- Oleh Jhon Rico
- Sabtu, 23 November 2024 | 07:08 WIB
: Peta potensi gempa bumi di Indonesia oleh Pusat Studi Gempa Bumi Nasional 2017. (Foto: Hasil tangkapan layar materi sosialisasi Akhmad Solihin dari Badan Geologi, Kementerian ESDM)
Oleh MC KOTA TIDORE, Sabtu, 9 November 2024 | 21:47 WIB - Redaktur: Inda Susanti - 409
Ternate, InfoPublik – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut Maluku Utara sebagai salah satu daerah di Indonesia dengan potensi terjadinya gempa megathrust.
Gempa megathrust terjadi di zona subduksi aktif, di mana lempeng tektonik samudra menekan di bawah lempeng tektonik benua. Jenis gempa ini sangat kuat dan dapat menimbulkan dampak yang merusak, termasuk tsunami.
“Potensi dari rilis energi atau gempa akibat megathrust (di Maluku Utara) berada di angka 8,2 skala Richter (SR). Dengan sumber pembangkit yaitu zona megathrust Filipina bagian Selatan, artinya di situ ada Maluku Utara yang berhadapan langsung,” ujar PMG Muda Stasiun Geofisika Kelas III Ternate, Hermizal, Kamis (7/11/2024).
Menurut Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Maluku Utara, potensi gempa megathrust di wilayah ini cukup signifikan karena pembentukan Kepulauan Halmahera disebabkan oleh aktivitas lempeng tektonik besar.
“Area atau kawasan Halmahera, mau tak mau, suka tak suka, setiap saat kita dikontrol dengan aktivitas lempeng. Atau paling besar yaitu tematik (gempa) megathrust,” kata Ketua IAGI Maluku Utara, Dedi Arief.
Dia juga menekankan bahwa masyarakat harus waspada terhadap risiko gempa. Di Kota Ternate Barat, misalnya, telah ditemukan jejak paleotsunami di Kelurahan Loto, yang kemungkinan besar diakibatkan oleh megathrust Laut Maluku di masa lalu.
“Dia (paleotsunami Loto), bukan dari sisi tektonik yang lain, kemungkinan besar kesimpulannya adalah dari megathrust laut Maluku yang pernah terjadi,” jelas Dedi.
Kepala BPBD Provinsi Maluku Utara, Fehby Alting, menyatakan bahwa pemerintah telah memulai langkah-langkah kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa megathrust.
“Tahun ini, kami akan melakukan sosialisasi dan edukasi di beberapa wilayah Provinsi Maluku Utara. Mungkin terkonsentrasi di Kabupaten Pulau Morotai, Halmahera Utara, kemudian Kota Ternate,” ujarnya.
Fehby menambahkan bahwa tindak lanjut sosialisasi tersebut termasuk penetapan zona megathrust di area tertentu dengan potensi tinggi.
“Terkait dengan penanggulangan bencana di Maluku Utara ini merupakan urusan bersama,” tegasnya, menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menyusun dan menetapkan zona mitigasi megathrust. (DV/MC Tidore)