- Oleh MC PROV JAWA TIMUR
- Senin, 30 Desember 2024 | 21:48 WIB
: Zahra Nur Azizah (tengah), gadis berusia 16 tahun yang kini bersekolah di SMK Negeri 9 Surakarta, telah membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk mencapai impian.
Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Rabu, 9 Oktober 2024 | 13:49 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 181
Surabaya, InfoPublik — Zahra Nur Azizah, gadis berusia 16 tahun yang kini bersekolah di SMK Negeri 9 Surakarta, telah membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk mencapai impian. Lahir di Kepanjen, Malang pada 2008, Zahra telah menghadapi banyak tantangan sejak usia dini, tetapi tekad dan semangatnya telah membawanya menjadi atlet renang yang mengharumkan nama Jawa Timur di berbagai kejuaraan, termasuk Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) 2024.
Zahra mengalami kecelakaan tragis saat berusia dua tahun. Sebuah truk pasir menabraknya, menyebabkan cedera serius yang mempengaruhi fisiknya. Namun, tragedi itu tidak menghentikan langkahnya. Saat ia berada di TK B,anak-anak biasanya sibuk bermain dan belajar, Zahra sudah harus menghadapi kenyataan hidup yang keras. Namun, berkat dukungan keluarganya dan motivasi dari sang pelatih, Susanto Basuki, Zahra terus maju dengan semangat yang luar biasa.
Sejak bergabung dengan organisasi "Arek Kepanjen" di Malang, Zahra mulai menunjukkan minatnya dalam dunia renang. Ia yang sejak kecil suka bermain air, menemukan passion dan kekuatan dalam olahraga ini. Kejurnas Renang 2019 di Stadion Manahan, Solo, menjadi salah satu tonggak awal perjalanan kariernya. Saat itu, Zahra yang masih berusia sembilan tahun sudah memperlihatkan potensinya di kancah nasional.
Kini, di usia 16 tahun, Zahra telah menjadi salah satu atlet andalan Jawa Timur dalam ajang Peparnas 2024. Pada ajang tersebut, Zahra berhasil meraih satu medali emas dan satu medali perak. Namun, perjuangannya belum selesai. Masih ada satu nomor yang belum ia ikuti, yaitu 50 meter gaya punggung kelas S9, di mana ia optimistis dapat menambah koleksi medalinya dengan medali emas.
Ia tidak hanya dikenal sebagai atlet berprestasi, tetapi juga seorang pelajar yang gigih. Sejak pindah ke Surakarta saat duduk di kelas dua SMP, ia terus menyeimbangkan antara pelajaran dan latihan renang. Zahra juga mengikuti pelatihan di SCODI (Solo Center of Disability and Inclusion), sebuah pusat pelatihan untuk atlet disabilitas, yang semakin mengasah kemampuan serta mental juangnya.
Motivasi terbesar Zahra adalah untuk membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak akan pernah menjadi alasan untuk menyerah. "Keterbatasan fisik tidak membatasi kita untuk bangkit dan berprestasi," ujarnya. Ia memiliki impian besar untuk menjadi seorang dokter, profesi yang ia harapkan dapat membantu orang lain seperti dirinya yang pernah melalui masa-masa sulit.
Sebagai anak pertama dari dua bersaudara, Zahra juga menjadi inspirasi bagi adik dan orang-orang di sekitarnya. Ketangguhan, tekad, dan sikap pantang menyerahnya telah menjadikan Zahra sebagai teladan, tidak hanya di kalangan para atlet disabilitas, tetapi juga bagi semua orang yang menghadapi tantangan dalam hidup mereka.
Pelatih sekaligus motivator setianya, Susanto Basuki, pihaknya terus berlatih keras dan mempersiapkan diri untuk tantangan berikutnya. Harapan besar kini tertuju pada nomor terakhir yang akan ia ikuti di Peparnas, dan tidak ada yang meragukan kemampuannya untuk menambah satu lagi medali emas ke dalam koleksinya.
Kisah Zahra mengajarkan bahwa tidak ada yang mustahil jika kita berjuang dengan segenap hati. Kecelakaan yang dulu hampir merenggut segalanya dari dirinya, kini menjadi bahan bakar yang membawanya terbang lebih tinggi. Dengan semangat dan keyakinannya,dirinya terus berenang, menembus batas-batas yang pernah terlihat tidak mungkin. (MC Jatim/ida-jal/eyv)