- Oleh MC PROV GORONTALO
- Senin, 21 Oktober 2024 | 19:29 WIB
: Kepala Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo, Ahmad Nawari, saat memberikan kata sambutan pada pelatihan mendongeng yang dilaksanakan oleh Komunitas Bele Ponuwa. (Foto: Ikraeni Safitri)
Oleh MC PROV GORONTALO, Minggu, 20 Oktober 2024 | 18:03 WIB - Redaktur: Bonny Dwifriansyah - 165
Kota Gorontalo, InfoPublik – Kepala Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo, Ahmad Nawari, mengapresiasi pelatihan mendongeng yang dilaksanakan oleh Komunitas Bele Ponuwa, Sabtu (19/10/2024).
Pelatihan mendongeng ini merupakan salah satu kegiatan dalam rangkaian Festival Literasi Gorontalo yang dilaksanakan Komunitas Bele Ponuwa. Kegiatan ini mendapat pendanaan dari Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra serta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Menurut Ahmad Nawari, salah satu sumber dongeng adalah ketersediaan buku bacaan. Penyediaan buku-buku cerita ini sudah dilakukan oleh Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo, bahkan menggunakan dwibahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Gorontalo.
“Ke depannya, buku cerita ini akan menggunakan tiga bahasa dengan penamabahan Bahasa Bonedaa atau Bahasa Suwawa,” ungkap Ahmad Nawari.
Dalam kegiatan ini, Ahmad Nawari juga menjelaskan salah satu kegiatan instansinya yang selama ini banyak berkiprah dalam penguatan komunitas. “Sudah beberapa kali melaksanakan pelatihan Paiya lo hungo lo poli sebagai salah satu sastra lisan di Gorontalo,” ujar Ahmad Nawari.
Bahkan penguatan sastra lisan ini juga dilakukan di sejumlah sekolah yang mendapat respon baik dari para guru dan siswa. Hal ini menunjukkan kaum muda masih menyukai sastra lisan.
Dalam kebahasaan, Provinsi Gorontalo menghadapi makin mundurnya Bahasa Gorontalo dan Bahasa Suwawa. Kedua Bahasa ini semakin kehilangan petutur mudanya. “Melalui media dongeng ini kami berharap penggunaan Bahasa Gorontalo maupun Bahasa Suwawa dapat dilakukan,” ujar Ahmad Nawari.
Pelatihan mendongeng yang berlangsung di aula Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Provinsi Gorontalo ini diikuti 25 peserta dari berbagai komunitas, mahasiswa, dan guru. Mereka mendapat bimbingan dari Raihan Lahidjun, seorang pegiat literasi di Provinsi Gorontalo.
“Banyak yang berminat, namun kami membatasi demi efektifitas pelatihan,” kata IKraeni Safitri selaku Ketua Komunitas Bele Ponuwa yang juga pengajar di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Gorontalo.
Menurut Ikraeni, bagi banyak orang mendongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi, terutama kejadian zaman dulu. Namun istilah dongeng saat ini berkembang menjadi bercerita atau menuturkan cerita.
“Kegiatan mendongeng tidak hanya disukai oleh anak- anak, namun juga orang muda hingga yang sudah dewasa. Mendongeng dipercaya memiliki berjuta manfaat, antara lain memberi hiburan, juga menambah pengetahuan, dan memperkaya akhlak atau moral seseorang, terlebih anak-anak,” tutur Ikraeni. (mcgorontaloprov)