- Oleh MC PROV BANTEN
- Selasa, 1 Oktober 2024 | 20:20 WIB
: Plh Sekda Banten Virgojanti saat hadiri rapat Pengendalian Inflasi yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri M. Tito Karnavian secara virtual, di Pendopo Gubernur KP3B Curug Kota Serang, Senin (15/7/2024).
Oleh MC PROV BANTEN, Selasa, 16 Juli 2024 | 15:07 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 426
Banten, InfoPublik - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten siapkan langkah antisipasi dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang dapat berakibat pada kekeringan lahan pertanian. Langkah-langkah itu berupa ketersediaan irigasi perpompaan (irpom) dan pompanisasi bagi lahan pertanian.
Hal itu dikatakan Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Daerah Virgojanti usai mengikuti Rapat Pengendalian Inflasi yang dipimpin Menteri Dalam Negeri M. Tito Karnavian secara virtual, di Pendopo Gubernur KP3B Curug Kota Serang, Senin (15/7/2024).
"Kita (Pemprov Banten;-red) secara terkoordinasi sedang bersiap-siap mengurangi dampak perubahan iklim khususnya pada kemarau panjang," ucap Virgojanti.
Terkait program pompanisasi dijelaskan Virgojanti, Kementerian Pertanian telah mendistribusikan 899 unit pompa. Di mana untuk Provinsi Banten telah disalurkan sebanyak 338 unit irpom kepada kabupaten/kota. Terdiri dari Kabupaten Lebak sebanyak 155 unit, Kabupaten Pandeglang 85 unit, Kabupaten Serang 55 unit, Kabupaten Tangerang 28 unit dan Kota Serang sebanyak 15 unit.
Dijelaskan Virgojanti, secara teknis satu unit irpom mampu mengairi sekitar 20 hektar sawah, sehingga 338 unit irpom mampu mengairi 6.760 hektar untuk satu kali tanam.
Menyikapi proyeksi panen pada Agustus hingga September yang diprediksi akan memasuki Musim Tanam 2 (MT 2), Pemprov Banten berkomitmen menjaga stabilitas harga beras dengan memastikan ketersediaan pupuk bersubsidi dan air yang memadai. Ketersediaan pupuk menjadi fokus utama dalam rangka mendukung kebutuhan petani yang direncanakan.
"Ketersediaan pupuk yang cukup merupakan hal krusial untuk menghindari lonjakan harga beras yang merugikan masyarakat. Kami telah meminta tambahan ketersediaan pupuk melalui surat resmi kepada Gubernur, yang telah direspons positif untuk memenuhi kebutuhan luas tanah yang telah direncanakan," ujar Virgojanti.
Lebih lanjut Virgojanti menjelaskan, alokasi pupuk disesuaikan dengan usulan dari kelompok tani (poktan) serta diproduksi oleh PT Pupuk Indonesia Holding Company sesuai dengan permintaan pemerintah.
"Kami mengimbau kepada petani dan poktan untuk menyerap alokasi pupuk sesuai dengan kebutuhan yang telah diusulkan, serta kepada kios untuk mengalokasikan pupuk sesuai rencana yang telah ditetapkan," tambahnya.
Pemprov menegaskan, upaya ini dilakukan untuk menjaga stabilitas harga beras sekaligus mendukung kelangsungan produksi pertanian di Indonesia. "Kami berkomitmen untuk terus memantau dan mengoptimalkan distribusi pupuk guna mendukung ketahanan pangan nasional," pungkasnya.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid menyampaikan kemajuan signifikan dalam upaya Pemprov Banten menanggulangi risiko kekeringan, yakni melalui pendistribusian hingga pemasangan irpom dan pompanisasi di seluruh wilayah Provinsi Banten.
"Upaya mitigasi risiko kekeringan menjadi sangat penting, terutama saat wilayah Provinsi Banten memasuki musim kemarau yang diprediksi terjadi pada bulan Juli hingga September," ujarnya.
Dalam mencegah kekeringan di Banten dilakukan upaya pemanfaatan pompanisasi, dimana kapasitas pompa telah mampu meningkatkan perluasan areal tanam (PAT) sampai saat ini seluas 24 ribu hektar.
Diharapkan apabila 1.163 pompanisasi dan 338 unit irpom semua terpasang akan mampu memberikan luasan PAT sebesar 70.000 hektar.
"Angka ini menunjukkan capaian luar biasa yang signifikan di luar teknis irigasi. Saat ini puncak panen di Banten diharapkan terjadi pada bulan Agustus, dengan luas panen mencapai 49.930 hektar yang diperkirakan menghasilkan 183.837 ton beras. Puncak panen selanjutnya di bulan September, di mana luas panen mencapai 56.557 hektar dengan perkiraan hasil 208.235 ton beras," tutupnya. (MC Prov. Banten)