Kirab 21 Gunungan Meriahkan HUT Pakembinangun ke-77

:


Oleh MC KAB SLEMAN, Senin, 23 Oktober 2023 | 14:09 WIB - Redaktur: Tobari - 22


Sleman, InfoPublik - Tanggal 21 Oktober 1946 adalah momentum penting bagi Kalurahan (Desa) Pakembinangun. Tanggal tersebut adalah saat di mana Kalurahan Pakembinangun terbentuk dari 3 kalurahan, yaitu Kalurahan Lama Wonogiri, Kalurahan Padasan, dan Kalurahan Lama Pakem.

“Momen ini diabadikan dengan pergelaran gunungan yang dikawal para bregodo dari ketiga kalurahan lama tersebut," papar Suranto, Lurah Pakembinangun dalam rangkaian Peringatan HUT ke-77 Kalurahan Pakembinangun, Sabtu (21/10/2023).

Susanto menjelaskan bahwa jumlah gunungan yang dikawal adalah 21 gununga, satu gunungan maskot, dan 20 gunungan dari semua kampung di dusun-dusun dalam lingkup Kalurahan Pakembinangun. Kesemua gunungan dikawal oleh empat bregodo.

Pertama adalah bregodo "Kyai Santri" dari Padukuhan Demen Pakembinangun. Gunungan maskot inilah yang ukurannya paling besar. Berketinggian dua meter dan diameter dua meter pula. Bregodo kedua yaitu Joyo Puspito dari Kalurahan Wonogiri.

Selanjutnya Bregodo Sentiko Puspito dari Padasan, dan Bregodo Condro Puspito dari Kalurahan Pakem. Masing-masing bregodo membawa gunungan yang merupakan penggabungan dari beberapa dusun yang diampunya.

Kirab ini bukan sekedar kirab yang bersifat hura-hura. Akan tetapi bersifat sakral. Maka kami susun bregodo dan gunungan itu sedemikian rupa. Demikian pula, kami upayakan untuk mengambil air dari tiga sumber di ketiga kalurahan tersebut, kemudian kami padukan ke dalam satu jambangan besar.

"Dan itulah simbolisasi dan filosofi penyatuan ketiga kalurahan tersebut untuk melebur menjadi satu Kalurahan besar, yaitu Kalurahan Pakembinangun," tambah Noor Edi Pamungkas, Jogoboyo Pakembinangun.

Hal menarik lain dalam kirab ini adalah penampilan bregodo Condro Puspito yang diiringi dengan pasukan panah, tombak, dan pasukan topeng edan, ditambah barisan karnaval dari dusun Pakemgede dengan ornamen wayang dari logam.

Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo yang hadir dalam acara tersebut mengapresiasi Kalurahan Pakembinangun yang telah sukses menyelenggarakan tradisi tersebut dalam pahargyan Ageng ini.

"Kami harap acara ini dapat menjadi sejarah yang bagus, dan dapat pula membangkitkan semangat dan handarbeni bagi para generasi muda untuk melestarikan budaya ini. Karena di sini tadi tampak generasi muda belia sudah mau ikut andil dan berperan dalam barisan kirab budaya ini," ujar Kustini.

Menurut Kustini, diadakannya kirab budaya ini adalah sebagai perlambangan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas barokah tanah yang subur dan memberi perikehidupan yang baik.

"Tercermin di dalam puluhan gunungan di depan kita ini, bahwa tanah kita itu subur dan perlu kita pelihara kesuburannya" pungkasnya.

Acara diakhiri dengan penuangan air-air dari tiga sumber mata air Kalurahan Lama tersebut ke dalam suatu jambangan. Kemudian air dalam jambangan tersebut dijatuhkan bersama oleh Bupati Sleman, Panewu Pakem, dan Lurah Pakembinangun ke tanah sehingga pecah dan air simbol persatuan ketiga kalurahan tersebut melebur dan kembali ke tanah sebagai pengukuhan kembali Kalurahan Pakembinangun sebagai gabungan dari ketiga kalurahan lama tersebut. (Asrori Wardan/KIM Pakembinangun/toeb)