- Oleh MC PROV JAWA TIMUR
- Selasa, 26 November 2024 | 13:10 WIB
: Ketua komisi E DPRD Jatim, Sri Untari. (Pca)
Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Selasa, 26 November 2024 | 09:21 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 54
Surabaya, InfoPublik - Peringati Hari Guru Nasional 25 November, Ketua Komisi E DPRD Jatim Sri Untari Bisawarno mendorong agar kesejahteraan guru harus menjadi prioritas pemerintah.
Menurutnya ada tiga hal yang yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk kesejahteraan guru. Pertama adalah ikuti seluruh aturan perundangan yang melindungi dan mengayomi para guru.
Kedua,melaksanakan tugas-tugas penguatan untuk guru agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan untuk menjadi guru di tempatnya masing-masing.
“Para guru ini lebih memiliki kompetensi yang cukup dalam rangka melaksanakan tugasnya mendidik dan mengajar anak-anak dimanapun berada,” ujarnya, Senin (25/22/24).
Untari menambahkan ketiga, perhatikan guru-guru yang bekerja di tempat-tempat yang tertinggal, seperti yang ada di pulau-pulau di Madura, kemudian daerah-daerah yang cukup terpencil.
“Mereka perlu diberikan tunjangan yang lebih daripada yang hidup di kota. Mengapa?,karena mereka mendapatkan tantangan alam yang tidak sama dengan di kota misal yang di Masalembu yang di pulau - pulau di Madura itu yang kemudian di Bawean dan Nusa Barung Jember," jelasnya.
Selain itu, pihaknya akan bekerja setiap hari untuk mendidik putra-putri anak-anak kita. Karena mereka tempatnya jauh, bahkan menyeberang lautan perlu diberikan tunjangan yang lebih dibandingkan yang lain.
Sementara itu, terkait fenomena guru yang takut dipolisikan orang tua murid, Untari mengungkapkan, sebenarnya fenomena ini sudah lama terjadi.
“Dulu 2004, di tempat saya di kota Malang itu sudah pernah ada guru yang dipolisikan oleh orang tua siswa. Kalau saya melihat saya amati dengan cermat ini sama-sama perlu untuk menahan diri. Misal guru juga jangan berlebihan atau berakting di dalam mengajar. Yang merasa memiliki otoritas penuh di dalam kelas sehingga kadang tidak demokratis mencoba menyakiti fisik atau menyakiti pikiran dan perasaan anak-anak," urainya.
"Kadang sebagai guru juga lupa bahwa kita ini pendidik, mereka berpikir bahwa kita punya otoritas tunggal di dalam kelas. Sehingga terkadang keluar kata-kata yang kurang tepat dan juga tangan guru menyakiti anak-anak. Tolong dijaga betul oleh rekan-rekan guru supaya tidak terjadi kelepasan,” lanjutnya
Kepada orang tua, politisi dari Malang ini juga meminta harus ada edukasi kepada orang tua siswa. Menurutnya saat mengambil raport orang tuanya diundang ke sekolah harus didahului dengan dialog antara guru dan sekolah.
“Melalui wali kelas atau guru pengampu untuk bisa orang tua ini ikut melaksanakan sukses pendidikan anak-anak di sekolah melalui peran orang tua yang bersifat tidak emosional. Kalau mendapat laporan dari anak-anaknya yang sedang belajar itu harus didalami secara baik dulu apakah anaknya ini benar apa enggak,”imbuhnya.
Orang tua katanya harus bisa bijak dalam menerima laporan anak. Orang tua diharapkan tidak muda emosional dan langsung lapor polisi terhadap laporan anak mereka terkait tindakan guru.
Dan yang tidak kalah penting tegas Untari, anak anak didik juga harus dibekali orang tua untuk bisa menghormati guru. Kemajuan teknologi lanjutnya banyak kita sebagai orang tua mengabaikan pentingnya informasi pada anak untuk memberikan rasa hormat kepada guru.
"Disini perlu adanya peran orang tua untuk bijak menerima laporan anak terkait tindakan guru. Tidak mengedepankan emosional. Kedepankan tabayun untuk menyikapi laporam anak terkait tindakan guru. Saya kira semua harus sama-sama melakukan evaluasi diri. Anak-anak harus dibekali budi pekerti yang luhur agar anak-anak bisa saling menghormati di sekolah,”tambahnya. (MC Prov Jatim /hjr-Pca/Eyv)