- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Selasa, 5 November 2024 | 18:21 WIB
: Kepala Balai Bahasa Provinsi Maluku, Kity Karenisa saat menyampaikan sambutan Festival Tunas Bahasa Ibu
Oleh MC KAB KEPULAUAN TANIMBAR, Jumat, 1 November 2024 | 11:00 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 171
Saumlaki, InfoPublik - Sebagai upaya menyelamatkan bahasa ibu atau bahasa daerah di Provinsi Maluku, Balai Bahasa Provinsi Maluku menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) di Serbaguna Hotel Galay, Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Kegiatan pada Kamis (31/10/2024) tersebut bertujuan memperkuat penggunaan bahasa daerah di masyarakat, khususnya bahasa Yamdena, yang mulai terancam keberadaannya.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Maluku, Kity Karenisa, menyampaikan kekhawatiran bahwa dari 70 bahasa di wilayah Maluku, sekitar 19% di antaranya telah terancam punah karena tidak lagi dituturkan dengan baik.
“Apa yang akan terjadi jika bahasa kita, seperti bahasa Yamdena, hanya digunakan terbatas di komunitas lokal dan tidak berkembang di luar lingkungan itu?” ungkap Kity saat membuka acara.
Ia menekankan pentingnya menanamkan kesadaran literasi bahasa daerah di kalangan generasi muda. “Sebagai penutur asli, kita perlu memotivasi anak-anak untuk merasa bangga dan memiliki bahasa pribumi mereka. Bahasa adalah identitas yang mengikat mereka pada masyarakat,” tambahnya.
Menurut Kity, salah satu cara menjaga bahasa daerah adalah dengan mengembalikan martabat dan gengsi bahasa tersebut melalui penggunaannya dalam interaksi sehari-hari, baik dalam keluarga maupun komunitas.
“Bahasa daerah seharusnya digunakan juga dalam acara kemasyarakatan, termasuk kegiatan keagamaan seperti kebaktian,” jelas Kity.
Penggunaan bahasa daerah dalam konteks yang lebih luas ini diharapkan dapat menghidupkan kembali peran bahasa ibu dalam kehidupan masyarakat.
Selain itu, Kity menekankan pentingnya menciptakan karya-karya kreatif dalam bahasa daerah agar generasi muda memiliki media yang menarik untuk belajar dan menggunakan bahasa mereka. Karya-karya ini dapat meliputi sastra, seni, hingga konten digital yang relevan bagi generasi milenial dan Gen Z.
Pada 2024, Balai Bahasa Provinsi Maluku memusatkan upaya revitalisasi pada lima bahasa daerah, yaitu bahasa Buru (Kabupaten Buru), bahasa Kei (Kabupaten Maluku Tenggara), bahasa Yamdena (Kabupaten Kepulauan Tanimbar), bahasa Seram (Kabupaten Seram Bagian Timur), dan bahasa Aru (Kabupaten Kepulauan Aru).
Balai Bahasa berharap bahwa kemitraan berkelanjutan dengan masyarakat di setiap kabupaten akan menjadi kunci dalam menjaga keberlangsungan bahasa-bahasa tersebut.
“Upaya ini difokuskan dan berkelanjutan. Setiap kabupaten yang menjadi sasaran revitalisasi bahasa akan terus bermitra dengan kami dalam melindungi bahasa daerah mereka,” ujar Kity.
Pada 2024 juga menjadi tahun terakhir bagi Balai Bahasa berada di Tanimbar untuk revitalisasi bahasa Yamdena. “Kami percaya tanah Tanimbar sudah menemukan formula terbaik untuk menjaga bahasa-bahasa termasuk Yamdena dari kepunahan,” tambahnya.
Kity pun mengajak seluruh masyarakat Tanimbar, khususnya generasi muda, untuk menjaga dan menggunakan bahasa Yamdena dalam kehidupan sehari-hari. “Saya mendorong agar para orang tua tetap mengajarkan bahasa Yamdena kepada anak-anak mereka, sehingga bahasa daerah ini tetap lestari dan tumbuh subur dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Kity penuh harap.
Sebagai informasi, Kabupaten Kepulauan Tanimbar memiliki lima bahasa daerah, yaitu bahasa Yamdena, Selaru, Fordata, Selwasa, dan Makatian. Dengan pelestarian bahasa-bahasa ini, Balai Bahasa berharap generasi penerus dapat mempertahankan kekayaan budaya Maluku yang terwujud dalam bahasa. (MC Kab. Kepulauan Tanimbar/wind).