- Oleh MC KOTA JAMBI
- Senin, 18 November 2024 | 09:15 WIB
: Seorang penyandang disabilitas sedang berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat seusai mendapat penjelasan seputar kehidupan satwa liar. Komunikasi dengan interpreter ini dijembatani oleh seorang juru bahasa isyarat. (Foto: Rahma)
Oleh MC PROV GORONTALO, Senin, 18 November 2024 | 05:23 WIB - Redaktur: Bonny Dwifriansyah - 127
Bone Bolango, InfoPublik – Penyandang disabilitas mengapresiasi pelaksanaan Festival Maleo Gorontalo 2024 yang memberi ruang bagi mereka untuk mengetahui lebih banyak tentang kehidupan satwa liar.
Kedatangan rombongan disabilitas tunarungu yang menggunakan kendaraan bentor ini disambut hangat para pegiat lingkungan yang bertugas di masing-masing pos.
Para penyandang disabilitas ini secara khusus mendapat layanan informasi melalui petugas di arena pameran. Mereka mendapat penjelasan dari interpreter untuk memahami hutan dan satwa liar yang ada di dalamnya, penjelasan ini langsung diterjemahkan oleh juru bahasa isyarat (JBI) berpengalaman.
Dengan isyarat dan ekspresi wajah, para penyandang tunarungu ini saling berkomunikasi, bahkan para interpreter membuka ruang bagi tanya jawab. Setiap pertanyaan peserta langsung diterjemahkan oleh jurus bahasa isyarat, sehingga para disabilitas ini langsung mendapat penjelasan.
“Kami sangat terharu dengan semangat para penyandang disabilitas tunarungu di Festival Maleo Gorontalo 2024 ini. Mereka sangat antusias ingin mengetahui burung endemik Sulawesi ini,” kata Iwan Hunowu Program Manager Wildlife Conservation Society (WCS) IP Sulawesi, yang didampingi Diah Ayu Lestari dari Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW), Sabtu (16/11/2024).
Para penyandang tuli ini mendapat layanan awal informasi hidupan liar di lokasi pameran foto. Rosyid Azhar selaku petugas perkumpulan BIOTA yang menjaga arena pameran langsung mengajak mereka memasuki belantara hutan taman nasional Bogani Nani Wartabone melalui cerita deskritifnya.
Lebatnya hutan taman nasional ini menjadi rumah bagi satwa liar, salah satunya burung Maleo senkawor (Macrocephalon maleo). Cerita deskriptif ini dibarengi dengan menunjukkan foto-foto satwa lair yang terpajang di papan. Cerita ini diterjemahkan dalam bahasa gerak oleh juru bahasa isyarat (JBI).
“Saat menceritakan lokasi atau jenis satwa, kami meminta interpreter untuk pelan-pelan, kami harus mampu mendeskripsikan secara baik ke penyandang tunarungu ini,” kata Yusrilsyah Limbanadi, juru bahasa isyarat.
Usai mendapat penjelasan deskriptif dengan dibantu foto-foto, para penyandang tunarungu ini bergeser lokasi di tenda yang menyajikan tayangan audio visual. Meskipun mereka tidak mampu menangkap suara, mereka bisa melihat video perilaku burung maleo di habitat aslinya.
Film dokumenter ini disajikan melalui layar televisi oleh Danny Albert Rogi yang juga seorang staf Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia Program.
Usai menonton video ini, para penyandang disabilitas mengajukan sejumlah pertanyaan. Ekspresi dan isyarat mereka menunjukkan minat yang serius terhadap hidupan satwa liar. Arena Festival Maleo Gorontalo ini menjadi sarana yang tepat bagi mereka untuk memahami dunia yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya.
Kegembiraan bertambah saat panitia mengajak mereka melakukan permainan melalui sejumlah pertanyaan, penyandang tunarungu yang mampu menjelaskan pertanyaan ini langsung mendapat goody bag menarik. Tiga buah hadiah menarik mereka dapatkan dari lokasi ini.
Saat mereka akan pulang masih mendapatkan bingkisan dari WCS, masing-masing mendapat satu bingkisan. “Hari ini baru pertama kali ke sini. Seru banget kegiatannya,” kata Arif Umar, salah satu penyandang tunarungu dalam unggahan media sosialnya.
Festival Maleo Gorontalo merupakan ajang kolaborasi sejumlah instansi pemerintah dan Non-Governmental Organization (NGO) yang dilaksanakan di Danau Perintis Kabupaten Bone Bolango selama tiga hari. Festival ini berlangsung sejak Jumat (15/11/2024) hingga berakhir pada Minggu malam (17/11/2024).
Lembaga yang terlibat dalam Festival Maleo Gorontalo antara lain Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Bone Bolango, Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW), Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia Program, Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (BIOTA), dan Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS). (mcgorontaloprov)