Kontingen PON XXI Terkesan Toleransi dan Keramahan Masyarakat Aceh

: Pengunjung berswafoto di halaman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Aceh, Jumat ( 13/9/2024). Selama perhelatan PON XXI Aceh-Sumut 2024, destinasi wisata religi ramai dikunjungi official kontigen dan atlet PON dari berbagai daerah. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/pras.


Oleh Farizzy Adhy Rachman, Jumat, 20 September 2024 | 22:12 WIB - Redaktur: Untung S - 215


Jakarta, InfoPublik - Atlet dan ofisial Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh- Sumatra Utara (Sumut) 2024 yang berlaga di Provinsi Nanggroe Aceh Darusallam (NAD) mengaku terkesan dengan toleransi dan keramahan warga di daerah berjuluk Serambi Mekah itu.

Wakil Ketua Bidang Humas dan Media KONI NTT Marthen Bana mengatakan, dirinya baru pertama kali datang ke Aceh. Sebelumnya, Marthen mengaku, jika bisa ia lebih memilih ke Medan daripada ke Aceh karena alasan takut berbuat salah di Aceh yang menerapkan hukum Syariat Islam. 

Hal itu disampaikan Marthen dalam Konferensi Pers bertajuk “Tolerasi Beragama di Serambi Mekah” yang berlangsung di Media Center PON XXI Wilayah Aceh, di Hotel Hermes, Banda Aceh pada Rabu (18/9/2024)

Namun, begitu mendarat di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, ia mendapat kesan positif. “Begitu tiba di Aceh, saat keluar dari ruang kedatangan, saya dihampiri seorang bapak, yang rupanya sopir taksi. Beliau menanyakan saya dari mana, mau kemana dengan begitu ramah. Lalu begitu tiba di penginapan, ada koran yang judulnya Pemulia Jamee yang artinya saatnya memuliakan tamu. Dari sini saya teringat ketika di bandara tadi, bahwa yang saya rasakan itu adalah memuliakan tamu,” ujarnya dalam keterangan pers yang InfoPublik pada Jumat (20/9/2024).

Marthen menyebut, setelah beberapa hari di Aceh, ketika berinteraksi dengan warga Aceh, budaya Pemulia Jamee itu benar-benar terasa. Masyarakat Aceh juga begitu toleran terhadap tamu yang datang di Aceh. “Terima kasih Aceh, saya benar-benar betah berada di Aceh,” ucap Marthen.

Selain Marthen, Wakil Ketua Umum (Waketum) KONI Papua Tengah Cesar Avianto mengaku punya kesan tersendiri tentang Aceh. Menurutnya, ketika Papua menjadi tuan rumah PON XX pada tahun 2021, ia banyak berinteraksi dan membantu kontingen Aceh yang datang ke Papua. Sebaliknya begitu kontingen Papua Tengah tiba di Aceh, mereka mendapatkan pelayanan yang begitu baik dari tuan rumah.

“Bagi saya, meskipun Aceh ini menerapkan Syariat Islam, pandangan saya, Aceh ini sudah sangat siap menjadi tuan rumah. Saya ikuti di beberapa venue, atlet-atlet putri diberi kebebasan untuk bisa bertanding sesuai dengan apa yang mereka mau, tidak terikat dengan aturan-aturan yang ada. Itu bagian dari bentuk toleransi yang diberikan oleh Aceh sebagai tuan rumah,” ungkap Cesar.

Cesar juga menyoroti kehidupan sosial masyarakat Aceh yang begitu terbuka kepada kontingen yang ada. “Saya terkesan dengan kehidupan sosial masyarakat Aceh, dimana dengan penerapan Syariat Islam tapi Aceh terbuka untuk semua suku bangsa dan agama. Itu yang saya dapatkan di Aceh,” katanya.

Salah satu atlet Dayung Provinsi Bali, I Nyoman Bagus Bhaskara Daneswara mengaku awalnya canggung dan takut untuk berinteraksi dengan masyarakat Aceh. Ia takut berbuat salah karena adanya penerapan Syariat Islam di Aceh. Namun seiring berjalannya waktu, Bhaskara merasa bahwa orang-orang Aceh itu asyik dan terbuka, dan ia pun terdorong menjadi terbuka.

“Waktu saya jalan-jalan di lapangan Blang Padang, saya bertemu orang-orang, kita ngobrol, wah asyik. Warga Aceh terbuka menerima kami, dan saya pun akhirnya nyaman, dan merasa kayak di rumah saja. Jadi untuk toleransinya wow, luar biasa,” kata Bhaskara.

Kesan senada dirasakan Marinus Beanal, atlet Rugby Papua Tengah. “Yang saya tahu di Aceh itu menerapkan Syariah, jadi saya berpikir nanti sampai di sana saya bagaimana, jangan sampai kita buat salah,” kata Marinus.

Setelah dua tiga hari di Aceh, Marinus merasakan hal yang lain. Pikirannya tentang Aceh sebelum tiba pupus setelah ia berinteraksi dengan warga Aceh. “Puji Tuhan, ketika tinggalkan Papua ke Aceh, kita tinggalkan keluarga, tapi ketika di Aceh kita berinteraksi dengan orang hotel, orang-orang di sekitar tempat tinggal kami, saya merasakan bahwa kita adalah keluarga,” ujar Marinus.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Wandi
  • Sabtu, 23 November 2024 | 07:50 WIB
Menpora Beri Dukungan agar Pencak Silat Menuju Olimpiade
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Kamis, 21 November 2024 | 00:04 WIB
Santri Lumajang Ukir Sejarah di Porsadin VI, Pj. Bupati Beri Penghargaan
  • Oleh MC KAB NAGAN RAYA
  • Kamis, 21 November 2024 | 23:06 WIB
Tingkatkan Integrasi Data di Portal Sata Nara, Diskominfo Nagan Raya Gelar Bimtek