- Oleh MC PROV JAWA TIMUR
- Jumat, 15 November 2024 | 06:06 WIB
: Dosen Desain Komunikasi Visual UM Surabaya Paparkan Cara Perempuan Melawan Hoaks -Foto;mc.Jatim
Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Jumat, 15 November 2024 | 05:56 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 64
Surabaya, InfoPublik- Dosen mata kuliah Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Radius Setiyawan memaparkan cara perempuan dalam melawan hoaks.
Hal tersebut disampaikannya, saat menjadi pembicara dalam agenda Peningkatan Literasi Digital bertajuk 'Bijak dalam Bermedia Sosial' yang diadakan oleh Dinas Kominfo Jatim.
Saat dikonfirmasi pada Kamis (14/11/2024) melalui materi paparannya yang berjudul 'Perempuan dan Literasi Digital', Radius menjelaskan perempuan saat ini rawan akan cengkraman digitalisasi. Artinya perempuan banyak menjadi objek sasaran pinjaman online.
"Berdasarkan data dari Good Stats, menunujukkan bahwa perempuan merupakan kaum yang banyak terjerat pinjol ilegal. Dan dari kaum perempuan tersebut profesi paling banyak ialah guru dengan presentase 42%," jelasnya.
Lebih lanjut, berdasarkan data dari GoodStats pula, Radius menerangkan, jumlah pengguna smartphone di Indonesia pada 2023 adalah 209,3 juta orang. Ini menandakan betapa tingginya arus kecepatan digital sekarang.
"Jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2024 adalah 221,56 juta orang, berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau APJII. Angka ini setara dengan 78,19% dari total populasi Indonesia yang mencapai 275,77 juta jiwa. 56,6 persen penggunaan internet perempuan berdasaekan indeks literasi digital Indonesia 2023,"imbuhnya.
Tantangan yang dihadapi perempuan dalam literasi digital, disebutkan Radius ada tiga. Yakni, kesenjangan akses, kurangnya pendidikan digital, dan stereotip gender dalam teknologi.
"Kesenjangan akses maksudnya adalah banyak perempuan yang tidak memiliki akses serta setara ke perangkan dan internet, kurangnya pendidikan digital artinya tidak semua perempyan mendapatkan pelatihan atau pendidikan tentang teknologi. Sedangkan stereotip gender dalam teknologi artinya perempuan sering dianggap kurang ahli dalam bidang teknologi, meskipun banyak yang berpotensi,"ujar Radius.
Sehingga Radius menuturkan, ada beberapa cara yang dilakukan perempuan dalam melawan hoaks. "Cara tersebut ialah, periksa sumbernya, waspadai sesnasi atau provokasi, periksa tanggal dan waktu, teliti foto atau video, jangan terburu-buru share, perkuat kemampyan literasi media, mengajak orang lain untuk verifikasi, critical thinking mengakal perempuan untuk lebih kritis, dan gunakan situs pemeriksa fakta," tuturnya.(MC Prov Jatim /hjr-vin/eyv)