Pelabuhan Gorontalo, Pintu Gerbang Ekonomi dari Zaman ke Zaman

:


Oleh MC PROV GORONTALO, Senin, 26 September 2022 | 11:20 WIB - Redaktur: Juli - 1K


Gorontalo, InfoPublik – Pelabuhan Gorontalo ini sudah terlihat dari jauh saat kapal Janus yang berlayar dari Ambon Maluku mendekatinya, ada mercusuar di atas bukit tepat di atas pelabuhan ini.

Perlahan kapal yang dipimpin Kapten-letnan CF Stavenisse De Braw mendekati muara pertemuan muara 2 sungai tempat pelabuhan ini berada pada 23-31 Agustus 1845. Saat itu musim kemarau, perbukitan Tamuyo Kiki di sisi timur dan Hulapa Daa di sisi barat kondisinya kering kerontang, Gorontalo sudah 5 bulan belum mendapat guyuran hujan.

Saat semakin mendekati dermaga, awak kapal melihat Benteng Gurita di sisi atas, di benteng ini terdapat mercusuar sehingga disebut Sein Fortje.

Saat merapat di Pelabuhan seluruh awak kapal Janus disambut meriah oleh Asisten Residen Gorontalo Roeland Celosse yang sudah menunggu. Sejumlah buloto, perahu kayu tradisional menjemput awak kapal untuk dibawa ke daratan.

Selama berlabuh Kapten-letnan CF Stavenisse De Braw mendapat pelayanan yang baik, bahkan ia menceritakan kapal mendapatkan air minum yang bersih berlimpah. Tidak hanya itu gudang perbekalan kapal pun diisi penuh, daging sapi, rusa dan bahkan daging babi berlimpah.

Selama 4 hari air minum dipasok dari daratan dengan mengisi ribuan tempat air minum di atas kapal Janus. Air bersih pun berlebih di atas kapal Pemerintah Hindia Belanda ini.

CF Stavenisse de Brauw juga mencatat angin laut di Gorontalo lebih kencang bertiup dibandingkan dengan angin darat, kondisi ini yang harus diperhatikan para pelaut saat berada di perairan ini.

Ia menceritakan kisah pelayarannya dalam tulisan berjudul Ankerplaats in de Rivier Gorontalo, enz., met eene Kaart di bagian tujuh buku berjudul Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewezen en de Zeevaartkunde; Verzameld En Uitgegeven.

Catatan ini menunjukkan peran dan layanan Pelabuhan Gorontalo pada masa itu sudah memadai, bahkan awak kapal merasa perbekalannya tercukupi hingga bisa melanjutkan ke perjalanan berikutnya.

Bagi masyarakat Gorontalo pelabuhan ini menjadi pintu masuk urat nadi perekonomian, kebudayaan, bahkan politik. Karena pelabuhan ini merupakan satu-satunya pintu masuk dan keluar aneka barang kebutuhan dan juga arus keluar masuk penumpang. Hanya pelabuahn ini, karena daratan Gorontalo seperti piring yang dibentengi oleh bukit-bukit kapur di seluruh tepinya. Pelabuhan ini tepat berada di depan muara sungai yang kanan kirinya adalah bukit-bukit karst yang menjulang.

Demikian penting pelabuhan ini sehingga dalam catatan Encyclopedie van Nederlandsch-Indie menuliskan terdapat 3 benteng di sekitarnya, Fortje Goerita, Liasse atau Leato dan Monoarfa. Ini menunjukkan betapa pentingnya keberadaan pelabuhan ini sehingga Pemerintah Hindia Belanda membangun benteng pertahanan ini.

Pelabuhan Gorontalo merupakan pelabuhan besar yang ada di kota-kota Teluk Tomini, pelabuhan ini tidak hanya menghubungkan berbagai kepentingan dari pelabuhan-pelabuahn di daerah sekitarnya, namun juga menjadi penghubung dengan kota-kota besar di luar teluk Tomini, seperti Makassar, Ternate, Ambon, Surabaya, hingga Batavia.

Perdagangan internasional pada masa itu mencapai peningkatan yang signifikan, pada tahun 1856 impor Gorontalo hanya sebesar 9.862 gulden, sedangkan ekspor senilai 25.004 gulden.

