- Oleh Fatkhurrohim
- Sabtu, 24 Agustus 2024 | 18:21 WIB
: dr Nadia Kurnia SP.KFR, talkshow di RSKW
Oleh MC KAB DEMAK, Kamis, 17 Oktober 2024 | 18:02 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 156
Demak, InfoPublik - Sebagian orang mungkin masih awam dengan istilah skoliosis. Menurut dokter spesialis fisik dan rehabilitasi medik RSUD Sunan Kalijaga Demak, dr Nadia Kurnia SP.KFR, skoliosis merupakan kondisi medis di mana terdapat gangguan pada tulang belakang yang mengalami pergeseran tiga dimensi, sehingga menyebabkan lengkungan pada salah satu sisi atau sisi lainnya.
“Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan ini, diantaranya gangguan pada otot saraf, faktor genetik, maupun jika seseorang memiliki panjang kaki yang berbeda. Dan prevelensi wanita lebih tinggi atau lebih rentan mengidap skoliosis dibandingkan pria,” jelasnya dalam talkshow di RSKW yang dipandu host Rayya Ricky, Rabu (16/10/2024).
Lanjutnya, skoliosis sendiri ada derajatnya, dari yang ringan sampai yang berat. Hal ini bisa diketahui dari pemeriksaan rongent. Kemudian dari hasil rongent tulang belakang dapat dilihat cobb angle atau pengukuran derajat skoliosis.
“Dari situ kita bisa mengetahui derajat keparahan skoliosis. Kategori ringan, yaitu kurang dari 20 derajat, sedang itu 20 sampai 40 dan yang berat itu lebih dari 40 derajat,” kata Nadia.
Setelah mengetahui hasil pemeriksaan cobb angle, akan diperlukan rehabilitasi medik. Rehab medik sendiri berguna untuk membantu mengurangi derajat skoliosis dan mencegah sudutnya semakin berat. Dari hasil pemeriksaan tersebut dokter bisa menentukan program terapi medis yang akan berikan.
“Biasanya jika dibawah 20 derajat, kita akan lakukan terapi exercise atau latihan saja. Jika 20 sampai 40 derajat tidak hanya exercise, kita harus mulai memakai brace atau alat penyangga, lalu jika lebih dari 40 kita menyarankan untuk melakukan operasi,” tutur Nadia.
Ia melanjutkan, meskipun skoliosis tidak dapat disembuhkan, dengan rehab medik diharapkan pasien akan dapat terbebas dari nyeri dan kurva tulang belakang tidak menjadi progresif. “Sehingga gejala nyeri atau saraf terjepit bahkan sesak napas tidak terjadi lagi,” imbuh Nadia.
Menurutnya, sebagai pencegahan skoliosis, dapat dilakukan beberapa latihan, di antarannya dengan berjalan dengan memberikan beban di atas kepala dengan buku dan diusahakan dengan posisi tubuh yang lurus, kemudian latihan dengan menggerakkan tulang panggul kita ke arah belakang, selain itu merangkak juga bisa digunakan sebagai latihan pencegahan.
Nadia juga mengungkapkan, penderita skoliosis masih bisa beraktifitas maupun berolahraga, namun hanya olahraga tertentu saja. “Ada olahraga yang harus dihindari oleh pasien skoliosis misalnya memanah dan golf. Dan olahraga yang dianjurkan adalah berenang dengan memakai gaya bebas,” ungkapnya. (Komf/nin)