:
[quote]Baru pertama kali di Indonesia, kereta api ini bisa mengangkut kontainer untuk hasil ekspor[/quote]
JPP, BATUBARA SUMATERA UTARA - Pemerintah secara intensif melakukan perbaikan sekaligus pengawasan dalam merealisasikan sistem integrasi logistik agar menciptakan efisiensi yang optimal guna menarik investasi. Salah satu kebijakan yang dilakukan adalah dengan mengintegrasikan sistem pengangkutan barang intermoda dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei ke Pelabuhan Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
Integrasi Pelabuhan Kuala Tanjung dengan KEK Sei Mangkei cukup baik. Ekosistem dan integrasi seperti ini harus dikembangkan secara konsisten,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat melakukan Kunjungan Kerja ke Pelabuhan Kuala Tanjung dan KEK Sei Mangkei, , di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, Kamis (14/2/2019).
Perbaikan integrasi transportasi intermoda tersebut direalisasikan dengan membangun Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung Tahap I sebagai terminal multipurpose. Terminal ini terintegrasi dengan pengangkutan barang ekspor, yang menggunakan moda kereta api dari Dry Port KEK Sei Mangkei ke Pelabuhan Kuala Tanjung. Integrasi sistem angkut intermoda ini lebih efisiensi dibandingkan dengan pilihan pengangkutan barang ekspor yang sebelumnya menggunakan truk.
“Baru pertama kali di Indonesia, kereta api ini bisa mengangkut kontainer untuk hasil ekspor. Saya harap Pelabuhan Kuala Tanjung juga bisa menjadi konsolidator dengan berbagai pelabuhan, baik dalam negeri maupun luar negeri,” tambah Menko Darmin.
Terminal multipurpose Kuala Tanjung senilai Rp 3,9 triliun ini sendiri sudah melayani pengangkutan barang ekspor dan impor sejak 27 Desember 2018, dengan kapasitas volume pengiriman ekspor mencapai 600.000 TEUs per tahun.
Pelabuhan yang dibangun sejak 27 Januari 2015 ini rencananya akan segera diresmikan bulan ini. Sedangkan, kereta api yang akan mengangkut barang ekspor dari KEK Sei Mangkei ke Pelabuhan Kuala Tanjung akan melalui rute Bandar Tinggi-Kuala Tanjung sepanjang 21 kilometer dan ditargetkan selesai serta beroperasi penuh pada Juli 2019.
Tidak hanya itu, Menko Darmin juga menggelar diskusi dengan Direksi PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III selaku operator KEK Sei Mangkei, dan juga para investor di Kawasan tersebut. Ia menegaskan bahwa KEK ini perlu terus dioptimalkan karena didesain untuk mengolah komoditas unggulan Sumatera Utara, seperti kelapa sawit, karet, dan lain-lain.
“Kami sedang mengembangkan perusahaan refinery kelapa sawit yang sudah mencapai tahap uji coba produksi yang nantinya akan menghasilkan produk minyak goreng. Kami berharap pabrik ini dapat menjadi pelopor produk refinery dari BUMN yang berkembang pesat nantinya,” ujar Direktur Utama PT. Perkebunan Nusantara (PN) III Dolly P. Pulungan saat diskusi tersebut.
Dalam kesempatan ini, para investor juga menyampaikan apresiasinya terhadap berbagai fasilitas perpajakan dalam KEK yang selama ini diberikan pemerintah. “Terima kasih atas fasilitas kepabeanan dan tax allowance dari pemerintah, yang mempermudah kami menjalankan bisnis kami dalam KEK,” ujar Direktur Utama PT. Industri Nabati Lestari (INL) J. Suwondo saat memasuki sesi tanya-jawab dengan Menko Darmin.(ekon)