- Oleh MC PROV JAWA TIMUR
- Rabu, 6 November 2024 | 18:28 WIB
: Pj. Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono saat agenda apel kesiap siagaan menghadapi bencana banjir tahun 2024-2025, di Desa Gampeng, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Selasa (5/11/2024). Foto : Ryanda MC Jatim
Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Rabu, 6 November 2024 | 14:45 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 91
Surabaya, InfoPublik – Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, memimpin apel kesiapsiagaan menghadapi dampak bencana hidrometeorologi, seperti banjir, di Desa Gampeng, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, pada Selasa (5/11/2024).
Apel ini digelar untuk mempersiapkan seluruh jajaran Pemprov Jatim dalam menghadapi potensi bencana yang diperkirakan terjadi pada musim hujan 2024-2025.
Dalam kesempatan tersebut, Adhy menekankan pentingnya penanggulangan bencana yang cepat, tepat, dan akurat untuk meminimalkan dampak yang bisa ditimbulkan. Ia mengingatkan bahwa bencana hidrometeorologi diperkirakan akan meningkat intensitasnya pada akhir November hingga Februari 2025.
“Bencana hidrometeorologi diperkirakan memiliki potensi yang lebih besar pada akhir November, Desember, hingga Januari dan Februari tahun 2025. Maka saya tekankan untuk segera melakukan penanggulangan dengan cepat,
Ia juga mengapresiasi Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU SDA) Provinsi Jawa Timur yang telah mengorganisir apel kesiapsiagaan ini. Ia menyampaikan terima kasih kepada seluruh jajaran PU SDA Jatim dan pihak terkait yang turut berpartisipasi, karena kehadiran mereka menunjukkan kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana.
“Kita tahu dengan jelas bahwa siklus iklim kita kini mulai menunjukkan ancaman bencana hidrometeorologi, terutama hujan lebat yang dapat memicu bencana seperti banjir, longsor, hingga angin puting beliung. Oleh karena itu, semua pihak harus tetap waspada,”imbuhnya.
Peningkatan Indeks Risiko Bencana
Adhy mengungkapkan bahwa keberhasilan mitigasi bencana yang telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir mulai membuahkan hasil yang positif. Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) yang sebelumnya berada di angka 137,88, kini menurun menjadi 101,65. Ini menunjukkan bahwa risiko bencana di Jawa Timur semakin dapat dikendalikan.
“Indeks ini menunjukkan penurunan yang signifikan, yang artinya kita berhasil menurunkan potensi risiko bencana dari status ‘tinggi’ menjadi ‘sedang’ berkat upaya mitigasi yang dilakukan bersama,” ujar Adhy.
Peran Semua Sektor dalam Mitigasi Bencana
Adhy juga menekankan bahwa penanggulangan bencana bukanlah tugas satu pihak saja, melainkan harus melibatkan berbagai instansi dan sektor terkait. Oleh karena itu, koordinasi antara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas PU SDA, serta perangkat daerah lainnya sangat penting dalam memastikan kesiapsiagaan.
“Selain PU SDA, BPBD juga harus berperan aktif dalam simulasi, apel, dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dalam menghadapi bencana. Begitu juga dengan perangkat daerah lainnya, yang harus saling berkoordinasi untuk memperkuat sistem penanggulangan bencana,” ujar Adhy.
Anggaran dan Sumber Daya dalam Penanggulangan Bencana
Dari sisi anggaran, Adhy menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mempersiapkan Bantuan Tidak Terduga (BTT) untuk mendukung berbagai kegiatan penanggulangan bencana, mulai dari rehabilitasi infrastruktur hingga sarana-prasarana yang dibutuhkan.
“Mudah-mudahan dalam dua tahun ke depan, kita bisa mengalokasikan BTT dengan baik dan tidak banyak infrastruktur yang rusak. Kami berharap BTT sebesar 70% dari anggaran dapat dipersiapkan untuk kesiapsiagaan, karena kita tidak bisa memprediksi seberapa besar risiko yang akan terjadi,” jelasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya setiap kabupaten/kota di Jawa Timur memiliki rencana kontingensi atau kontingensi plan untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana. Tanpa rencana yang jelas, sulit untuk mengukur kebutuhan masyarakat yang terdampak dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menanggulangi bencana.
“Setiap daerah harus memiliki rencana kontingensi yang dapat mengukur potensi risiko dan sumber daya yang dibutuhkan. Semua peralatan yang dimiliki harus diuji coba secara rutin, meskipun tidak ada bencana yang datang. Karena risiko yang dihadapi adalah risiko yang sangat besar, yang taruhannya adalah keselamatan jiwa dan harta benda,”imbuhnya.
Dengan adanya kesiapsiagaan yang matang, Adhy berharap Jawa Timur dapat terus mengurangi risiko dan dampak bencana, serta meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. (MC Jatim/ida-vin)