Tiga puluh tahun kemudian pada 1886, impor meningkat menjadi 1.382.312 gulden dan ekspor meningkat menjadi 1.359.667 gulden.

Empat puluh empat tahun setelah kedatangan Kapten-letnan CF Stavenisse De Braw dan anak buahnya yang menumpang kapal Janus, Pemerintah Hindia Belanda melaporkan pada tahun 1889 sebanyak 193 kapal Eropa 32 di antaranya kapal uap, termasuk kapal pos tiba dan berangkat dari Gorontalo.  Di antara kapal-kapal tersebut salah satu yang terkenal bernama Noah V.

Kapal-kapal ini hilir mudik mengangkut kayu, rotan, damar, kopra, kulit penyu, dan lilin. Sementara yang lain menurunkan kain, tembaga, dan barang kebutuhan lainnya.

Laporan pemerintah kolonial menyebutkan pada tahun 1889 angka ini terus meningkat, membuktikan Gorontalo pada masa itu tengah mengalami booming perdagangan.

Menariknya, olongia (pemimpin lokal) Gorontalo juga terlibat aktif dalam perdagangan yang menggunakan jasa pelabuhan dalam pelayaran perdagangan mereka. Mereka berniaga dengan sejumlah kerajaan kecil yang berada di kota-kota penting di wilayah sekitar Teluk Tomini.

Pemerintah memperkirakan aktivitas pelabuhan ini semakin membaik dan menyamai Makassar, atau setidaknya menjadikan lokasi perdagangan terpenting di wilayah timur nusantara. Jalan besar di kota Gorontalo selalu ramai dengan tamu-tamu asing, penyambutan dan kegembiraan tamu tak pernah surut.

Kini pada 2022 setelah melewati rentang lebih dari 100 tahun, Pelabuhan Gorontalo masih terus bergeliat dengan kapal-kapal yang hilir mudik, melayani penumpang, bongkar muat barang, menyatukan berbagai keperluan para pemangku kepentingan tak pernah istirahat.

Sejumlah fasilitas bertambah, dua buah crane besar statis berwarna biru-hijau berada di dermaga 3, dermaga yang baru dibangun untuk melayani kapal-kabal besar pengangkut peti kemas. Tidak ada lagi kendaraan forklift yang mondar-mandir sibuk mengangkuti peti kemas di dermaga seperti dulu.

Sebuah kapal besar berwarna biru bertuliskan nama lambung Tanto Berkat bersandar di dermaga ini, tumpukan peti kemas menggunung di badannya. Kapal ini baru saja melaksanakan bongkar muat, sejumlah anak buah kapal terlihat berjalan di pinggir peti kemas, yang lainnya duduk asyik bercerita, mungkin menanti keberangkatan kapal ini.

“Kapal ini baru saja melakukan bongkar muat,” kata Kasim Saini (57) petugas pengamanan Pelabuhan Gorontalo sambal membetulkan helm di kepalanya, Senin (26/9/2022).

Kasim Saini yang mengenakan rompi keselamatan kerja ini bertutur, ia baru bekerja 7 tahun di pelabuhan ini, sebelumnya ia dan keluarganya di tanah Papua. Ia mengaku senang bisa pulang kampung di Gorontalo dan bekerja di pelabuhan ini.

Pelabuhan Gorontalo ini memiliki 3 dermaga, meskipun hanya 3 namun sudah ratusan tahun melayani kepentingan masyarakat dan membawa kemajuan daerah.

Di dermaga ini bersandar kapal perintis tol laut Sabuk Nusantara 59, sejumlah penumpang  membawa barang terlihat memasuki kapal. Kapal ini memiliki logo Kementerian Perhubungan di bagian cerobong yang lebih tinggi dari bagian lain di sisi buritan kapal ini.

Di sebelahnya sebuah kapal milik Basarnas yang berwarna oranye menyolok tengah bermanuver, terlihat sejumlah anak buah kapal bersiapa di anjungan.

Sementara di dermaga 3 Kapal Tanto Berkat telah selesai melakukan aktifitas bongkar muatnya. Geliat Pelabuhan Gorontalo yang berada di Teluk Tomini memang terasa.

