:
Oleh MC KAB SLEMAN, Rabu, 18 Oktober 2023 | 15:09 WIB - Redaktur: Tobari - 61
Sleman, InfoPublik - Kelompok Kampung Kebaya Kembang, Madurejo Kapanewon Prambanan bercita-cita Dusun Kembang menjadi sentra produksi baju kebaya yang berkualitas dengan melibatkan sebanyak-banyak masyarakat setempat.
Inisiator berdirinya kelompok Kampung Kebaya Kembang Rani Sri Rohmani, saat ditemui dirumahnya Kembang, Madurejo Minggu (15/10/2023) menuturkan, gagasan itu muncul karena keprihatinan akan banyaknya ibu-ibu potensial tidak diberdayakan, sebagian dari mereka adalah korban PHK dari perusahaan Garment saat pandemi Covid 19.
Sedang tentang dipilihnya tema kebaya, karena sebelumya ia juga pernah menjadi perias dan sangat erat kaitannya dengan penggunaan kain kebaya. Sementara kain kebaya yang jual di berbagai pasar menurutnya kualitas masih jauh dari yang diharapkan.
“Selain haganya yang relatif mahal ternya berdasarkan keterangan para pedagang, kebaya diproduksi dari luar Jogja,” terangnya.
Alumni UII yang lebih dikenal dengan nama Rani itu membentuk kelompok pada Juli 2023. Anggotanya adalah ibu-ibu asal kampung Ngentak, Bendosari dan Kembang Kalurahan Madurejo hingga saat ini berjumlah 25 orang.
Di setiap pertemuan diisi dengan belajar menjahit, sejak membuat pola, memotong hingga menjahit. Terhadap yang sama sekali belum pernah menjahit juga dikenalkan dengan mesin jahit.
“Dalam kempok tidak ada yang profesional atau lebih pandai, yang ada adalah sesama peserta belajar yang saling membantu, istilah kerenya mereka menjadi teman sebaya dan pendamping sebagai,” tandas Rani.
Dari hasil belajar bersama itu, terhitung sejak Agustus hingga Oktober 2023 telah berhasil menjual baju kebaya sebanyak 60 potong. Satu potong harga rata-rata Rp.150.000,- tinggi rendahnya harga tergantung bahan.
Sementara bagi anggota yang telah mampu berproduksi mendapatkan penghasilan antara Rp.50.000,- hingga Rp.90.000,- diberikan tunai agar bisa dimanfaat untuk belanja keperluan rumah tangga.
“Kami tak ingin pembayaran tempo, karena tujuan kami adalah memberikan nilai ekonomi dan peningkatan pendapatan keluarga,” tukas Rani.
25 anggota pada angkatan pertama akan dilepas untuk berproduksi dirumah apabila sudah benar-benar mampu. Baru kemudian membuka angkatan kedua, ketiga dan seterusnya sampai semua warga pontensial mengikuti dan pada akhirnya mampu berusaha sendiri.
Waktu belajar setiap hari Senin - Kamis dengan pilihan waktu sesuai kondisi masing-masing karena prinsipnya tidak menggangu tugas pokok sebagai ibu rumah tangga. Evaluasi hasil belajar termasuk hasil jahitan dilaksanakan setiap dua Minggu sekali, sekaligus menentukan materi berikutnya.
Ketika ditanya tentang kualitas produk, Rani menuturkan bahwa kualitas dikontrol secara rutin meliputi kerapian hasil, kerapian jahitan, presisi serta kelayakan. Hal itu dilakukan agar produk dari Kampung Kebaya Kembang benar-benar berkualitas hingga mampu bersaing, walau saat ini masih sebatas melayani orderan.
“Orderan dimaksud juga tergantung dari tim pemasaran yang ditangani oleh kalangan pemuda,” jelas Rani lagi.
Terkait kendala yang dihadapi kelompok, Rani menuturkan bahwa kendala selama ini adalah kurangnya sarana mesin jahit. Saat ini menggunakan 5 unit mesin jahit, dua milik kelompok dan yang 3 pinjaman dari anggota.
Sementara jumlah anggota 25 orang. Terhadap menin pinjaman, pihaknya bertanggung jawab untuk servis dengan catatan pemiliny mau ikut belajar. “Sedang kendala lainya adalah belum adanya instruktur profesional yang setiap saat memberi pembelajaran,” imbuhnya.
Harni salah satu anggota yang juga korban PHK merasa senang bisa bergabung, bahkan karena telah memiliki pengalaman dua kali bekerja di Garment, ia ikut serta membimbing teman-temanya.
Namun demikian ia belum fokus menjahit dengan alasan mendahulukan yang belajar mulai dari awal. “Saya belum fokus njahit pak, biar yang lain dulu dan saya mendampingi,” kilahnya.
Sejak berdirinya pada bulan Juli 2023, kelompok Kampung Kebaya Kembang telah menerima mantuan modal dari pemerintah Kalurahan Madurejo sebesar Rp.10.000.000,- dan sekarang juga telah ada pendamping yang mengarahkan dari sisi organisasi, menyangkut hubungan dengan Forum UMKM, dengan SKPD maupun hal hal administrasi pembuatan proposal. (Tri Joko S/KIM Kalasan/toeb)