: Siswa dan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Runys School, Kota Ternate mengunjungi Museum Rempah-Rempah di Benteng Oranje, berlokasi Kelurahan Gamalama Ternate Tengah, Kota Ternate. (Foto: ist)
Oleh MC KOTA TIDORE, Selasa, 7 Mei 2024 | 19:49 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 75
Ternate, InfoPublik - Bicara soal rempah tak sekadar soal cita rasa masakan semata. Lebih dalam dari itu, rempah menguak sejarah panjang kebudayaan dan kearifan lokal masyarakat, termasuk di dalamnya seni dan tradisi.
"Pengetahuan tradisional hingga diplomasi budaya yang bermuara pada pengayaan khasanah ke-Indonesiaan dan identitas kebangsaan kita," kata Kepala Museum Rempah-Rempah Kota Ternate, Rinto Taib di Museum Rempah-Rempah di Benteng Oranje Ternate, Senin (6/5/2024).
Sasaran penyampaian sejarah ini tentu tak melulu kepada anak-anak sekolah tingkat lanjut, para mahasiswa atau mereka yang mungkin sudah paham sejarah dan budaya Tanah Air. Pada generasi dini seperti murid taman kanak-kanak atau bahkan kelompok bermain, bercerita soal sejarah Nusantara pun patut dibiasakan. Tentu dengan cara dan metode penyampaian yang berbeda, lebih menarik lebih menggugah rasa penasarannya.
Hal itulah yang coba dilakukan pengurus Museum Rempah-Rempah di Benteng Oranje Ternate. Mereka membuka pintu pengetahuan selebar-lebarnya untuk 40 siswa-siswi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Runys School, Kota Ternate.
Mereka mengedukasi para siswa tentang bagaimana rempah-rempah menjadi bagian dari sejarah Nusantara lewat ruang tata pamer seputar tematik rempah yang menarik untuk dikunjungi.
“Melihat lebih dekat terkait keberadaan situs sejarah perjuangan bangsa berupa Benteng Oranje dengan berbagai perjalanan sejarah panjangnya sejak kolonialisme bangsa Portugis hingga Belanda," kata Rinto Taib yang juga sebagai Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Ternate.
Rinto Taib menyebut menerima kedatangan anak-anak PAUD memiliki kebanggaan sekaligus tantangan tersendiri bagi Museum Rempah-Rempah, yakni bagaimana menyampaikan sejarah Tanah Air dengan cara yang menarik dan tidak membosankan. Untungnya para anak-anak juga didampingi oleh para guru dan orang tua.
Dia menambahkan, kunjungan siswa-siswi ini bukan pertama kalinya melainkan kesekian kali dan ada yang menarik di kunjungan sebelumnya yaitu para siswa menggunakan busana adat.
Rinto lega museum tak lagi dipandang sebagai tempat menyimpan koleksi semata. “Melainkan sebagai sarana pembelajaran yang menarik bagi para pengunjung khususnya para pelajar dan mahasiswa," kata Rinto, sembari berharap adanya siswa-siswi disekolah lain untuk turut berkunjung. (Sf/MC Tidore)