General Manager Pelindo Cabang Gorontalo Teddy Indra Yudhana menjelaskan pelabuhan Gorontalo sebagai bagian dari wilayah PT Pelabuhan Indonesia Regional 4 terus memacu pelayanan dan produktifitas pelabuhan. Keduanya sangat berkaitan erat untuk meningkatkan peran pelabuhan dalam menyejahterakan masyarakat melalui layanan kepada para pengguna dan pemangku kepentingan.

“Pelabuhan Gorontalo itu unik, karena berada di tepi pertemuan muara sungai dan laut sementara di sisi belakang adalah bukit,” kata Teddy Indra Yudhana.

Karena kekhasan topografi inilah membuat Pelabuhan Gorontalo selalu diingat dari tahun ke tahun, pemandangan yang sama, unik. Posisi geografi ini juga menjadi tantangan ke depan dalam mengembangkan pelabuhan ini, di belakang bukit di depan laut. Untuk melakukan pemangkasan (cutting) bukit butuh biaya besar dan perizinan yang rumit.

Untuk mengatasi ini Pelindo merencanakan sisi selatan Pelabuhan akan direklamasi. Bagian selatan ini merupakan kawasan perairan yang masih memungkinkan untuk direklamasi. Sementara bagian daratannya sudah tidak mungkin karena terdapat jalan alternatif yang menghubungkan Goronatlo dan provinsi tetangga, Sulawesi Utara. Di atas jalan juga terdapat bukit yang terdapat pemukiman warga dan mercusuar untuk memandu kapan-kapal yang hilir mudik di Teluk Tomini ini.

Topografi Gorontalo yang demikian benar-benar menjadi tantangan Pelindo dalam mengoptimalkan layanannya di tengah tuntutan tinggi pengguna jasa kepelabuhanan.

Bagi Teddy Indra Yudhana Pelindo Gorontalo saat ini terus mengoptimalkan kondisi yang ada ini di saat kondisi perekonomian sudah mulai recovery pascapandemi Covid-19 ini.

“Kami beharap pelabuhan sebagai pintu gerbang perekonomian terus bisa berkembang, kami akan terus meningkatkan pelayanan dari berbagai sisi, fasilitas, SDM, teknologi informasi. Bagaimana mengembangkan pelabuhan ini seperti yang tertuang dalam rencana induk Pelabuhan,” ujar Teddy.

Pascamerger 4 perusahaan Pelindo ini Teddy yakin pelayanan kepelabuhan semakin meningkat termasuk interkoneksi antarpelabuhan.

Dinamika pelabuhan ini sebenarnya sudah bergerak setelah Gorontalo memisahkan diri dari Sulawesi Utara menjadi provinsi sendiri. Kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat membuat pelabuhan terus bergeliat, fasilitasnya terus membaik seiring kebutuhan zaman.

“Dahulu peti kemas ditumpuk di samping kantor, sekarang sudah ada lapangan peti kemas yang tidak jauh dari kantor,” ujar Marwan warga Kelurahan Talumolo yang rumahnya tidak jauh dari Pelabuhan.

Lapangan peti kemas ini sebelumnya adalah bangunan gudang tua yang dibiarkan oleh pemiliknya, kemudian dikelola oleh Pelindo, semakin hari lapangan penumpukan peti kemas ini semakin bertambah luasnya.

“Kalau dirasakan dalam beberapa tahun terakhir dibandingkan yang dulu-dulu, layanan di pelabuhan Gorontalo semakin membaik, lebih mudah dijangkau, bersih, dan akses informasi lebih mudah,” ujar Ulin warga Kota Gorontalo yang pernah menggunakan jasa angkutan tol laut yang berlabuh di Pelabuhan Gorontalo.

Perbaikan layanan kepelabuhan juga menjadi tantangan harus dijawab oleh Pelindo Gorontalo, berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan nomor 37 thun 2015 dan nomor 199 tahun 2015 dijelaskan standar pelayanan angkutan laut harus mengacu pada aspek pelayanan keselamatan, keamanan dan ketertiban, kehandalan/keteraturan, kenyamanan, kemudahan, dan Pelayanan kesetaraan.

