Menkominfo: Keamanan Siber akan Lebih Dibutuhkan di Masa Dapan

: Menkominfo Budi Arie Setiadi (Humas Kominfo)


Oleh Wahyu Sudoyo, Kamis, 18 Juli 2024 | 21:33 WIB - Redaktur: Untung S - 561


Jakarta, InfoPublik – Kemajuan transfomasi digital di Indonesia membuat keamanan siber akan lebih dibutuhkan di masa depan, sehingga menjadi salah satu isu krusial yang memerlukan keterlibatan para pemangku kepentingan, khususnya Asosiasi Forensik Digital Indonesia (AFDI) dalam meningkatkannya.

Demikian dikatakan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, dalam Seminar dan Musyawarah Nasional Asosiasi Forensik Digital Indonesia di Jakarta, pada Kamis (18/7/2024). 

“Soal keamanan siber memang menjadi isu krusial kita, hari ini dan ke depan pasti akan lebih dibutuhkan di tengah kemajuan transformasi digital Indonesia,” ujar Menkominfo.

Menurut Budi Arie, keterlibatan lintas pemangku kepentingan akan mampu memperkuat keamanan siber nasional.

Serangan siber terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) Dua di Surabaya dinilai menjadi pelajaran yang sangat penting dan berharga bagi pemerintah, sehingga dibutuhkan kerja sama lintas sektor. 

“Agar AFDI tidak hanya aktif mengembangkan kebijakan forensik digital nasional. Jika perlu, AFDI bersama BSSN (Badan Sandi dan Siber Nasional), Kominfo dan Siber Polri dapat membuat Tim Incident Response yang berisi praktisi dan jagoan forensik digital kita. AFDI dapat hadir untuk setidaknya memberikan second opinion atau suatu hasil forensik digital,” tuturnya.

Menkominfo mengatakan, audit forensik untuk memetakan akar penyebab (root cause) insiden siber semakin penting untuk dilakukan.

Dengan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, peningkatan sistem diharapkan akan dapat berlangsung lebih baik.

"Pertukaran informasi dan kemampuan antar pelaku kepentingan sangat penting, apalagi untuk menutupi celah overlook jika hanya satu pihak yang melakukan audit forensik," ujar Budi Arie.

Dia menyontohkan Amerika Serikat yang membentuk Cyber Forensics Lab dengan kapasitas analisis malware dan gangguan keamanan siber yang sangat mumpuni.

Selain itu, Unit Cyber Security yang dibentuk Kementerian Digital Malaysia telah memfasilitasi berbagai kebutuhan keamanan siber termasuk analisis barang bukti digital. 

Sedangkan di Indonesia, Pemerintah kini berupaya fokus pada aspek mitigasi dan resiliensi dalam keamanan siber. 

“Kita jangan sampai ketinggalan. Mitigasi dan resiliensi menjadi hal yang sangat penting karena fokus utamanya memastikan sesuatu dalam sistem dapat kembali beroperasi dengan baik pascainsiden siber," jelasnya. 

Menkominfo optimistis Indonesia dapat mengembangkan ilmu forensik digital agar dapat menghadirkan ekosistem digital yang lebih baik dan lebih aman kedepannya dengan memperkuat kolaborasi lintas sektor.

“Karena kita percaya digitalisasi adalah keniscayaan sehingga aspek security dan keamanan menjadi sangat penting, terutama di sektor digital ekonomi karena penipuan dan jenis kejahatan siber apapun adalah musuh-musuh baru kita,” pungkas Budi Arie Setiadi.

Turut hadir dalam acara itu, Sekretaris Utama Badan Standardisasi Nasional Donny Purnomo dan Ketua AFDI Izazi Mubarok.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Jumat, 26 Juli 2024 | 22:39 WIB
Indonesia Siap Gelar Dua Forum Asia-Afrika di Bali pada September 2024
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Jumat, 26 Juli 2024 | 22:00 WIB
GAMKI Dukung Kominfo BerantasJudi Online melalui Literasi Digital
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Jumat, 26 Juli 2024 | 21:23 WIB
Kominfo Apresiasi Transformasi Layanan Digital RRI
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Jumat, 26 Juli 2024 | 06:02 WIB
Seluruh Pegawai Kominfo Berkomitmen Mencegah Judi Online
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Kamis, 25 Juli 2024 | 17:45 WIB
Menkominfo Dorong Pembentukan CSIRT untuk Antisipasi Kebocoran Data