari air liur burung walet. Meski terbuat dari air liur, makanan ini mengandung protein dan kalsium yang sangat tinggi dan diyakini untuk mengurangi asma dan meningkatkan imun tubuh.

Sarang burung walet biasanya disantap dalam bentuk sup. Ada tiga jenis sarang burung walet, yaitu merah, putih, dan kuning. Makanan sehat ini sangat melegenda. Nilai ekonominya juga sangat tinggi.

Di Hong Kong, negara yang banyak mengimpor sarang burung walet, semangkuk sup sarang burung walet bisa dihargai lebih dari US$ 100 per porsi. Dengan asumsi US$ 1 setara dengan Rp 14.358,85 seperti kurs referensi Bank Indonesia (BI) 5 Mei 2021, itu sama dengan Rp 1,4 juta per porsi. Sementara harga mentahnya, harganya, mencapai US$ 10.000/kg. luar biasa.

Meski menjanjikan, tetapi sarang burung walet belum bisa menjadi komoditas andalan ekspor seperti batu bara, minyak sawit mentah (CPO), atau karet. Sampai saat ini, nilai ekspor sarang burung walet masih belum ada apa-apanya ketimbang komoditas-komoditas tersebut. Kontribusi sarang burung walet masih hanya 0,29%.

Meski dari total nilai masih kecil, Mentan Syahrul Yasrin Limpo, optimis masa depan budi daya sarang burung walet sangat menjanjikan. Dia sebut, komoditas ini sebagai harta karun. Selain perawatannya mudah, potensinya juga besar. Karena itu, Mentan berjanji untuk melakukan langkah maksimal dalam upaya meningkatkan produksi dan melindungi penggiat sarang burung walet. Termasuk diantaranya adalah dalam hal pendampingan eksportasi mulai dari harmonisasi aturan dan persyaratan teknis sanitasi negara tujuan dan bimbingan teknis sanitari dan keamanan pangan, food safety-nya dilakukan oleh Barantan.

Sejauh ini, Barantan Kementan, telah melakukan pendampingan terhadap 23 eksportir sarang burung walet lokal sehingga berhasil teregistrasi oleh otoritas karantina pertanian China, GACC (General Administration of Customs of the People's Republic of China).

Dalam catatan Kemendag, sejak 2012, Indonesia dan RRT telah menandatangani Protokol Persyaratan Higienitas, Karantina dan Pemeriksaan untuk importasi produk sarang burung walet dari Indonesia ke Cina. Hal ini penting, mengingat tren persyaratan kesehatan dan higienitas akan meningkat di masa depan sejalan dengan kesadaran publik terhadap soal itu.

Standar-standar kesehatan dan higienitas itu sering menjadi non tariff barrier dalam perdagangan. Untuk itu, Kementerian Perdagangan bersama kementerian terkait sudah mengantisipasi dengan berbagai perjanjian perdagangan baik secara bilateral maupun multilateral.

Dalam perjanjian-perjanjian itu juga ada mekanisme peningkatan kapasitas pelaku usaha agar bisa memenuhi standard kesehatan produk di negara pembeli. "Kita akan segera mengembangkan dan mengakselerasi lebih kuat dari hulu ke hilir, terutama melakukan pembinaan-pembinaan teknis kepada petani baik porang maupun sarang burung walet," jelas Mentan Yasin Limpo.

Keterangan foto: Proses pengolahan sarang burung walet untuk ekspor (ANTARAFOTO)