- Oleh MC KAB NAGAN RAYA
- Rabu, 6 November 2024 | 21:18 WIB
:
Oleh MC PROV RIAU, Rabu, 9 Oktober 2024 | 21:12 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 177
Pekanbaru, InfoPublik – Program Riau Hijau yang diusung oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau merupakan wujud komitmen penglolaan Sumber Daya Alam (SDA) secara tepat guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka, Pemprov Riau berupaya keras mengoptimalkan program tersebut dengan kondisi dan potensi daerah.
Asisten II Sekretariat Daerah Provinsi (Setdaprov) Riau, M. Job Kurniawan, menjelaskan bahwa konsep Riau Hijau berfokus pada pengelolaan sektor kehutanan, lahan gambut dan mangrove, pertanian berkelanjutan, serta energi terbarukan. Ia menekankan pentingnya peningkatan kesadaran ekologi sejak usia dini sebagai kunci keberhasilan pelestarian lingkungan.
“Riau Hijau berfokus pada kehutanan, lahan gambut, mangrove, serta energi terbarukan. Selain itu, kami juga mendorong peningkatan kesadaran ekologi pada generasi muda agar peduli terhadap lingkungan sejak usia sekolah,” ujar Job Kurniawan saat menyampaikan paparan sebagai keynote speaker di Forum Group Discussion (FGD) yang digelar oleh Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) di Hotel Aryaduta, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau pada Rabu (9/10/2024).
Job Kurniawan juga memaparkan beberapa aksi nyata yang telah dilakukan Pemprov Riau untuk mewujudkan target Riau Hijau. Beberapa capaian utama di tahun 2023 termasuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan, pengelolaan limbah, serta penanaman dan rehabilitasi mangrove.
“Kami juga telah memfasilitasi pemanfaatan kawasan hutan untuk masyarakat, menggalakkan gerakan peningkatan pemanfaatan jerami, serta mendorong pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT),” ungkapnya.
Job Kurniawan menegaskan bahwa ke depan Pemprov Riau akan terus berupaya mengoptimalkan program Riau Hijau, dengan memberikan perhatian lebih pada pembangunan pusat pengelolaan limbah dan pengembangan sektor energi terbarukan.
Terkait dengan emisi karbon dari industri kelapa sawit, Job Kurniawan menjelaskan bahwa kelapa sawit sering dikaitkan dengan penghasil emisi karbon tinggi akibat perubahan tutupan lahan. Namun, menurutnya, kelapa sawit merupakan komoditas penghasil minyak nabati yang paling efisien dari segi penggunaan lahan dan produktivitas tanaman dibandingkan minyak nabati lainnya seperti minyak bunga matahari, rapeseed, dan kedelai.
“Sebetulnya, bukan kelapa sawitnya yang salah, tetapi cara pengolahannya yang harus diperbaiki agar lebih ramah lingkungan,” tutup Job Kurniawan.
(Mediacenter Riau/mrs)