Tingkatkan Kapasitas Pengelolaan Sampah, FLH Berbah Studi Tiru ke GSTC Bantul

:


Oleh MC KAB SLEMAN, Selasa, 17 Oktober 2023 | 11:26 WIB - Redaktur: Tobari - 35


Sleman, InfoPublik - Dalam rangka meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah, Forum Lingkungan Hidup (FLH) Kapanewon Berbah mengadakan Studi Tiru ke Guwasari Training Center (GSTC) Pajangan, Bantul, DIY pada hari Senin (16/10/2023).

Ikut dalam kegiatan Study Tiru DLH Sleman, Panewu Anom Berbah, Kepala Jawatan Kemakmuran Ringgo Antoni Surya beserta staff, Ketua FLH Berbah, anggota FLH Berbah.

Ketua FLH Berbah Kusanadi mengatakan bahwa kegiatan Study Tiru kali ini difasilitasi oleh Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Sleman dengan tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan sampah agar menjadi lebih baik.

Panewu Anom Kapanewon Berbah Noor Bramantyo, menyampaikan bahwa saat ini Sleman mengalami darurat sampah dengan beberapa waktu yang lalu. Sehingga, menurutnya, kegiatan studi tiru ini sangat sesuai untuk menimba ilmu dalam pengelolaan sampah yang lebih baik.

"Harapannya sampah yang terkelola akan lebih bermanfaat dan dapat menjadi berkah," ucap Noor yang baru dua minggu bertugas di Kapanewon Berbah.

Dikatakan oleh Noor, bahwa ilmu pengetahuan yang diperoleh dari studi tiru dari GSTC semoga bisa segera dipraktekkan di lingkungan masing sesuai kemampuan sumber daya dan sumber dana yang ada.

"Akan menjadi lebih baik lagi ilmu yang diperoleh diinformasikan kepada masyarakat sekitar sehingga kemanfaatanya lebih banyak," tambahnya.

Sedangkan mewakili dari Dinasti lingkungan hidup (DLH) Sleman Sutarno mengatakan bahwa  masalah sampah di Sleman sangatlah kompleks dengan jumlah penduduk yang tinggi akan menghasilkan sampah yang banyak.

“Sekarang ini TPA Piyungan hanya bisa menerima pengiriman sampah 130 ton per hari dari kabupaten Sleman, sedangkan residu yang dihasilkan kabupaten Sleman kisaran 300 ton,” jelas Sutarno.

Maka, lanjutnya, peran serta masyarakat untuk mengelola sampah dari sumbernya dan selesai di sumbernya akan sangat membantu.

"DLH Sleman akan mendorong memfasilitasi masyarakat yang mau mengelola ssmpah secara mandiri. Seperti kegiatan yang saat ini dilakukan adalah bentuk fasilitasi dari DLH Sleman.  Ada banyak fasilitas yang di siapkan DLH terkait pengelolaan sampah mandiri,” tegas Sutarno.

Pimpinan Guwasari Training Center (GSTC) Boy Candra  menyampaikan bahwa untuk pengelolaan sampah berkelanjutan sebaiknya dilakukan secara profesional.

“Memang baik berkegiatan pengelolaan sampah yang berasaskan kesosialan itu sangat bagus, namun akan menjadi kendala tarkait keberlangsungan berusaha. Karena sampah itu sebuah prospek yang bagus secara ekonomi,” tutur Boy.

Dikatan Boy bahwa harga sampah itu berbanding terbalik dengan dengan harga komunitas konsumsi.

“Satu unit sampah mungkin tidak ada harganya atau harganya rendah namun ketika terkumpul satu jenis yang sama dalam hitungan tonase harga akan menjadi harga yang tinggi. Karena sampah dalam tonase yang besar dalam satu jenis akan menjadi bahan baku pabrik daur ulang,” jelas Boy lagi.

Dikatan juga oleh Boy bahwa untuk mendapatkan harga sampah yang tinggi, pemilihan sampah yang detail harus perlu diperhatikan juga harus dalam jumlah tonase yang banyak.

Boy juga menyampaikan  bahwa konsep pengelolaan sampah di GSTC  adalah tidak membuang sampah ke Tempat pembuangan akhir (TPA) ,  tidak membakar sampah, tidak menimbun dalam tanah.

"Semua sampah di GSTC dikelola dengan baik dilakukan pemrosesan sampai nol sampah,” tutup Boy.

Pada kesempatan tersebut, peserta studi tiru diajak melihat langsung pengelolaan sampah berupa pemilihan sampah, pembuatan kerajinan dari sampah juga budidaya maggot yang ada di GSTC dipimpin oleh Neny.

Sambil mengunjungi tempat pengelolaan sampah, Neny menjelaskan bahwa sampah yang tidak laku dilapak atau pengepul seperti pempers itu bisa diolah dikreasikan menjadi berbagai bentuk bisa menjadi pot dan lainnya.

"Untuk mengelola sampah organik dari rumah tangga bisa menggunakan ember tumpuk, losida juga komposter," pungkas Neny. (Kusnadi/KIM Berbah/toeb)