- Oleh MC KOTA PADANG
- Minggu, 24 November 2024 | 09:05 WIB
:
Oleh MC KOTA PADANG, Rabu, 11 Oktober 2023 | 00:28 WIB - Redaktur: Kusnadi - 220
Padang, InfoPublik - Pagi itu, Queen terlihat girang. Perempuan kelas IV salah satu Sekolah Dasar (SD) di Padang, melenggang dengan riang ke sekolahnya. Pakaian yang dikenakannya terlihat berbeda.
“Pagi ini pakai baju Basiba (baju khas wanita Minangkabau-red),” ujarnya, Selasa (10/10/2023) pagi itu.
Siswa SD di Padang memang tampil beda saat hari Selasa. Perempuan mengenakan baju kuruang Basiba, sedangkan siswa laki-laki mengenakan ‘Taluak Balango’ yang juga pakaian khas Minang. Tidak saja siswa, seluruh guru juga mengenakan pakaian serupa.
Sejak pelajaran muatan lokal Keminangkabauan dilaunching sebulan lalu, SD di Padang memang terasa Minang banget. Setiap hari Selasa, siswa dan guru SD mengenakan pakaian khas Minang. Mereka juga menggunakan bahasa Minang di sekolah. Termasuk mempelajari seni dan tradisi Minang.
Seperti di SD 31 Jati Tanah Tinggi. Di sekolah ini, sudah selama empat kali Selasa para siswa dan guru belajar muatan lokal Keminangkabauan. Selama empat kali itu pula siswa SD di sana mempelajari banyak hal tentang Minangkabau.
“Sudah empat kali Selasa kami di sini mempelajari Minang dan praktiknya,” ungkap Kepala SD 31 Jati Tanah Tinggi, Ratna Yuriani, Selasa (10/10/2023).
Diakuinya, sepekan setelah muatan lokal tersebut dilaunching, pihaknya mengenalkan lagu-lagu Minang kepada seluruh siswa. Lagu seperti Dayuang Palinggam, Bareh Solok, dan lainnya, dikenalkan ke seluruh siswa. Mereka menyanyikan bersama-sama serta menghafal liriknya.
“Kemudian di pekan keduanya kami menggelar ‘Makan Barapak’, semua siswa dan guru ikut terlibat,” kata Ratna.
Kegiatan “Makan Barapak” itu dilaksanakan di halaman sekolah yang cukup luas. Suasana makan dibuat persis seperti yang dilakukan niniak mamak sebagaimana prosesi adat. Ada petatah-petitih.
“Petatah-petitih disampaikan dua orang guru laki-laki, dan seluruh siswa memanggil kedua guru itu dengan panggilan ‘Mak Adang’ serta ‘Mak Etek’,”jelas Ratna.
Di pekan ketiga, SD 31 Jati Tanah Tinggi menggelar permainan tradisional Minang. Permainan yang sudah lama tak dimainkan, kembali dikenalkan ke siswa. Kemudian di pekan keempat, SD ini mengenalkan tari Minang ke seluruh siswa. Sekolah yang memiliki alat musik tambua tasa itu, dimainkan di depan siswa. Semuanya belajar memainkan.
Di sekolah lain, SD 22 Andaleh, seluruh siswa sudah dikenalkan pelajaran Keminangkabauan. Meski masih mempelajari Budaya Alam Minangkabau (BAM), akan tetapi pelajaran Keminangkabauan sudah dikenalkan ke seluruh siswa.
“Sejak dilaunching, kita sudah kenalkan ke siswa,” ujar Kepala SD 22 Andaleh, Widyastuti.
Widyastuti mengaku bahwa pelajaran Keminangkabauan cukup berbeda dengan BAM. Menurutnya, pelajaran BAM hanya lebih banyak mengenalkan sejarah Minangkabau kepada siswa. Sedangkan di muatan lokal Keminangkabauan lebih banyak mengenalkan adat, serta tatakrama di Minangkabau.
“Di pelajaran Keminangkabauan, siswa diajarkan bagaimana sopan santun dan etika di Minangkabau,” katanya.
Hal ini menurut Widyastuti cukup memantik antusiasme siswa dalam mempelajari muatan lokal ini. Siswa lebih tertarik karena juga diselipkan dengan praktik. Seperti praktik bagaimana etika sopan santun dalam sumbang duobaleh, dan lainnya.
Diakuinya, saat ini pihaknya tengah mendalami muatan lokal Keminangkabauan yang akan diajarkan ke seluruh siswa. Widyastuti mengatakan, muatan lokal itu akan diajarkan secara paripurna pada awal tahun 2024 nanti.
Pemerintah Kota Padang mencanangkan mata pelajaran muatan lokal Keminangkabauan di tingkat jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tanggal 19 September 2023 lalu.
Wali Kota Padang Hendri Septa mengatakan pencanangan mata pelajaran muatan lokal Keminangkabauan ini akan menjadi warna baru dalam dunia pendidikan di kota Padang, sehingga semakin meneguhkan eksistensi Kota Padang sebagai Kota Pendidikan.
Wali Kota Padang bahkan menyebut, muatan lokal Keminangkabauan diharapkan dapat membentuk generasi penerus bangsa yang taat beragama, mengamalkan nilai-nilai Pancasila, sehingga tidak tercerabut dari akar budayanya sebagai orang Minang. Termasuk menghidupkan kembali falsafah adat basandi syarak, syarak bersandi kitabullah (ABS-SBK).
”Kita tentu berharap mata pelajaran muatan lokal Keminangkabuan mampu membentengi anak-anak kita dari perilaku-perilaku negatif seperti narkoba, pornografi, LGBT, pergaulan bebas, perjudian, tawuran, bully dan kekerasan dan lainnya,” jelas Wako Hendri Septa saat launching bulan lalu.
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang Yopi Krislova menyebutkan mata pelajaran muatan lokal Keminangkabau ini merupakan amanat dari Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 37 ayat (1), yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat salah satunya muatan lokal. Mata pelajaran muatan lokal Keminangkabauan ini bertujuan untuk pembentukan dan penanaman nilai-nilai karakter, khususnya bagi peserta didik di Kota Padang. Sehingga nantinya mereka bisa menjadi peserta didik yang unggul, taat beragama, beradat, berbudaya, serta berakhlak mulia.(MC Padang/Charlie/Marajo)