- Oleh MC KAB SLEMAN
- Kamis, 21 November 2024 | 11:14 WIB
: Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman menggelar pengelolaan sampah organik bagi pegiat lingkungan, tokoh masyarakat, serta pamong Kalurahan Donoharjo, Kapanewon Ngaglik, Senin (30/9/2024).
Oleh MC KAB SLEMAN, Selasa, 1 Oktober 2024 | 22:35 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 152
Sleman, InfoPublik - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman menggelar pengelolaan sampah organik bagi pegiat lingkungan, tokoh masyarakat, serta pamong Kalurahan Donoharjo, Kapanewon Ngaglik, Senin (30/9/2024). Praktisi sampah Sutarto Agus Raharjo membagikan ilmu tentang teknologi pengomposan sampah organik yang sederhana dan bisa langsung dipraktekkan warga.
Sutarto menggarisbawahi dua komponen penting dalam pengelolaan sampah yaitu pengurangan dengan metode 3 R yakni reduce, reuse dan recycle (mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang) dan pemilahan yang menurut Sutarto adalah kata kunci pengolahan sampah secara mandiri. "Minimal ada kegiatan pemilahan sampah organik dan anorganik di masing masing rumah tangga,” tandas Sutarto di Dusun Balong Sompilan, Kalurahan Donoharjo.
Pada kesempatan tersebut, Sutarto membagikan ilmu tentang teknologi pengomposan sampah organik. Teknologi yang dipilih adalah teknologi yang sederhana dan bisa langsung dipraktikkan oleh masyarakat. Dari mulai yang paling sederhana yaitu pembuatan lubang/rolak dengan memanfaatkan lahan yang masih tersedia di pekarangan rumah tangga (RT).
Kemudian Sutarto juga memperkenalkan lubang biopori yang bisa dibuat di halaman rumah yang selain berfungsi sebagai komposter juga bisa digunakan untuk memanen air hujan. Sementara untuk rumah tangga yang tidak memiliki lebihan lahan bisa menggunakan biopot.
“Yaitu menanam paralon yang diberi lubang di bawahnya dan tutup di atasnya yang diletakkan dalam pot bunga. Biopot ini sebagai penampung sampah organik rumah tangga dan sekaligus bisa digunakan sebagai penghasil nutrisi tanaman dalam pot,” jelas Sutarto.
Serupa dengan biopot, Sutarto memperkenalkan ‘Losida’ (lodong sisa dapur), namun paralon yang digunakan tidak diletakkan dalam pot tapi langsung di tanah pekarangan. Untuk komposter skala rumah tangga, Sutarto juga menjelaskan konstruksi alatnya, cara membuat, sekaligus tahapan membuat kompos, sampai dengan cara memanen kompos yang sudah jadi.
Ia menambahkan bahwa penanganan sampah organik dapat dilakukan juga dengan budidaya maggot, pembuatan pupuk organik cair (POC) maupun eco enzym yang sudah familiar bagi ibu-ibu Padukuhan Balong yang sudah mempunyai komunitas "Griya Eco Enzym".
Sementara Lurah Donoharjo Hadi Rintoko menyayangkan masih banyaknya warga yang membakar sampah dan membuang sampah di sungai, yang menurutnya membuat kondisi sungai menjadi sangat berbeda ketika saat dirinya masih kecil di wilayah Balong.
Ia pun menyampaikan rasa terima kasih kepada DLH Kabupaten Sleman yang memberi kesempatan untuk berbagi ilmu. Ia berharap penyuluhan itu dapat memberikan motivasi kepada pegiat lingkungan yang ada di Dusun Balong untuk mengelola lingkungan dengan cara pemilahan sampah.
Kegiatan ditutup dengan acara diskusi dan tanya jawab peserta dengan nara sumber. (Sutarto Agus/KIM Seyegan)