- Oleh MC PROV JAWA TIMUR
- Rabu, 27 November 2024 | 02:53 WIB
© 2023 - Portal Berita InfoPublik.
: Lucia Karina ketika membagikan pengalamannya dalam mengelola industri yang berkelanjutan di salah satu acara di ITS. Foto: dok.HumasITS
Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Selasa, 5 November 2024 | 05:12 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 154
Surabaya, InfoPublik - Lucia Karina, salah satu alumnus Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), telah mengharumkan nama almamaternya sebagai penerima penghargaan SDG Pioneers 2024. Penghargaan yang diberikan oleh United Nations (UN) Global Compact ini bertujuan untuk mendukung para profesional yang berdedikasi dan berinovasi dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs).
Karina, yang akrab disapa, merupakan satu-satunya penerima penghargaan dari Indonesia dan salah satu dari dua perwakilan Asia Pasifik. Ia menuturkan penghargaan ini diberikan atas komitmennya terhadap pelaksanaan SDGs dalam pengelolaan air, tanggung jawab lingkungan, dan pengembangan masyarakat.
Saat ini, ia menjabat sebagai Direktur Public Affairs, Communication, and Sustainability di Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia, dan berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Melalui berbagai program yang diusung, Karina menekankan prinsip ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah, salah satunya melalui program daur ulang sampah PET Amandina-Mahija. Dalam program ini, ia melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari "recycling heroes" hingga industri daur ulang sebagai mitra.
Ia menekankan salah satu prinsip yang terus dipegangnya adalah menjalin kemitraan dengan berbagai pihak dan semangat ‘no one left behind’. Ia merasa mendapatkan banyak kesempatan dan pembelajaran semasa berkuliah di ITS. “Kami percaya bahwa untuk menciptakan dampak yang luar biasa, sinergi dari seluruh elemen masyarakat adalah mutlak,” tegasnya dalam rilis ITS, Senin (4/11/2024).
Sebagai seorang insinyur yang berkiprah di berbagai sektor, Karina juga mengungkapkan bahwa keberanian untuk keluar dari zona nyaman adalah kunci untuk menghasilkan solusi yang berdampak, terutama dalam menginisiasi program yang mengedepankan pola berkelanjutan.
Lebih lanjut,dirinya menjelaskan bahwa kompleksitas tantangan berkelanjutan memerlukan pemikiran lintas batas. Pendekatan yang diperlukan mencakup baik aspek teknis maupun nonteknis.“Hal itu tidak hanya meminimalisir jejak lingkungan, tetapi juga berkomitmen untuk menciptakan manfaat sosial-ekonomi bersama,” tambahnya.
Menggali kembali kisahnya saat menempuh studi di ITS, Karina meyakini bahwa kesempatan menjadi mahasiswa adalah yang terbaik dalam hidup. Ia berpesan kepada para mahasiswa ITS untuk terus menyambut tantangan dari berbagai peluang yang ada.
“Nantinya, hal itu akan menjadi nilai tak terlupakan yang kalian dapatkan dari Ibu yang Luhur (ITS) ini,”tambahnya memotivasi. (MC Jatim/ida-mad/eyv)