Sejumlah fakta ditemukan di pelabuhan Gorontalo seperti masih adanya orang tidak berkepentingan masuk di bibir dermaga ketika pelayanan kapal, kendaraan bentor yang masuk sampai di depan kapal, sehingga menyusahkan petugas dalam hal pengecekan barang penumpang, belum adanya X-ray sehingga tidak bisa menyortir barang calon penumpang serta banyaknya penjual asongan yang berkumpul di satu titik dengan penumpang yang naik dan turun.

Ini yang menjadi tantangan penataan dan pengelolaan Pelabuhan Gorontalo saat ini agar mampu memberi pelayanan prima di masa datang. Apalagi sudah dijelaskan komitmen perusahaan milik pemerintah ini pascamergernya.

Data trafik penumpang dan kapal di Pelabuhan Gorontalo ini setiap tahunnya dilaporkan ke Pelindo Regional 4. Laporan ini menyumbang data penting yang menjadi bahan keputusan di tingkat manajemen.

Di Pelindo Regional 4 dalam 5 tahun terakhir ini trafik kapal yang dilayani Pelindo terus menunjukkan peningkatan yang signifikan, pada tahun 2017 ada 54.392 call, tahun 2018 sebanyak 57.230, tahun 2019 sebanyak 65.932, tahun 2020 sebanyak 73.552 dan tahun 2021 sebanyak 82.037 call. Dalam satuan GT setara dengan 340.796.883 pada 2017, 360.951.015 tahun 2018, 407.598.886 tahun 2019, 402.828.114 tahun 2020, dan 492.385.825 tahun 2021.

Trafik penumpang pada 5 tahun terakhir di Regional 4 juga menunjukkan arus penumpang yang sangat dinamis. Penumpang dalam negeri tahun 2017 terdapat 5.200.411 orang, 2018 ada 5.499.558 orang, 2019 berjumlah 6.376.339 orang, tahun 2020 sebanyak 2.844.481 orang, tahun 2021 berhenti karena pademi Covid. Untuk penumpang luar negeri tahun 2017 sebanyak 175.079 orang, tahun 2018 sebanyak 166.293 orang, tahun 2019 sebanyak 180.306, tahun 2020 sebanyak 41.245 orang.

Secara agregat tahun 2017 sebanyak 5.375.490 orang, tahun 2018 sebanyak 5.665.851 orang, tahun 2019 sebanyak 6.556.645 orang, tahun 2020 sebanyak 2.885.726 orang.

Sebagai negara maritim besar di dunia, Pelabuhan Indonesia memiliki peran penting dan strategis dalam layanan integrasi antarpelabuhan. Ini dibuktikan dengan integrasi 4 badan usaha milik negara (BUMN) Pelabuhan, yaitu PT Pelindo I, PT Pelindo II, PT Pelindo III dan PT Pelindo IV pada 1 Oktober 2021.

Dengan bergabungnya 4 BUMN Pelabuhan besar ini semakin mengukuhkan kedaulatan negara Indonesia sebagai negara maritim yang disegani di dunia. Penyatuan perusahaan ini merupakan perwujudan keterhubungan (konektivitas) pelabuhan dan jaringan logistik yang sangat kuat. Hal ini tidak hanya untuk keentingan bisnis korporasi, namun juga memiliki makna strategis bagi bangsa Indonesia secara internal dan mengukuhkan jadi diri NKRI di tengah dinamika kekuatan ekonomi dunia.

Di lini bisnis utamanya, Pelindo memiliki 4 klaster peti kemas, nonpeti kemas, logistik dan pengembangan daerah pesisir (hinterland) dan kelautan, peralatan, dan pelayanan Pelabuhan.

Dalam laman Pelindo disebutkan pengelompokan klaster bisnis ini dilakukan agar pengembangan bisnis terfokus, meningkatkan kemampuan dan keahlian SDM, sehingga mampu bekerja dengan lebih efisien dan membuat kepuasan pelanggan meningkat.

Merger Pelindo ini juga merupakan milestone perjalanan pelabuhan di Indonesia dan juga rencana strategis pemerintah sebagai pemegang saham untuk membuat layanan pelabuhan menjadi lebih baik. (mcgorontaloprov/rosyid azhar)