- Oleh MC PROV JAWA BARAT
- Sabtu, 23 November 2024 | 00:16 WIB
: Penjabat (Pj) Gubernur Jabar Bey Machmudin terkesan dengan proses pengemasan mi wonhae dan woca cokelat yang dilakukan para siswa SMK Negeri 1 Cibadak
Oleh MC PROV JAWA BARAT, Rabu, 18 September 2024 | 13:31 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 210
Sukabumi, InfoPublik – Penjabat (Pj) Gubernur Jabar Bey Machmudin terkesan dengan proses pengemasan mi wonhae dan woca cokelat yang dilakukan para siswa SMK Negeri 1 Cibadak, Kabupaten Sukabumi. SMK Negeri 1 Cibadak bekerja sama dengan produsen makanan tersebut. Untuk mi wonhae, para siswa hanya melakukan pengemasan saja, sedangkan woca cokelat sudah sampai taraf membuat, meski produksi utama masih ada di pabrik besar.
Mi wonhae dan cokelat woca merupakan produk makanan khas Korea Selatan yang diproduksi PT Akasha Wira International dan PT Indokopi Makmur Sentosa selaku pemegang merek.
"Ini contoh SMK yang berhasil, tadi saya lihat bagaimana siswa jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian belajar seperti sedang bekerja di pabrik,” ujar Bey Machmudin usai peninjauan, Selasa (19/7/2024).
“Ada beberapa produk yang dijual di toko, ada juga yang dijual langsung ke Bali, Riau, dan Batam," tambahnya.
Guna mengurangi tingkat pengangguran terbuka dan meningkatkan tingkat penyerapan tenaga kerja, Pemdaprov Jabar mengembangkan konsep teaching factory (Tefa). Konsep Tefa merupakan metode untuk menciptakan link and match antara SMK dengan industri. SMK menyediakan SDM dengan vokasi yang sejalan dengan kebutuhan pabrik terdekat.
"SMK Negeri 1 Cibadak mengajarkan dan memberikan perhatian agar link and match tercapai. Kita tahu tak sedikit alumnus SMK setelah lulus justru menganggur (karena tidak ada link and match)," kata Bey.
Bey memuji kualitas pengemasan dan makanan yang dihasilkan siswa SMK Negeri 1 Cibadak untuk dua pabrik tersebut. "Produksinya sudah sangat baik, bisa dicontoh SMK negeri yang lain, bagaimana menerapkan program pengajaran teaching factory," katanya.
Bey pun memberi acungan jempol kepada pihak sekolah yang berinisiatif dan memberikan ruang bagi industri untuk memberi pelatihan kepada siswa, sebelum akhirnya nanti siap menjadi calon tenaga kerja.
"Pak Kepala Sekolah cerita bahwa industrinya yang diajak (masuk) ke sekolah. Masalah kita adalah link and match dengan industri tidak terjadi (karena tidak ada inisiatif sekolah)," katanya.
Bey lebih terkesan lagi karena banyak alumnus SMK Negeri 1 Cibadak sudah bekerja, selain di dua perusahaan tersebut, juga di luar negeri. "Artinya kualitas (SMK Negeri 1 Cibadak) sudah sangat baik. Alumninya, pembelajarannya sudah cukup menunjang (industri)," pungkas Bey.
Jabar saat ini sedang giat mencetak lulusan SMK untuk bekerja di berbagai perusahaan pemilik pabrik. Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu contoh yang ada di Jabar bagian selatan.
Pola Tefa untuk link and match SMK dengan industri juga diharapkan bisa diterapkan di Jabar bagian utara, yang mana KEK Rebana saat ini masih terus dikembangkan.