- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Sabtu, 21 Desember 2024 | 08:20 WIB
: Perhelatan China-ASEAN Expo (CAEXPO) ke-21 di Nanning, China, pada hari kedua, Rabu (25/9/2024) yang digelar di “Dialogue for China’s Green Policy in China ASEAN Expo (CAEXPO) 2024”,/ foto: Humas Kemendag
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Rabu, 25 September 2024 | 16:48 WIB - Redaktur: Untung S - 283
Jakarta, InfoPublik – Inisiatif Delegasi Indonesia dalam China-ASEAN Expo (CAEXPO) ke-21 di Nanning, Tiongkok, pada Rabu (25/9/2024), menjadi momentum penting bagi ASEAN dan Tiongkok untuk membahas penerapan kebijakan hijau dan rantai nilai berkelanjutan. Diskusi itu diadakan dalam sesi “Dialogue for China’s Green Policy in CAEXPO 2024,” yang berfungsi sebagai platform strategis antara pemangku kepentingan regional.
Paviliun Indonesia di CAEXPO-CABIS 2024 secara resmi dibuka sehari sebelumnya oleh Mardyana Listyowati, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan, pada Selasa (24/9/2024).
Dalam sambutannya, Dirjen Mardyana menekankan pentingnya kerjasama multilateral untuk mewujudkan kebijakan hijau, terutama di sektor pertanian dan komoditas berkelanjutan. Ia menegaskan bahwa dialog ini mendukung penuh implementasi kebijakan China Green Value Chain, yang akan diberlakukan pada 1 Januari 2025.
“Kami berharap acara ini mempererat hubungan antara para pemangku kepentingan dalam sektor pertanian berkelanjutan untuk menghadapi kebijakan baru di Tiongkok,” ujar Mardyana berdasarkan siaran pers yang diterima pada Rabu (25/9/2024).
Musdalifah Machmud, Staf Ahli Kemenko Perekonomian, menekankan bahwa kebijakan hijau bukan hanya sekadar tren, tetapi sudah menjadi prioritas di Indonesia. “Indonesia telah menerapkan strategi berkelanjutan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), terutama di sektor pertanian dan komoditas seperti kelapa sawit,” ungkapnya.
Musdalifah juga menyoroti pentingnya standar Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk memastikan industri kelapa sawit Indonesia berjalan sesuai dengan prinsip keberlanjutan global. “ISPO adalah bukti nyata bahwa kami mematuhi standar global, sambil mempertahankan daya saing produk sawit di pasar internasional,” tambahnya.
Sementara itu, Rizal Affandi Lukman, Sekjen Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), menepis pandangan negatif terhadap perkebunan kelapa sawit yang sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Rizal menekankan bahwa kelapa sawit tidak hanya penting bagi ekonomi, tetapi juga berperan besar dalam penyediaan energi berkelanjutan melalui produk-produk seperti biodiesel.
“Kelapa sawit adalah salah satu tanaman paling efisien dalam menghasilkan minyak nabati, dengan produktivitas lahan yang jauh lebih tinggi dibanding komoditas lainnya,” jelas Rizal. Selain itu, program B30 yang diterapkan di Indonesia, di mana 30 persen bahan bakar diesel dicampur dengan biodiesel berbasis kelapa sawit, telah menjadi bagian penting dalam pengurangan emisi karbon dan mendukung transisi energi terbarukan.
Dialog Kebijakan Hijau yang dihadiri berbagai pembicara penting seperti Yonghong Li dari Kementerian Ekologi dan Lingkungan Hidup Tiongkok, serta Jin Shang dari WWF China, mempertegas pentingnya kolaborasi antara ASEAN dan Tiongkok dalam menghadapi tantangan global terkait perubahan iklim dan keberlanjutan. Diskusi itu diharapkan memperkuat hubungan multilateral untuk menciptakan rantai nilai berkelanjutan di kawasan.