Melalui Inovasi KEPITING EMAS Puskemas Awayan Turunkan Angka Stunting

: Puskesmas Awayan luncurkan Inovasi Kepiting Emas hadapi masalah stunting - Foto Dok Puskesmas Awayan -Mc.Balangan.


Oleh MC KAB BALANGAN, Sabtu, 27 April 2024 | 18:35 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 228


Paringin, InfoPublik - Masalah stunting masih menjadi problem yang menjadi perhatian setiap tahun bahkan menjadi PR besar pembangunan SDM Indonesia.

Menurut WHO pada 2015, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.

Selanjutnya menurut WHO 2020, stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang / tinggi badan menurut usia yang kurang dari - dua standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang / kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.

Statistik PBB 2020 mencatat, lebih dari 149 juta (22%) balita di seluruh dunia mengalami stunting, dimana 6,3 juta merupakan anak usia dini atau balita stunting adalah balita Indonesia. Menurut UNICEF, stunting disebabkan anak kekurangan gizi dalam dua tahun usianya, ibu kekurangan nutrisi saat kehamilan, dan sanitasi yang buruk.

Saat ini, prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,6%, sementara target yang ingin dicapai adalah 14% pada 2024. Untuk itu, diperlukan upaya bersama untuk mencapai target yang telah ditetapkan, salah satunya dimulai dari unit terkecil dalam masyarakat, yakni keluarga.

“Keluarga adalah aktor kunci dalam mengatasi sebab-sebab stunting tersebut. Keluarga mesti memiliki kesadaran untuk memprioritaskan pemenuhan asupan gizi dan pengasuhan anak secara layak, termasuk menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungan,”kata dr. Winphy Prasetyo selaku Kepala Puskesmas Awayan, Sabtu (27/4/2024).

Lebih lanjut dengan masih banyaknya ditemukan kasus stunting, upaya penurunan stunting tidak hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan saja, tetapi diharapkan bisa dilakukan oleh semua pihak, baik itu pemerintah desa, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Dengan adanya sinergi dan kerja sama di berbagai sektor pemerintahan diharapkan bisa menurunkan angka stunting di Indonesia.

Oleh karena itu Puskesmas Awayan ikut andil berupaya membantu pemerintah dalam menurunkan angka stunting di Indonesia, terutama di Balangan Kecamatan Awayan yaitu dengan membentuk Inovasi Kepiting Emas (Keluarga Peduli Stunting Menuju Indonesia Emas).

dr. Winphy i menjelaskan perubahan yang dihasilkan/dicapai setelah berjalannya Inovasi Kepiting Emas ini adalah terjadinya penurunan jumlah Balita Stunting di 23 desa Kecamatan Awayan dari 11,9% menjadi 10% dan terwujudnya penurunan stunting di Kecamatan Awayan 2024.

Lebih lanjut, menurutnya, Inovasi Kepiting Emas diharapkan juga mampu menginspirasi lahirnya inovasi-inovasi penanganan dan penanggulangan stunting di tingkat desa, kemudian terwujudnya kegiatan penanggulangan stunting sebagai budaya kerja Pemerintah Desa dan Organisasi TP PKK Kecamatan, mengingat permasalahan stunting bukan permasalahan insidentil, tetapi permasalahan yang secara terus menerus harus ditanggulangi, serta erwujudnya desa/kelurahan Kecamatan Awayan yang tanggap gejala dan sigap dalam penanganan stunting.

“Keunggulan dari inovasi Kepiting Emas adalah sebagai langkah penting dalam memastikan tumbuh kembang anak yang optimal. Dengan adanya informasi yang tepat tentang gizi, perawatan kesehatan, dan pola asuh yang benar, diharapkan angka stunting di indonesia dapat berkurang," tambah Zainai Akli  selaku Inovator Kepiting Emas.

Menurutnya, melalui inovasi ini juga akan meningkatkan pengetahuan tentang stunting dan penyebab gejalanya, meningkatkan pengetahuan tentang stunting dan penurunan resiko tinggi pengenalan tanda kelahiran pada kehamilan, dengan target penurunan angka kejadian stunting dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

"Dengan demikian agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global,"tambahnya. (MC Balangan/e/eyvl)