: Gunung api Gamalama di Ternate, Maluku Utara, masih berstatus Level II Waspada. (Dok.PVMBG)
Oleh MC KOTA TIDORE, Rabu, 24 April 2024 | 22:49 WIB - Redaktur: Inda Susanti - 174
Ternate, InfoPublik - Aktivitas Gunung Gamalama di Ternate, Maluku Utara (Malut), menunjukan penurunan terutama kegempaan hembusan dan gempa vulkanik. Meski begitu, status gunung api tersebut etap pada Level II Waspada.
Sesuai hasil pengamatan pada pukul 00.00 sampai 24.00 tanggal 23 April 2024 kemarin tercatat untuk gempa hembusan 3 Amplitudo : 3-4 mm, Durasi : 15.21-23.9 detik, Low Frekuensi 2 Amplitudo : 3-4 mm, Durasi : 67.78-137.2 detik, Vulkanik Dalam 3 Amplitudo : 3-5 mm, S-P : 0.44-2.32 detik, Durasi : 9.21-15.1 detik, tektonik lokal 4 Amplitudo : 6-36 mm, S-P : 7.07-8.69 detik, Durasi : 28.56-33.96 detik, dan tektonik jauh 21 Amplitudo : 3-52 mm, S-P : 10.28-14.88 detik, Durasi : 60.99-143.03 detik.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Gamalama di Sabia Belakang Kelurahan Sangaji Utara, Dedi Nurani dalam laporan aktivitasnya mengatakan, asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 20-30 m di atas puncak kawah.
”Yang terekam gempa hembusan 3 amplitudo, vulkanik dalam 3 amplitudo, tektonik lokal 4 amplitudo, tektonik jauh 21 amplitudo, juga ada gempa low frekuensi 2 amplitudo dimana gempa low frekuensi itu kegempaan yang terekam oleh seismometer dengan frekuensi rendah,” ujar Dedi, Rabu (24/4/2024).
Di samping itu getaran banjir/lahar hujan terekam 1 kali dengan amplitudo 3 mm, durasi 819.49 detik
Masyarakat diminta untuk tetap meningkatkan kewaspadaan dan jika mendengar tentang masalah aktivitas gunung api Gamalama diharapkan untuk dapat menghubungi langsung di Pos Pengamatan Gunung Api Gamalama di Sabia Belakang Kelurahan Sangaji Ternate Utara.
Kepada masyarakat dan pengunjung juga wisatawan diimbau agar tidak melakukan aktivitas pada radius 1,5 km dari kawah Gunung Api Gamalama.
Pada musim hujan, masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai yang berhulu di Gunung Api Gamalama agar waspada potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar. (Nanang/MC Tidore)