- Oleh MC PROV JAWA TIMUR
- Jumat, 14 Februari 2025 | 15:59 WIB
: Dari Inkubasi Menjadi Profesi, Pembatik Kota Mojokerto Bangun Usaha dengan Pelatihan dan Suntikan Modal PNM. Sumber Foto: Diskominfo Kota Mojokerto
Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Kamis, 23 Januari 2025 | 11:41 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 158
Surabaya, InfoPublik – Suherlin, seorang pembatik asal Kota Mojokerto, membuktikan bahwa dengan semangat, kerja keras, dan dukungan yang tepat, siapa pun dapat meraih kesuksesan. Kisah inspiratifnya dimulai dari keterlibatannya dalam pelatihan Inkubasi Batik yang digelar oleh Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopukmperindag) Kota Mojokerto, yang membawanya pada pencapaian luar biasa dalam dunia batik.
Batik bukanlah hal yang asing bagi Suherlin. Sejak kecil, ia sudah terbiasa melihat orang tuanya yang merupakan pembatik, bahkan sering membantu dalam proses pewarnaan batik. Meskipun demikian, ia baru mulai membatik secara serius pada tahun 2021, setelah mengikuti berbagai pelatihan membatik yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota Mojokerto.
"Saya mengikuti pelatihan Inkubasi Batik yang diselenggarakan oleh Diskopukmperindag, belajar selama enam bulan, dan mendapat kesempatan untuk belajar di beberapa tempat, seperti Balai Besar Kerajinan dan Batik di Yogyakarta, serta daerah-daerah pengrajin batik lainnya seperti Pekalongan, Trenggalek, dan Madura," kata Suherlin, dalam laman Pemerintah Kota Mojokerto, Kamis (23/1/2025).
Setelah menguasai berbagai teknik pembuatan batik, Suherlin memantapkan diri untuk memperluas usaha menjahitnya dengan membuka usaha batik di Lingkungan Keboan, Kelurahan Gunung Gedangan, Kecamatan Magersari.
Ia pun menambah modal usahanya dengan mengajukan pinjaman melalui PT. Permodalan Nasional Madani (PNM), yang juga telah membantunya dalam permodalan usaha sejak 2017.
"Kalau pesanan banyak, modalnya juga harus banyak. Jadi, saya memutuskan untuk meminjam modal melalui program Mekar dari PNM. Pertama kali bergabung, saya mengajukan pinjaman modal sebesar dua juta rupiah. Untuk batik, saya sudah dua kali mendapat bantuan modal, masing-masing sebesar delapan juta rupiah," terang Suherlin.
Menurutnya, bantuan modal tersebut digunakan untuk membeli bahan baku, alat-alat batik, serta kebutuhan untuk proses pewarnaan. Suherlin sendiri memproduksi batik dengan teknik tulis dan cap.
"Alhamdulillah, saya bisa menyerap tenaga kerja cukup banyak, mulai dari tenaga untuk mencanting, ngecap, pewarnaan, hingga pelungsuran," katanya.
Saat ini, usaha batik Suherlin telah berkembang pesat. Dengan tiga pegawai tetap, ia mampu meraih omset hingga sebesar empat juta rupiah setiap bulannya. Omsetnya bahkan bisa lebih dari empat juta jika ada pesanan besar dan mampu mempekerjakan hingga sembilan orang, mayoritas adalah saudara atau tetangganya, untuk membantu dalam pesanan yang lebih besar.
Kesuksesan para pelaku UMKM di Kota Mojokerto menjadi kebanggaan tersendiri bagi Pemerintah Kota Mojokerto. Ini sekaligus menjadi bukti bahwa program dan anggaran yang telah disiapkan oleh pemerintah benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.
“Sejak awal, kami telah menyiapkan berbagai pelatihan, kami siapkan anggarannya, dan masyarakat dapat memilih bidang apa yang menjadi minatnya. Jika berhasil, ini tentu akan meningkatkan ekonomi masyarakat dan mencapai kesejahteraan untuk Kota Mojokerto,” kata Sekretaris Daerah Kota Mojokerto, Gaguk Tri Prasetyo.
Kisah sukses Suherlin ini menjadi contoh nyata betapa pentingnya pembinaan, pelatihan, dan dukungan permodalan bagi pelaku usaha kecil. Dengan semangat pantang menyerah dan bantuan yang tepat, siapa pun bisa meraih sukses, meski dimulai dari usaha kecil sekalipun.(MC Jatim/idc/eyv)